Pages

Rabu, 31 Maret 2010

Edisi 4

Ali Wardana
(Banyumas - Jateng)

Sajak Ronggeng
: teruntuk Srintil

Menimbang lenggok senyum selendangmu
kembangkan lanskap dukuh lumuh
di tingakah dayu kembang
disela suit serta tepuk tangan
di bugai ketipuk kendang

mata tergelincir liur mengalir
piker menggulir liar
naikkan gelegak darah

diantara aroma tawaran
meliuk angin nafsu
merembeskan keringat nyala

semua terangkum dalam dekapan
coba di buka
diurai
diderai.

Purwokerto, 23 April 2005


Aminuddin Rifai SS
(Samarinda)

Makrifat Sungai

aku berkapal, sepagi tadi
sesiang ini
menyusuri sungai
dan kupastikan
bahwa aku tidak pernah
melupakanmu

dari dek ini
kutangkap aurat tepian
yang menjaga genit perawan
mandi berkain basah
berhati basah

amboi
aku kembali memastikan
bahwa syahwatku telah basah
oleh sebab mengintipmu
di sungai


Anam Khoirul Anam
(Ngawi)

Tuhan Memintal Firman-nya

Tuhan memintal firman-Nya dari gempita cahaya
lalu dijadikannya sepotong kemeja
dan, menurunkannya kepelataran sunyi
yang Ia namani dengan jagad
:menitiskan ruh-ruh di dalam-Nya
“maka jadilah kau hamba Semesta”
Sekian abad lama dalam hayat, berotasi,
mizantium pun berkata dalam ukur-Nya
menariknya ke cakrawala
dengan membawa manuskrip
yang telah dicuci dengan mata air—airmata
hingga akhirnya pun terdiam: kelam


Arbynsjach Damayanto
(Dibaca Arbensjah Damayanto)
(Malang)

Sepotong Roti Pengganjal Mimpi

Kehangatan hari dan cericit burung, tak ada lagi di sini
terberangus sudah
belantara jelmakan hujan air mata
mendera mimpi kanak-kanakmu;

“Tak ada lagi mimpi itu nak, tak ada lagi, ia sudah pergi,
pergi bersama angkara yang tumbuh
di antara sulur-sulur mereka”

Embun masih menggayut
dibening kejora matamu
redup menghapuskan harapan
terserabut sudah

ini kali masih ada sepotong roti
sisa kemarin pagi
punguti, lumati sebagai pengganjal mimpi
lalu terbanglah tinggi
sampai ke langit
jumuti bintang-bintang itu
lalu sematkanlah di dalam hati;

Malang, 2004

0 komentar:

Posting Komentar