Pages

Rabu, 31 Maret 2010

Edisi 18

Mariana Lewier P.
(Ambon)

Hujan Di Cengkareng

Hujan menikam bumi
pada aspal dan lampu bandara Cengkareng
senja ini
kuyup
seorang wanita asyik dengan bacaan
dan syal yang melilit leher
memanjang pada blus putihnya

dari jendela kaca Eva Airways
langit terlihat kelabu
sementara musik klasik terus mendengung,
penerbangan ini (akan segera) menerpa gerimis
tak ada yang menahan
wan kelabu bertabrakan
berlomba menyiram hujan (getar cair)
menggigiti angin
langit pun menahan kata

Aku belum lagi mengulum
(kepenuhan) hujan di Cengkareng
ketika pesawat telah mengangkasa
dan meninggalkan kekelabuan
berganti kecerahan biru
angkasa senja

Jkt 22 Nov-Taipei 23 Nov.2003

Marlen Alfons
(Ambon)

“ Kau Hanya… “

Bila murai ingin terbang … biarkan saja
Nanti juga kan bosan dan lelah
Bila angin ingin berembus biarkan saja
Nanti juga kan tenang dan tak ada
Begitu juga denganmu …
Biar saja apa yang kau pandang itu tetap
Karena memang seperti itu …
Kau tak dapat bergerak …
Kau tak dapat mengerling … tak dapat !
Kau tak dapat melangkah dan berayun
Itu sebabnya kau tetap membisu …
Terus menatap hingga lumutan …
Tidur pun kau takkan bisa
Kau berdiri dalam ganasnya terik
Kau kokoh dalam siraman hujan
Bias saja kau berlindung
Tapi tak bias …
Karena kau hanya sebuah patung

29 November 2005

Marlha Maspaitella
(Ambon)

Rumah Khalawat

Di sebuah jalan yang lurus
Di antara banyaknya penginapan di kota Batu
Berdiri sebuah rumah yang penuh kenangan
Dengan bungabunga yang indah melingkari sebuah kolam ikan
Menguak kisah di bulan Desember

Dua mobil LG membunyikan klakson
Menyentak sebuah tangan kasih
Senyuman seorang perempuan berkerudung
Menyambut dua puluh empat orang yang turun
Dengan gaya masingmasing

Dendam terbawa dalam nafas dan sikap
Kemunafikan dan kebohongan hadir dalam canda dan tawa
Ketika sebagian terlena melepas lelah
Kelompok penyanyi bersenandung dalam Latihan

Detak waktu mendekati pukul tujuh
Kolam ikan terpantau dalam cahaya bulan
Kedua puluh empat tamu rumah khalawat
Merenung dalam ibadah yang khusuk
Masingmasing melepas rantai yang membelenggu hati
Mengangkat balok yang menindih kasih
Menanggalkan tabir hitam yang berbenih dendam

Rumah khalawat penuh tangisan
Ketika semua berserah untuk bertobat
Rumah khalawat memancarkan kasih
Ketika belenggu dendam terhapus dengan pelukan


Jarak menjadi tak berarti
Ambisi bingung mencari tempat bernaung
Karma cinta dan kasih telah menjadi udara
Yang melepas malam di rumah khalawat

Malang, Desember 20025



Mas Yayun
(Sukabumi)

Elton John

seperti sodom gomorah
menolak luth
menghunjamlah batu-batu

satu teriakan saja
setelah itu sunyi
pompeii dilumat gemuruh vesuvius

tapi naples dan capri
lupa menggali sejarahnya sendiri
nudisnya kini juga diperdaya mithraic ?

lalu aku melihatmu, john
di windsor buildhall kamu tersenyum lucu
kepada david furnish di sampingmu

aku memang cuma terkesima
tetapi selanjutnya menyimak
: aku, kamu dan kekasihmu, waktu

sambil kubaca kembali
sodom gomorah dan pompeii
lewat sejarah dan kitab suci

kamu bacalah roma dalam injilmu
atau pada ayat-ayat al qur’an mulia
juga fosil-fosil itu, peristiwa yang dihentikan waktu

ternyata Tuhan mengazab sementara tiba-tiba
bagi kamu cukup satu teriakan saja
sebelum lumat seketika !

Sukabumi, Desember 2005

Melody Muchransyah
(Bogor)

Hidup

hidup adalah kehampaan suara-suara pada malam tak berbintang
adalah kenangan indah tentang manisnya rasa kecup cinta
adalah sebuah perjuangan pahit yang berujung pada asa
adalah nyanyian merdu nan sendu

hidup tak hanya hidup namun pula merasa
hidup adalah tentang tangisan dan tawa
tentang kebenaran dan esensi dari rasa percaya
adalah kemesraan dua insan yang mabuk bercinta

hidup meski tak bergeming namun pula tak berlari
hidup memang hanya ada bila kau menikmatinya
hidup adalah merasa bersyukur
dan hidup, bagiku, adalah berada di sisimu dan mencintaimu

Bogor, 16 Januari 2006


0 komentar:

Posting Komentar