Pages

Senin, 05 April 2010

Monolog Baju (Ratna Indraswari Ibrahim)

Monolog BAJU
Ratna Indraswari Ibrahim

“Saya kira ini kejahatan yang luar bisa, bukan saja datang dari pihak Hastinapura, juga dari suami-suamiku, yang dengan gegabah mempertaruhkan diriku sebagai taruhan di meja judi. Ini penghinaan yang luar bisa, aku bukan budak atau selir! Aku permaisuri yang anak raja. Jadi,
bagaimana mungkin mereka bisa mencampakkan harga diriku di bawah budak-budak istana? Padahal mereka satria unggulan, karena itu aku memilihnya!”

Aku memilihnya sebagai suamiku dan sekarang yang terlihat adalah ketika seluruh bajuku ditanggalkan oleh Dursosono, suami-suamiku cuma diam-diam saja. Apakah harga diri perempuan yang permaisuri ini di bawah norma hukumnya? Kalau aku tanyakan peristiwa ini, mereka pasti akan menjawab: seorang kesatria harus menepati janjinya?

“Satria-satriaku, tahukah kamu waktu itu, aku lebih tidak menyukaimu daripada Dursosono yang memang tokoh jahat (Krisna tahu karena keperempuananku Krisna tidak membiarkan aku telanjang di muka penjahat-penjahat itu).”

Air mata yang ada di sudut mata kangmas Yudistira atau kemarahan yang ditahan-tahan oleh Bima tidak bisa menolongku pada saat itu. Arjuna lelaki yang peka (lelaki yang paling kucintai) tidak berbuat apa pun dengan anak panahnya. Si kembar Nakula dan Sadewa cuma bisa menangis dalam hatinya, Destarata tidak juga berbuat banyak ketika kusimpuhkan diriku untuk meminta sikapnya. Juga eyang Bisma, paman Widuri yang terkenal bijak, juga tidak berbuat apa-apa. Dalam hal ini mereka menganggap semuanya harus mengikuti aturan main hukum yang berlaku!

...........................................sambungannya di DOWNLOAD yah..

Koleksi naskah teater dalam bentuk Monolog ini dapat anda download pada link di bawah ini.
Monolog BAJU
Ratna Indraswari Ibrahim

Download Naskah Ini

0 komentar:

Posting Komentar