Pages

Selasa, 06 April 2010

Puisi tahun 2009

Negriku Seribu Sungai

Duduk di ujung lanting menatap sungai berarus muram
Tercenung merasakan tanahkelahiran bernama seribu sungai
Bagaimana punya wajah lagikah nantinya
Rumah lanting yang membuat rasa memiliki negri sendiri sepertinya diam membisu
Dulu sungguh nyaman kalau mau membeli apa yang diperlukan
Sekarang ini begitu langka melihat jukungjukung lewat membawa dagangan
Banyak sungainya ditumbuhi rumah sampai berjubel tak karuan
Jika terjadi kebanjiran baru menjadi ribut

Melihat ke seberang tertatap bangunan yang bertingkattingkat
Rasa gembira jugalah negri bertambah maju
Tapi kalau diperhatikan sungguh terlalu berlebihan
Harus juga terpikirkan mampukah tanahnya menahan beban
Banyak gedung terlihat miring menunggu ambruk

Banyak orang datang dari negri lain bertanya tanah Banjarkah ini
Orang membayangkan yang namanya tanah Banjar itu mesti elok
Banyak rumah bubungan tinggi rumah gajah baliku rumah palimasan rumah palimbangan
Kalau sudah begini tak dapat lagi bicara
Seperti apa banyak rumah mencangkok bentuk rumah orang kafir

Seyogyanyalah orang Banjar jangan sampai kehilangan jiwa kebanjarannya
Siapa lagi yang memelihara tanah tumpah darah ini kalau tidak kita sendiri
Apalagi kalau ingin maju seperti negri orang
Jangan suka bersengketa sesama warga sendiri

Duduk di ujung lanting ada jugalah terteduh hati
Melihat ilung berbunga di tengah tubuh sungai
Walau hanya berupa ilung tapi tetap manunjukan nuansa negri Banjar
Melihat jukungjukung marenda riwayat negri yang bauntungbatuah

Bbaru, 2009

** * ilung = eceng gondok
bauntungbatuah = sangat dicintai (beruntung bertuah)


Patung

Tubuhnya
Layaknya gelombang laut, buncah gunung api
badai gurun
Tapi aku cuma diam

Mengapa kau simpan ruhmu padaku
Oh maha jahanam
Terajallah sudah riwayat ujudku

Aku cuma diam
Sebab aku sudah tidak sudi lagi
mendengar keluh kesah dunia ini

Batam,2009


Aliflamra’

Kata si kata punya pur asalnya aliflamra’
Baca silang suara
Pintu silang kunci
Rahasiamukah maka paruparu runtuh
Seribu nadi putus tubuh pun lumpuh
Siapa dusta ? Kafir. Siapa iman ? Takwa
Tak ada satu pun kuasa
Kecuali maha dia

Bbaru, 2009


Ketapang
: Dimas Arika Mihardja

Dupa setanggi di pucukpucuk
Senja kuning menghambur kur sumangat
Ruh membusur bianglala
Merimbun daundaun puisi

Seperti pertapa yang tak pernah sepi
Setiap gemerisik dedaunan adalah pelagu risalah
dan senandung zikir sejauhjauh semenanjung
Dan seperti ruh musafir yang tak pernah lelah
Seusaiusai gedebur ombak
Begitu nikmat kesunyian di pantaipantai

Di batubatukarang
Tak pernah aku lupa belajar meronce sore
Ketika rerimbun daunmu memberi harum dupa setanggi
Anakanak main rumahrumahan
Dari daunmu yang luruh dan merangkainya
menjadi mahkota kerajaan angsa putih

Sore itu
Aku takjub memandangmu ada tujuh bidadari
Beradapradap menabur beras kuning :
” Dangardangar aku bahiyau dangardangar aku manyaru
Ikam datang di kukus manyan ikamlah datang di kukus dupa ”


B.baru, 2009

Catatan :
beradap = jenis tarian Banjar sakral "Radap Rahayu".
dangar = dengar
bahiyau = memanggil
manyaru = menyeru
ikam = kamu,engkau
kukus = asap
manyan = kemenyan


Memetik Bintang Malammalam
: Gadis R.

Seperti malammalam kemarin aku masih disini
Aku tak merasa ini sunyi walau sesungguhnya sunyi begitu sunyi
Tapi entah apa tanganku tak letihletih
Meronce bintang sebab setiap kupetik dari gugus anganangan
Aku tak sangsi kau tentu masih disana
Masih menabur butirbutir bintang
Sehingga langit tak kulihat muram

Tapi sungguh kali ini aku merasakan ada malam lain
Membuat tanganku terkulai
Sukmaku dibawa angin masuk dalam jagat yang paling jauh
Bibirku bergetar : Kau

Dilenguh angin
Kau menabur butirbutir airmata
dalam riwayat malam yang paling malam

Bbaru, 2009


Bustan

Sebagaimana bintang timur ditanam antara dua alis
Gemerlap di tengah malam kemilau berwajah elok
Bintang timur asalnya iman yang tidak ketinggalan sholat
Itu namanya bustan kata nenek sambil membelah pinang
Si galuh tersenyum manis membetulkan mukena

Sedini sudah membiasaakan berwudhu
Membersihi prilaku di madrasah
Masjid tempat menjalankan rukunrukun agama
Setelah sholat subuh menyempatkan bertadarus
Menjaga nama baik orang tua adalah anak beradatistiadat

Suatu nanti bustan susah dicari karena arus jaman
Bintang timur padam di timur
Belanga tumpah malawén pecah
Ingatkan menanam intan antara dua alis
Tak kan dapat menulis lamjalalah di dahi jika mati
Betulkan tauhid agar selamat menuju surga
Kata nenek sambil mengeluarkan sepah ke pekucuran
Jernih wajah galuh duduk bertelémpoh

Bbaru, 2009
****
malawén = piring antik
telémpoh = etika duduk perempuan Banjar


Semata Allah

Dalam hirukpikuk pemilu
Mereka teriak : Ingat Ka’bah
Ingat yang menyuarakan aspirasimu
Demikian janji mereka
Janji ini memang sejak lama dijanjikan

Ingat Ka’bah
Tak ada lain yang kuingat
Semata Allah

Bbaru, 2009


Badudus

Tarbang Burdah isimengisi dengan biola mengalunkan lagu
Mengisi kata menguntai sair di ujung bibir
41 macam kue di asap dupa kemenyan menunggu
Ambilakan minyak likat baburih asalnya aneka kembang
Pamapai tatungkal letakan di dalam cupu

Nyai Randel duduk manyampir seru
Memanggil dimana tempat tinggal tutus Candi
Menabur beras kuning di muka pintu
Kur Sumangat
” Dengardengar aku mangiyau dengardengar aku manyaru
ikam datang di asap manyan ikam datang di asap dupa ”

Tutup pintu jangan tertutup pintu aduhai sayang
Terbang burung jauhlah jauh datang kesini
Nandung sayang datang kesini
Giranggirang buah kuranji batang pirawas
Aduhai lama tidak bersua lama terkenang

Badudus cermin adat budaya Banjar
Bakal pengantin bermandimandi sebelum bersanding di pelaminan
Duduk di atas sasanggan tubuh berminyak likat baboréh
Air mayang di upung pembersih raga badan
Air bagantung pembersih hati

Selesai mandi duduk bersanding di atas lipatan tapih
Wanitanya berbaju kurung prianya berbaju palimbangan
Tapak kaki ditungkali cacak burung agar tidak kapidaraan
Perisai diri dikelilingi cermin dan sumbu lilin
Berbedak kasay kuning kursumangat
Rupa bungas langkar budi pekerti

Dundang sayang di tengah rumah
Tertib talémpoh Galuh dan Nanang rapat sila
Terkumpul warga sanak kulawarga
41 macam kue adalah tali silaturahmi pengikat kerukunan
Mewarnai kokohnya adat budaya Banjar
Mudahan diingat turuntemurun tak kan juga terlupakan

Bbaru, 2009

****
giranggirang = gembira
badudus = mandi-mandi adat Banjar
kur sumangat = memberi semangat/selamat
dundang = dendang/lagu
baju kurung = baju perempuan tidak berbelah
baju palimbangan = kemeja bertangan panjang leher bulat sedikit ke atas bagian dada terbelah
bersaku satu di atas bagian kiri dan dua saku kiri kanan bagian bawah
nandung = irama/lagu
talémpoh = cara/etika duduk perempuan Banjar
galuh = anak perempuan ( dalam puisi ini dimaksudkan mempelai wanita )
nanang = anak laki-laki (dalam puisi ini dimaksudkan mempelai pria )
andika = anda, kau, kamu
banyu bagantung = air kelapa muda
kapidaraan = diganggu orang halus
cacak burung = tanda (X) atau (+) dengan kunyit


Bawanang

Sejauhjauh pedusunan bersemayam Paramasan
Berpagar gunung dan lembah ialah pertapa yang menyimpan misteri sunyi
ke dalam kitab kaharingan
Balai Remain tempat membakar behiuk menyan
dan rohroh nenek moyang memapai kur sumangat bagi anak cucu
Simpul adat turuntemurun

Inilah kesunyian murni
Napas Paramasan yang menapaskan kearifan
Kemurnian kehidupan yang terpatri dalam kerukunan adat
Setiap tahun tak luput dari pegangan
Bawanang merenda kehidupan dayak meratus

Bawanang adat Bapalas
Mengalir darah dalam tempurung
Mengaliri tanah huma tugal
Mengusir segala macam penyakit dan hama
Menumbuhkan rohroh padi yang melahirkan kemakmuran
Dalam Salawat Sahaya Hyang Raja Batara

Sesudah itu adat Bamula memapaikan harumnya kukus behiuk dan minyak likat baburih
Menyambut hamparan padi yang menguning
Gemerincing gelang liang tandik balian di panggung Lalayan
Bamamang ditujuh batang padi tujuh gulung rotan pengikat
Daun hibak,daun riribu, daun mada, daun jubung, daun lilinting pagat, daun sirih banaik, daun bintarung dan daun tamparakai hiasan panggung adalah
Rezeki berlimpah dalam filosofisnya
Dayak meratus siapakah lagi yang patut mengenangnya

Sebab kedamaian hakiki yang tertulis dalam kitab keharingan
Telah tercemar
Penambang intan dan emas yang datang
Membunuh riamriam dan sungaisungai
Puakapuaka terusir ke padang kedawang
Paramasan berduka
Paramasan berduka dalam tapa yang menyimpan misteri sunyi


Bbaru,2009

*****
Paramasan = nama dusun
balai Remain = nama rumah adat
behiuk = nama kemenyan
bawanang = kenduri suku dayak
bapalas, bamula = acara adat waktu menanam dan menuai padi
salawat sahaya = ucapan/mantra selamat
tandik = tari sakral
balian = dukun/orang sakti


Mandung Marindu

Ketipak ketipung tarbang di tangan bersandar di dinding batas
Mencurahkan isi hati dalam memandang diri yang kelam
Arus sungai pasang pindua pelan mengalir
Adakah melarutkan impian sampai menyentuh muara

Bintang timur padam di awan ya bintang timur
Timur, gelap jalan yulan yalalin Si Hitam Manis
Arah dituju suluh tiada berapi

Duduk salah berdiri salah ya serba salah
Salah, niat tidak lah sampai yulan yalalin Si Hitam Manis
Gelisah tidur gelisah di malam hari

Burung bilatuk bertiti di batang ya burung bilatuk
Bilatuk, makan dicari disiang hari yulan yalalin Si Hitam Manis
Pahit papari berasa pahit

Menahan derita badan yang menahan sakit
Sakit, derita badanku menahan yulan yalalin Si Hitam Manis
Liur pahit barang dimakan berasa pahit

Daun sirih bertemu urat dilipat lah dua
Dua, suratan takdir diriku yulan yalalin Si Hitam Manis
Bagaimana akal agar bisa bertemu

Terkenang siangnya malamnya merindu
Rindu, malamnya merindu yulan yalalin Si Hitam Manis
Bertemu mudahanlah bertemu

Tikar purun di dalam jukung adinda tikar purun
Purun, digelar tikar purun di dalam jukung digelar
Tikar purun jangan digelar si buruk kain

Kasih badanku adinda kalau juga kasih
Kasih, badanku adinda kuharap janganlah dikembar
Sungguh tega kalau dikembar dengan yang lain

Ketipak ketipung tarbang di tangan di bawah remang bulan
Risau hati mata berlinang di arus sungai yang tenang
Jukungjukung dikerlip lampu merasuk mimpi
Riakkah yang memanggil hingga hilang di balik bayang

Bbaru,2009


Sumur Kili Ulu Guntung

Jika kau berjalan menuju utara menyibak semak belukar dan lembah
Mendaki tanah perbukitan yang berpagar rimba hijau
Kau akan merasakan betapa hembusan angin dan kesenyapan yang membawa damai
Maka disana kau akan menemui sebuah negeri
Ulu Guntung

Kau akan menyaksikan
Di kepulnya asap garu kemenyan
Tandik balian menumbuk tubuh bumi dengan bambu berisi beras
Dan tetua adat menyumpitkan mantramantra kili di tujuh lapis bumi
Maka lahirlah sumur kili menyemburkan darah kehidupan
Dari Candi Agung roh Suryanata dan Junjung Buih datang memercikkan kur sumangat
bagi kesejahtraan anak negeri

Sumur kili sumur darah kehidupan yang pertama kali lahir
dari rahim Ulu Guntung
Setiap tahun di sumur kili dayak manyan warukin mesti membakar garu kemenyan
dan menato pergelangan tangan dan kakinya dengan kapur sirih :
Uluh hawi
nyarah tilang
manuk baya weah
hajat kabul

Tapi sekarang matamu akan pedih
Menampak Ulu Guntung telah menjadi patung
Dan anak negeri berumah di batubatu berlumut
Sebab orangorang luar datang
Merampok sumur kili

Tahukah kau
Orangorang tak pernah peduli
Kecuali anak negeri dayak warukin sendiri
Dengan tulus dan sabar telah membangun prasasti sumur kili
Mengukir patung Ulu Guntung
Membangun rumah dengan keringat sendiri
Setiap tahun masih setia mengepulkan asap garu kemenyan
Menato tangan kaki dengan kapur sirih :

Uluh hawi
nyarah tilang
manuk baya weah
hajat kabul

bbaru,2009


****
Uluh hawi = kami/orang datang
nyarah tilang = mempersembahkan bambu berisi beras
manuk baya weah = ayam dan beras
hajat kabul = syukur dan terima kasih


Turay Déndang Dirantawan

Dari dukuhdukuh jukungjukung sarat hasil tani
Berlabuh ke Banjarmasin
Saat rerumpun bakau di kanan kiri sungai
Menyempurnakan malam dan bakantan di pepohonan rambai
memanggil surya

Manakala disepanjang rantawan rembulan menghampar cahya
Déndang pejukung memecah kesunyian di arus Sungai Martapura
sebagai pelipur lara
Maka terjalinlah déndang bersahut :

Sungai Tuan ilung berserak ikut mangantar jukung berkayuh
Pergi bersama pulang bersama jukung yang dekat jangan berjauh

Sungai Tabuk airnya dalam memancing ikan dapat adungan
Rasa mendegup hati di dalam setelah tertatap wajah sampian

Dari Astambul ke Banjarmasin tidak tertinggal memakai tangguy
Tunduk tengadah ada berhasrat bagaimanakah hendak barukuy

Kalau tahu kalotok lalu kanapa pian tidak menyingkir
Sudah tahu diri ulun balu kenapa pian tidak berpikir

Hendak menuju ke Taluk Selong bertiti jembatan ulin
Di dalam hati sudah menghitung niat hati tidak ke lain

Menatap Sungai Martapura dimana hilir mudik jukungjukung
Tetapi kecipak kayuhnya tak pernah mengenal lagi
turay déndang berdéndang dikelamnya sunyi

bbaru,2009

****
tangguy = topi lebar dari daun nipah
barukuy = berkecocokan, kompromi
ulun = aku, saya
balu = janda
pian/sampian = anda, kau, kamu
kalotok = perahu bermesin
bakantan = kera mascot Banjar


Sungai

Orangorang tak pernah terpikir sebelumnya
Ternyata kota ini telah terbakar
Lalu panik mencari sungai
Memang kota ini tidak lagi punya sungai
Sungaisungainya telah mati
Karena dibangun sebuah kota yang megah

Sungai dan jukungjukungnya yang melintas
Sesungguhnya sumber kehidupan dan spesifik kota ini

Kota ini telah musnah terbakar
Dan jika orangorang berpikir mencari sungai
Dalam puingpuing kota ini
Pasti akan lahir sebuah kota yang lebih megah

Bbaru, 2009


Baahuy

Baahuy cermin masyarakat Banjar hidup bergotongroyong
Setiap tahun pasca menuai padi
Pesta ahuy penanda budaya
Ahuy bairik padi sambil bernyanyi
Bernyanyi pantun berbalas
Sebait pantun usai dilantunkan maka ahuy suara bersama
Dan mudamudinya pun saling bersua
Amboi, siapa tahu nasib mujur jodoh di tangan
Maka bila bernyanyi tarian pun seiring

Mairik padi sambil berdendang ala sayang
Buang tangkainya lalu dijemur
Baiklah kita hidup berukun ala sayang
Negri kita menjadi makmur
ahuy ahuy

Sungguh enak memakan kerak ala sayang
Memakan kerak di dalam piring
Sungguh asyik adinda dekat ala sayang
Dapat juga saling mengerling
Ahuy ahuy

Petikkan kembang jaruju aduhai
Disuntingkanlah ya abang kembang pepaya
Kembang pepaya
Ahuy ala ahuy
Jika ada rasa cinta aduhai
Lekaslah abang meminang usai puasa
Usai puasa
Ahuy ala ahuy

Masa sekarang baahuy sudah semakin lenyap
Sipat bergotongroyong semakin menipis
Menuai padi atau pun bairik serba mengupah
Sudah jarang bertanam atau pun menuai semusim
Benih padi tahunan pun semakin langka
Yang lebih miris sawah semakin sempit
Berganti rupa dengan rumah toko atau pun pabrik
Tak dapat membayangkan bagaimana nasib anak negri kemudiannya
Dilanda bencana
Apatah lagi hendak dikata jika dikata semakin pedih terasa

Bbaru, 2009


***** ahuy = ekspresi kegembiraan
(ma/ba ) irik = melepas padi dari tangkainya


Pengantin Berusung

Ayakan méréng mengiringi tari kuda gépang
Mempelai lelakinya duduk di bahu peusungan
Arakan menuju rumah mempelai wanitanya
Di halaman rumah mempelai wanitanya sudah menunggu

Setelah saling berhadaphadapan kemudian peusungan membuka katakata
Adimas,
Ulun Kangmas
Jauh berjalan menempuh alam membawa sukma raga badan
tak lain Adimas yang dirindukan
Inggih, Kangmas, tidur terjaga makan tak nyaman
tak beranjak di muka pintu Kangmas yang ditunggu
Ya Adimas sampai niat, bagaimana mulaikah menampilkan tari
Inggih, apa apa ujar sampian aja Kangmas

Paparangan menggerincing
Kuda gépang menyusun jajak tandik bukah
Tapung tali berayun lontang batandang
Jangkelung menghentak lu’lu kemudian tarabang
Tarian raja mempelai lelakinya
Tarian ratu mempelai wanitanya
Meniti jinggung masuk ke dalam negri alam berjiwa

Kuda gépang mengatur sembah
Setelah raja dan ratu bersanding
Adimas
Ulun Kangmas
Sudah puas menjelajah jagat, bagaimana kita ke singgasana
melapangkan napas
Inggih, apa apa ujar sampian aja Kangmas

Pengantin diturunkan disambut dengan derai shalawat
Menuju pelaminan senyum di bibir tak ubahnya mayang mengurai
Tapung tawar mengembun kehidupan


Bbaru,2009

***
paparangan,jangkelung, ayakan méréng, jinggung = irama gamelan/musik
jajak tandik bukah,tapung tali,lontang batantang, lu’lu,tarabang = gerak tari tradisional
dalam tari kuda gepang ( kuda lumping )
tapung tawar = memberi selamat dengan percikan air kembang dan harum-haruman.
ulun = saya,aku ucapan merendah terhadap yang lebih tua
inggih = ucapan ya/sahutan merentah terhadap yang lebih tua
sampian (pian) = anda, kamu, kau,engkau ucapan merendah terhadap yang lebih tua


Menghargai Punya Negri Sendiri

Memikirkan nasib tanah Banjar semakin kehilangan senibudaya adatistiadatnya
Rasa miris dan menyedihkan
Sebenarnya tanah Banjar banyak punya senibudaya dan adatistiadat
Tapi jangankan orang lain orang Banjar sendiri tidak peduli

Jika melihat kepunyaan orang merasa iri juga
Orang menghargai orang memelihara orang memajukan
Kalau di negri sendiri baharaga tahi larut
Kalau ada orang lain yang mengakui baru tahu
Persis seperti cacing panggal seperti cina kehilangan dacing

Menjadikan maju senibudaya sendiri
Menjadikan anak cucu beradat bertatakerama
Bukanlah orang lain
Tapi kita sendiri yang berupaya
Kita sendiri menghargainya
Yang membuat berlinang airmata
Banyak peninggalan orang bahari
Tidak tahu lagi entah kemana kuburnya

Kita sepatutnya berbangga
Tidaklah berpribahasa apakah baik atau tidak tapi punya sendiri
Sesungguhnya bila dibandingbanding dengan punya orang
Rasanya senibudaya orang Banjar tidak kalah juga

Ini cuma pandai di mulut tahunya hanya menyuruh saja
Tapi akal mamilanduk
Manangguk di banyu karuh
Jeddam éngkén barajut
Senang makan pangalih orang lain

Kita harus memikirkan bagaimana agar anakcucu kita
jangan sampai diracuni budaya orang
terlebih lagi punya orang kafir
Janganlah tergesagesa mengatakan seni itu haram
Kalau mengingat riwayat Rasulullah
Ketika hijrah dari Makah ke Madinah
Datang disambut dengan kesenian
Sesungguhnya kita harus pandai memilih
Yang mana gabah dan yang mana beras

Semoga ada juga orang Banjar rasa terbuka hati
Ikut kayuh baimbay gawisabumi
Menjunjung tinggi pusaka orang banua


bbaru, 2009

*******
Pribahasa/ungkapan :
cacing panggal =gelisah tidak karuan rasa
cina kahilangan dacing = ribut sekali, gaduh,mencak-mencak
akal mamilanduk = tipu daya, tipu muslihat
manangguk di banyu karuh = mengangbil keuntungan sementara orang yang bekerja
jeddam éngkén barajut = sangat kikir
makan pangalih urang = termakan keringat/ jerih payah orang lain
kayuh baimbay = seiring sejalan
gawisabumi = hidup bergotong royong


Buah Sukma Biduri

Palinggam Cahaya
Seratus empat puluh negri di laut
Seratus empat puluh negri di darat
Siapa yang bertahta tidak lain Raden Kasan Mandi
Adil bijaksana kasih sayang terpatri di dalam hati
Tujuh gedung harta buat derma fakir miskin
Siapa yang berbuat salah diampuni
Siapa yang berat hukuman diringani
Siapa yang dihukum mati di hidupi

Negri berasal hutan belantara
Tapi jiwa semangat membangun Maha Raja Bungsu ramanya
Berdiri negri beralam subur rakyatnya makmur
Kasan Mandi duduk di tahta penerus ramanya

Kasan Mandi tampak gelisah kadang duduk kadang berdiri
Tunduk tengadah ada yang dipikirkan
Akhirnya masuk juga ke dalam mahligai menemui Jung Masari isterinya

“Kakang rasa tidak keruan hati melihat keadaan Adingmas seperti ini
Ayu Dingmas katakan pada Kakang ada apa gerangan”
Jung Masari duduk di ranjang berlinangan air mata
Jung Masari tidak menyahut masih bertundukan
Tangannya menyusurnyusur ujung baju
Kasan Mandi rasa dihinggapi seratus awan kelam
“Adakah kesalahan Kakang sampai Adingmas bersedih seperti ini
Berhentilah Dingmas menangis
Katakan pada Kakang agar senang mendengar”
Jung Masari berdiri lalu memeluk suaminya
“ Kangmas tidak ada berkesalahan dengan siapasiapa apalagi dengan ulun
Sebelum ulun berucap ampunkan ulun Kangmas”
Kasan Mandi membelai rambut Jung Masari
“Tidak ada asalan Kakang memarahi orang yang tidak bersalah apalagi Adingmas Intan hati Kakang intan negri ini”
“ Ulun mengidam”
Mendangar ini tak terasa Kasan Mandi erat memeluk isterinya
Wajahnya sebagaimana matahari di timur yang sedang bersinar
Hatinya sebagaimana selaksa burung di pagi hari
“ Tapi Kangmas sebelum ulun meneruskan apa yang terkandung dalam diri ulun sampian ampunkan ulun Kakang”
Kembali Kasan Mandi menatap Jung Masari
“ Katakan Dingmas, sudah Kakang ampuni”
“ Rasanya rasa berat hati menyebutkan karena ulun tak mau menyusahkan sampian Kakang”
“Sebutkan Dingmas agar hati Kakang menjadi senang”
Jung Masari lalu berkisah
Jung Masari tak enak makan tak nyenyak tidur
Hari ke hari gelisah
Seleranya ingin benar memakan buah
Buahnya hanya sebiji di seribu ranting
Kasan Mandi terdiam mendengar
Tidak tahu apa nama buahnya dan dimana adanya
Tapi karena cinta benar pada isterinya :
“Biar sampai ke ujung langit sekalipun Kakang cari sampai dapat”

Kasan Mandi mundarmandir
Tunduk tengadah belum juga terbuka jalan
Lalu ingat dengan Paman Lamut
Kemudian memanggil Paman Lamut
Ujar Paman Lamut :
“Cepat bersemedi di dalam kelambu kuning “

Di asap dupa kemenyan
Mantra pancar cermin ditabur :
“ Tutus candi manyipat gunung
Gunung rubuh
Manyipat langit
Langit runtuh
Kupasak angin kencang ”
Seraya
Lepas tali empat sudut kelambu kuning
Berobah menjadi orang tua gemerlap

Sembah sujut di hadapan eyangnya
“ Aku tahu tungai apa yang ada di dalam hati cucunda
Kesinikan tapak tangan kanan aku cacak burung”
Setelah mencacak burung eyangnya bergaib keasalnya
Kasan Mandi melihati tapak tangannya
Terlihat buah di seribu ranting bernama buah sukma biduri
Letaknya di seberang lautan pulau angsana wangi
Ratusan jin yang menunggui

Dalam caritanya
Perahu Naga Sakti mengantar Kasan Mandi didampingi Paman Lamut
Berlayar menuju pulau angsana wangi
Segala rintangan dijalani
Gelombang segala gelombang dilalui
Bégal lanun yang mengganggu dibasbi

Di pulau angsana wangi
Terjadi peperangan sampai tujuh hari tujuh malam
Berpikir dalam hati Kasan Mandi
Kalau begini caranya sulit mengalahkan jinjin ini
Lalu Kasan Mandi mengungkit tanah dengan ibujari kaki kanannya
Dikepalnya di tangan
Lalu berdiri dengan kaki tunggal dan menengadah ke langit
Tanah di tangan dilemparkan ke matahari terbenam sambil
menyemburkan mantra petala jagat :
“ Asalnya tanah ke tanah asalnya api ke api
Asalnya air ke air asalnya angin ke angin
Kembali ke alam terjadiku
Siapa yang memandang diriku segala tunduk
Sebagaimana sujud di kakiku “
Seraya langit memancar kilatkilat angin ribut menggelugur
Hujan deras dengan petirpetirnya
Petirpetir menyambar jinjin lalu lumpuh
Seluruh jin takluk lalu menyerahkan buah sukma biduri
Paman Lamut melepas cincinnya
Lalu meniup cincinnya menjadi seekor rajawali
“ Cepat bawa buah sukma biduri ke hadapan Jung Masari katakan kami baikbaik saja “
Rajawali terbang menuju negri Palinggam Cahaya

Tarbang mengalunngalun semakin ke ujung semakin menghilang
Sampai disini pelamutan menyudahi lamutnya
Sebelum menutup pelamutan menarik napas panjang
Lalu berucap :
Aku ini sudah tua
Aku seoranglah yang tertinggal tiada siapasiapa lagi
Jika tiada yang meneruskan lamut bagaimana nasib senibudaya Banjar
Semoga lamut jangan terkubur bersama kuburku nantinya
Seraya
Tarbang melengking semakin meninggi
Suaranya dibawa angin menyusup ke hati orangorang yang tertunduk
menjenguki hatinya masingmasing


bbaru,2009


******
tutus candi = Keturunan raja ( Kasan Mandi )
manyipat = berjalan, menempuh, masuk
ulun = saya, aku (ucapan halus terhadap yang lebih tua )
sampian = kamu, anda (ucapan halus terhadap yang lebih tua )
lamut = teater tutur tanah Banjar
palamutan = orang yang membawakan lamut
tarbang = gendang sejenis rebana tapi agak besar


Ujung

Hari tak terasa bertemu hari
Kaki semakin jauh juga melangkah
Tunduk tengadah cukupkah airmata
Membetulkan jejak yang kacau berhamburan
Di sepanjang jalan

Manakala melihat bintang di langit
Tak lah sama dengan hitungan umur
Apakah membiarkan rambut memutih
Umur tidak berbau

Tak kan terlambat bertanam nyiur
Untuk membenahi sisa hidup
Menyusuri bentang jalan
Mesti berujung sampai ke liang ajal

Bbaru,2009


Minyak Balian

Pujat lapar mata merah mencorong
Cakar membongkar kubur
Mayat harus dihidupkan
Manusia hidup lebih manis dari madu wanyi
Lebih gurih dari barangka manu
Lebih harum dari asap kemenyan
Pujat melepas tangkaluban dari pinggangnya
Digantung pada akar menjulur dari atas pohon

Setelah sesajen siap
Pujat menyembur mamang
Ranying Hatatis Hiang Pi Umbung
Masuklah dalam kelenya
Masuklah dalam bahalai
Sebelum aku makan
Makanlah isi ancak
Makanlah dalam nawuluh lulung pasike
Minumlah darah manu dalam sasiri
Aku manyaru ruhruh di asap gununggunung

Mulang mengintai di atas pohon
Matanya mengkilat menatap
Diraihnya tangkaluban
Diikatkannya ke pinggang
Mulang heran setiap manusia mati dikubur
Selalu hilang setelah dikubur

Pujat menato dengan kapur sirih
di antara dua kening di kedua pipi titik segi tiga di dadanya
Kemudian manajak laung di kepalanya
Melilitkan saraben ke tubuhnya
Memasang gelang hiyang di kedua pergelangan tangannya
Pujat mengubah dirinya menjadi wadian bawo
Lalu batandik mengelilingi mayat yang membujur di kelenya
Dalam bubusan asap kemenyan

Mulang mengintai di atas pohon
Matanya mengkilat seperti mata pisau
Hidungnya menghirup bau ruhruh memakan isi ancak
Seperti letupanletupan buah para musim panas
Ruhruh memecah nawuluh lulung pasike
Mulang mengambil minyak balian dari tangkaluban
Lalu disembunyikannya di balik bajunya

Setelah selesai batandik Pujat si setan itu
Akan menghidupkan mayat yang terbujur
Lalu akan mengambil tangkalubannya
Tetapi sangat terkejut tak ada lagi tangkalubannya
Dengan mata merah mencorong hidungnya mengendusendus
Lalu menengok ke atas pohon
Seraya berteriak marah : Mulang
Kembalikan tangkalubanku

Mulang turun dari pohon
Dengan bertolak pinggang mendekati Pujat
Lalu tertawa memecahkan hutan belantara
Ruhruh pada terkesiap
Pujat murka lalu merebut tangkaluban miliknya
Mulang menyingkir dari cengkeraman cakar si setan
Maka terjadilah perkelahian yang amat sangat
Batubatu beterbangan
Bukitbukit pada ambruk
Guntung pada kering airnya
Pohonpohon pada rontok daunnya
Antara keduanya
Tak ada yang menang
Tak ada yang kalah

Berucap Mulang :
Pertarungan tak perlu lagi dilanjutkan
Lalu melepas tangkaluban dari pinggangnya
Lalu menyerahkan pada Pujat
Mata Pujat merah mencorong mulutnya mendesis
Melihat minyak balian tak ada lagi dalam tangkalubannya
Di dalam hatinya masih tersimpan penasaran
Berucap Pujat pada Mulang :
Bila minyak balian itu di tanganmu
Syaratnya kau tak boleh menghidupkan manusia mati
Mulang si manusia itu diam sejenak
Kemudian menjawab : Baiklah

Dari waktu ke waktu
Ternyata Mulang ingkar pada janjinya
Ia menghidupkan setiap ada manusia yang mati
Ia melakukan seperti apa yang dilakukan Pujat
Mengoles minyak balian pada kening mayat

Pujat marah setelah tahu lalu menemui Mulang
Menantangnya bersabung ayam
Apabila Mulang kalah
Maka harus mengembalikan minyak baliannya
Tetapi ayamnya selalu kalah
Namun di dalam hatinya masih tersimpan dendam

Mulang khawatir minyak balian akan dapat direbut kembali
Maka ia menyembunyikannya dalam kelambu
Pujat akan lebur bila masuk ke dalam kelambu
Tapi Pujat mendapat akal
Lalu menyuruh katikih mengisapnya
Sejak itu setiap manusia mati di kubur
Selalu kuburnya di jaga

Bbaru, 2009

*****
barangka manu = ayam panggang
madu wanyi = madu tawon
tangkaluban = sejenis keranjang dari rotan


Macan Jejadian

Daundaun pepohonan pada menegok ke bawah
Mencium eloknya si perempuanperempuan itu
Sedang kicau burungburung sontak berhenti lalu beterbangan
Mendengar tawa dari wajah ceria dibubus angin
Perempuaanperempuan itu melenggang di jalan setapak
Menuju bau lelaki

Empat dari lima lelaki
Dengan leher panjang disedot gemulai lenggang tarian
Harumnya lima tangkai kembang cempaka
Empat dari lima lelaki itu
Menggosokgosok matanya
Hutan itu telah berubah menjadi sebuah tamanbunga

Mereka menaksir satu sama lain
Setelah mereka bertemu dengan kerdipan mata
Mereka pun menjadi berpasangpasangan
Dan menyantap isi bungkusan lemak manis penganan ketan

Satu dari lima lekaki
Sedari tadi mengalihkan matanya pada sebuah anak sungai yang mengalir
di bawah tebing
Dan satu dari lima perempuan itu
Perempuan begitu cantik bahkan teramat cantik
Begitu matanya gemerlap dalam sungging seribu senyuman
Makanlah nanti keburu dingin aku sendiri yang memasak ketan ini
Lelaki dari lima lelaki itu
Masih mengalirkan matanya ke arus sungai
Tangan perempuan yang lentik itu akan menyuapkan kemulutnya
Lelaki itu pelan menepis dengan telunjuknya
Perempuan itu tak cukup dengan senyuman lalu menggerai rambutnya
Takcukup rabutnya lalu menggesekgesekkan tubuhnya
Tak cukup dengan tubuhnya lalu mulutnya yang mungil mendebarkan
Lelaki itu berkata : sebentar aku akan turun ke tebing

Di seberang sana
Lelaki itu menyaksikan empat lelaki temannya
Tergeletak berlumuran darah daging tubuhnya koyakkoyak
dikunyah empat macan yang mengerikan
Lelaki itu lari bersembunyi ke balik bebatuan
Perempuan yang satu tadi mengejar tapi kehilangan jejak
Perempuan itu memanggil : Jaka kau ada dimana
Ada sahutan : Aku ada disini
Perempuan itu menemukan lelaki itu
Dan lelaki itu terus berlari ke balik bebukitan
Perempuan itu mengejar lagi tapi kehilangan jejak
Perempuan itu kembali memanggil : Jaka kau ada dimana
Ada sahutan : Aku ada disini
Dan lelaki itu pun kembali berlari dan bersembunyi di dalam hutan
Sebelum bersembunyi ia memotong telunjuknya yang menyentuh ketan
Perempuan itu terus mengejar tapi kehilangan jejak
Perempuan itu memanggil lagi : Jaka kau ada dimana
Ada sahutan : Aku ada disini
Dan perempuan itu hanya menemukan sebuah telunjuk
Perempuan itu kembali pada wujud asalnya seekor macan
Ia sedih dan menangis karena ia hanya memakan sebuah telunjuk
Dan empat macan lainnya mulutnya berlepotan darah
Ada di sampingnya

Lelaki itu merenung dan ingat sesuatu
Kemudian ke luar dari persembunyiannya
Macanmacan itu dengan beringas menatapnya
Taringnya mencuat kukukukunya mengembang siap akan menerkam
Lelaki itu dengan tenang berkata :
Aku tahu dimana asal ikam
Sangatak sangitik asal umaikam
Maha Raja Pati asal bapaikam
Bulik ka mana sagala asalikam
Sontak macanmacan itu bergetar
Dan tubuhnya mencerai menjadi abu


Bbaru, 2009

*****
ikam = kamu, kau,engkam
umaikam = ibu kamu
bapaikam =ayah kamu


Sandah

Suaminya tak pulangpulang
Dipendam Kamariah dalam rumahnya
Bagaimana pun sabarnya pasti ada batasnya
Hatinya panas
Mendidih sampai ke ubunubun
Sopiah wajahnya merah
Matanya ke luar air panas
Diwaktu senja turun
Sopia berdiri di muka pintu
Bertunduk lalu bertengadah bertunduk kembali
Disingkapnya tapih tinggitinggi
Lalu dikipasinya dengan tampah :
Imran bulik
Lakasi bulik
Tampah terus dikipaskan
Sampai senja terkebas kelam
Imran masih terpendam

Sundal pandayangan
Dasar janda kemiangan
Orang tak bermuka tak bermalu
Mengambil suami orang
Lalu merungkup Kamariah
Dipukulnya mukanya dicakarnya
Direnggutnya rambutnya
Kamariah tungganyglanggang dirangsangnya
Imran cuma tertegak seperti patung
Orangorang datangan melerai

Kamariah si janda kembang
Memendam dendam dihatinya pada Sopiah
Walau robek di tangan Imbran tak kan dilepas
Dia makani dengan tiga biji nasi di lipatan kakinya
Dia minumi dengan air cancutnya
Imran kepayang terpendam di bawah telapak kakinya

Gula tepung walau tak bewarga tapi sekampung
Kampung jadi sunyi ketika malam hari
Gula tepung walau tak bewarga tapi sekampung
Rumah sepi pintu dan jendela dikunci rapat

Sandah mengharubiru kampung
Semua makanan orang kampung dijilatinya
Gula tepung walau tak bewarga tapi sekampung
Orang tungganglanggang ditemuinya
Orangorang jadi sepakat mengusir sandah
Turun membawa obor
Membawa tombak parang potongan kayu
Kampung jadi ribut mengepungi sandah
Tapi orangorang kewalahan sandah selalu menghilang
Dan gentayangan dimanamana
Gula tepung walau tak bewarga tapi sekampung

Malam itu orangorang bersembunyi mengintai
Kuburan orang mati baru dikubur
Lobang di atas kuburan itu orang tutupi dengan botol
Tak lama botol berisi asap
Lalu orang cepat mengambil dan menutupinya
Orangorang ramai mengarak botol menuju sungai deras

Di dalam botol Kamariah merintih tangis
Mengapungapung di arus sungai
Setelah empat puluh hari tenggelam di laut
Tak gentayangan lagi di dunia

Bbaru,2009

*****
sandah = sejenis kuntilanak
sundal pandayangan = sumpah serapah kotor
bulik = pulang
merungkup = menerkam



Sajadah Rindu

Sedikit pun tak gugup memandang senja
Merahnya matahari akan berakhir ke tirai kelam
Sebab ruhnya menyatu dalam ruhku
Debur laut adalah ombak zikir
Mengisi sepinya pantai

Memandang langit dikepak burungburung
Karang tempat berteduh dukalara

Sedikit pun tak kan surut
Melihat kaki langit tak bertepi
Di senja yang semakin senja

Kutulis alamatmu di pasirpasir
Melayarkan sajadah rindu
Ciuman ombak di pantaipantai
Adalah doa yang tak pernah diam berdesir


Bbaru, 2009


Geger Ganda Manik Sukalima
( Teater Tradisional “Mamanda” Kalsel )

( Baladon )
Tiga orang memadu tari nyanyi dan narasi
Tebu salah saray sarapun
Mun ada nang tasalah kami maminta ampun

( Musik )
Balai persidangan sudah kita siapkan
Sambil bataduh lapah alangkah baiknya kita memperkanal diri, kaya apa Adinda Harapan Kedua
Bujur sekali Kanda Harapan Pertama. Sebagusnya maharagai nang tuha Kanda Harapan Pertama nang badahulu
Kita sudah memperkanal diri. Supaya jangan katiwasan alangkah bagusnya kita periksa sekali lagi balai persidangan
Bujur Kanda Harapan Pertama, limbahitu kita berjagajaga di pintu balai persidangan
Musik

( Musik )
Harapan Pertama wan Harapan Kedua juga, beri jalan Beta empunya diri. Beta hendak mengadakan persidangan. Kaya apa bereskah sudah kalian siapkan.
Harapan Pertama dan Harapan Kedua membuka jalan :
Sudah kami siapkan Paduka

Kita sudah sampai di balai persidangan, sebelum kita memulai persidangan terlebih dahulu kita memperkanal diri, kaya apa Pamanda Wajir, Perdana Mantri.
Sebagusnya kaya itu Paduka.
Raja badahulu memperkenalkan diri.
Tersebut beta empunya diri Maha Raja Brajapati Alam Gangga Sukma Barjiwa, bertahta di Kerajaan Ganda Manik Sukalima, duduk di singgasa bertatah yakut jambrut nilam biduri, memakai mahkota emas permata intan berlian. Apa benar Pamanda Wajir
Wajir : Benar sekali Paduka.
Empat puluh anak rajaraja di kanan empat puluh anak rajaraja di kiri tunduk berhidmat dihadapan Beta empunya diri. Apa benar Perdana Mentri
Perdana Mentri : Benar sekali Paduka
Memerintah adil bijaksana disayangi rakyatnya, apa benar parmaisuriku nang bungas langkar
Parmaisuri : Inggih dasar bujur, Kanda ai
Kita sudah memperkanalkan diri, baiklah kita mulai persidangan ini.
Sewaktu hendak dibuka, Panglima Perang datang.

( Musik )
Gantar Gandari Buana Paksi, aku punya nama, terpangkat Panglima Perang atau Kepala Pertanda dalam kerajaan Ganda Manik Sukalima. Telah bertahuntahun mengabdi di kerajaan Ganda Manik Sukalima tak pernah mendapat cacat cela dari paduka maha raja, inilah yang menjadi kebanggaan seorang Panglima Perang atau Kepala Pertanda.
Gagah berani, sakti mandraguna, kada batampik lawan musuh, kada pilih bulu siapakah siapakah, kuhancurlumatkan sampai mati.
Gantar Gandari Buana Paksi, akulah orangnya :
Naga ulit naga umbang
Taguh di kulit sampay katulang
Wasi kuning pasak awakku kulit kijang putih babatku
Siapa yang berani menantangku
Awas, kurajam lawan tapak tanganku Si Gantar Api
Jangan cobacoba lawan Gantar Gandari Buana Paksi, mun handak tahu :
Kataku sirunduk runduk
Runduk runduk galimbanganku
Siapa nang manantang cahaya mataku
Lumpuh sebagaimana dicabut urat seribu
Baiklah aku akan masuk ke balai persidangan mungkin aku ditunggu oleh Paduka Maha Raja
Harapan Pertama, Harapan Kedua juga beri jalan aku handak masuk ke balai persidangan.
Harapan Pertama dan Kedua : Baik Tuanku, silakan masuk.
Salam sejahtera Paduka.Ampun maaf hamba terlambat datang. Tapi tugas yang diberikan pada hamba telah selesai dilaksanakan.
Bagus Panglima Perang.Senang hati Beta empunya diri mendengar.
Amun kaya ini mari kita laksanakan persidangan
Persidangan, mempersiapakan acara perkawinan anak putri maha raja yang bernama Putri Ayu
Rumbayan Amas Rumbayan Intan lawan anak raja dari kerajaan Gumilang Kaca Salaksa
Acara dilaksanakan karasmin empat puluh hari empat puluh malam.
Ketika maha raja hendak menutup, Hadam berucap :
Mohon ampun Paduka
Ada apa Hadam
Mohon ampun Paduka
Iya, ada apa Hadam
Mohon ampun Paduka
Nah, ujar Beta ada apa Hadam
Ujar Diang Kacil, bini Hadam pina carengehcarengeh :
Laki ulun ini Paduka ai konslet kabelnya kalo.
U, abahnya ada apa garang pina bapandir basandatsandat
Padahakan pang
Ujar Hadam :
Hamba umpat batakunlah, Paduka
Takunakan aja Hadamai
Tapi jangan sariklah
Ai, kanapa sarik, takunakan ja
Paduka mahargailah lawan sanibudaya Banjar
Ha ha ha itukah Hadam, Beta sangat menghargai senibudaya Banyar
Nanti kita adakan dalam karasmin perkawinan putri Beta, semua kesenian nang ada di kerajaan kita tampilkan dan terus kita bina, kita gali, kita lestarikan, kita bantu sagala apa nang diperlukan seniman dan grup keseniannya, tiap tahun kita adakan lomba baik kesenian yang sudah ada lawan berkreasi, kita beri hadiah seni lawan seniman yang berprestasi. Sabuting lagi Hadam ai, kita dirikan sekolah guru kesenian.
Tarima kasih, Paduka. Tapi Paduka
Ada apa lagi Hadam
Rasa lawas hamba kada mandangar Paduka banyanyi. Biasanya mun handak basidang
Paduka musti banyanyi wan taritarinya.
Iihlah Hadam, bujur ujar ikam
Maha Raja Brajapati Alam Gangga Sukma Barjiwa lalu bernyanyi lagu raja
Dundang ... sayang ... urang nang langkar ... barikit di dalam hati.... Kaya apa Pamanda Wajir
Wajir : Umai suara Paduka sampai merasuk ke dalam hati nang mandangar.
Setelah selesai aparat kerajaan Ganda Manik Sukalima, kembali.
Musik

( Musik )
Jejer di balai persidangan Kerajaan seberang lautan Kerajaan Dundung Wowo Sagara, mempersiapkan penyerangan ke Kerajaan Ganda Manik Sukalima, rajanya murka karena ditolak mempersunting Putri Ayu Rumbayan Amas Rumbayan Intan.Siap berangkat penyerangan.
Musik

( Musik )
Jejer di Kerajaan Ganda Manik Sukalima, mengatur pertahanan dibantu oleh kerajaan Gumilang Kaca Salaksa atas serbuan Kerajaan Dundung Wowo Sagara

Kancah pertempuran
Dundung Wowo Sagara menggempur Ganda Manik Sukalima, namun dapat dikalahkan dan Rajanya mati di tangan Panglima Perang Gantar Gandari Buana Paksi.
Karasmin yang nyaris gagal itu kembali diteruskan.
Cerita selesai
Ditutup dengan lagu Terima kasih.

Bbaru, 2009

*****
nang bungas langkar = yang cantik, elok
kada batampik = tidak berpilih
taguh = kebal. mun, amun = jika, kalau
katiwasan = disalahkan. nang = yang
badahulu = duluan. kaya apa = bagaimana
Sabuting = satu . kaya itu = seperti itu,begitu
Padahakan pang = katakan lah/saja
lawan = dengan
pina carengehcarengeh = agak genit,berseloroh
pina bapandir basandatsandat = berbicara tersendat-sendat
umpat batakunlah = numpang tanya
karasmin = pesta,perayaan. sabuting = satu
bataduh lapah = mengaso, istirahat, melegakan napas
lawan = dengan. wan = dan. babat = ikat pinggang
bujur = benar. sariklah = marahlah

0 komentar:

Posting Komentar