Pages

Senin, 31 Mei 2010

Orde Mimpi

ORDE MIMPI
Oleh : R Giryadi

DRAMA INI DIMULAI DENGAN SUARA BERDENTANG TANDA KEHIDUPAN DIMULAI. MUSIK RITMIS MENGIRINGI DENTANG YANG BERDENYUT SEPERTI DETAK NADI. LIGTHING PERLAHAN MENYALA MENYINARI ORANG-ORANG DALAM TABUNG BESAR. MULUT DAN MATA MEREKA TERTUTUP RAPAT. SEPERTI SEDANG MENJALANI SEBUAH PROSES KELAHIRAN. DI LUAR TABUNG BESAR, DUA ORANG SEDANG BERCAKAP-CAKAP SERIUS.

01.PAKARWAN:
(Modar-mandir, gelisah) Aku belum menemukan jawaban.

02.RIBAWAN
Apa perlu rumus-rumus?

03.PAKARWAN
(Berpikir sejenak) Sebenarnya tidak perlu. Tetapi aku ragu, kerena mereka penuh dengan rumus-rumus yang telah diformalasikan. Lihat kepala mereka terlalu besar. Di dalamanya segebok rumus-rumus hidup siap digunakan.


04.RIBAWAN
Jadi, masih diperlukan perhitungan yang tepat?

05.PAKARWAN
Bukan perhitungan tetapi kesepakatan. Jangan sampai kehadirannya menjadikan suasana kacau.

06.PAKARWAN
Tetapi mereka kan berdiri dari rumus-rumus. Kita siap mengendalikan.

07.RIBAWAN
Jadi apakah harus kita delete tanda formulasi?

09.PAKARWAN
Mana mungkin bisa? Tanda-tanda itulah yang mungkinkan mereka hidup. (Mencoba berpikir lagi) Ah….buntu!

MUSIK IRAMA DENGUS LABORATORIUM TERDENGAR PERLAHAN. KEDUA ORANG SEDANG MENGAMATI HASIL EKSPERIMENYA. MEREKA MEMBICARAKAN SEKUTU TETAPI TIDAK TERDENGAR. MEREKA BEGITU SERIUS. DAN DARI SUDUT LAIN DATANG SESEORANG YANG

Download Naskah Ini

Monolog Retorika Lelaki Senja

Retorika Lelaki Senja
Oleh : R Giryadi

SEBUAH LEMARI TUA BERDIRI KOKOH. DI SEKITARNYA BEBERAPA INTERIOR TUA KELIHATAN TAK TERAWATT. BEBERAPA EKOR TIKUS BERSLIWERAN. MEREKA SALING BEREBUT BARANG CURIAN.
DISAAT KEGADUHAN MEMUNCAK, TIBA-TIBA PINTU LEMARI TUA TERBUKA PERLAHAN-LAHAN. PARA TIKUS MELESAT MENGHILANG. PINTU LEMARI TUA MENUTUP CEPAT : BRAK! SEPI.
PINTU LEMARI TUA KEMBALI TERBUKA, PERLAHAN. DARI BALIK PINTU MUNCUL WAJAH SESEORANG. MATANYA MENYELIDIK. SETELAH AMAN, SESEORANG ITU KELUAR DARI LEMARI. SESEORANG ITU MENENTENG KOPER ATAU BUNGKUSAN LAIN.
TIBA-TIBA BEBERAPA TIKUS MELINTAS SEPERTI FORMULA 1. SESEORANG MELONCAT KE TEMPAT YANG LEBIH TINGGI. TIKUS-TIKUS BERPUTAR-PUTAR. SESEORANG BERTAHAN DI TEMPAT YANG LEBIH TINGGI. DI TEMPAT ITU SESEORANG YANG KELIHATAN RAPUH, MENYAPA SIAPA SAJA, DIWAKTU KAPAN SAJA.

Selamat apa saja dan selamat kapan saja. (Clingukan melihat situasi sekitarnya) Baiklah, dalam kesempatan ini, sebelum drama ini berlangsung, ijinkan saya mengutip sebuah kalimat yang cukup terkesan dihati saya. “Kalau saya bunuh diri, sandiwara ini tidak akan pernah ada!” (1) Pasti anda ingat dengan kalimat itu. Nah, kalau diperkenankan kalimat itu akan saya kutip menjadi, “Kalau saya mati, saya tidak bisa kurupsi!” Hiiiii. Makanya sekalian masih hidup sandiwara kurupsi ini harus saya jalani dengan cara seksama dan dalam tempo (kalau bisa ) selama-lamanya.

TERTAWA.



(Kepada para tikus) Sudah, pergilah! Tugasmu sudah berakhir! Terlalu verbal!

SETELAH TIKUS BERLALU.

Berkurupsi sudah menjadi garis nasib saya. Karena itu dalam melakukannya tidak boleh setengah-setengah. Meski banyak dicaci-maki orang, saya harus jalankan amanat nasib ini dengan sebaik-baiknya.
Ya, memang terpaksa harus saya jalani. Sebagaimana Mas Jumena Martawangsa, saya harus menerima nasib sebagai aktor (dalam tanda petik) untuk menjalankan peran yang meskipun berat, harus menerimanya dengan iklas, dengan lapang dada.
Saudara-saudara, banyak ajaran yang mengajarkan pada kita, bahwa kita harus iklas menerima nasib. Saya memang tidak bisa mengelak untuk berkelakuan seperti ini. Saya tidak ingin munafik dalam hal ini. Ketika saya harus melakukan sesuatu, selagi ada kesempatan semua akan saya lakukan dengan sebaik-baiknya, tanpa menunggu-nunggu dan melewatkan kesempatan itu berlalu begitu saja.
Sampulung pernah berkata, “Menjadi tokoh nasib sama sekali tidak ada enaknya karena selalu dicemooh oleh hati, namun berlangsungnya lakon tak dapat dihalangi. Silahkan menyaksikan dan mencemooh diri saya, sudah tentu setelah sudara-sudara memuja dan menjilat-jilatnya.” (2)

MELETAKAN TAS (KOPER) ATAU APA SAJA YANG TERKESAN BUNGKUSAN UANG. KEMUDAIN MEMBUKANYA. DI DALAMNYA ADA PULUHAN TOPENG DAN DASI. SETELAH MENYERINGAI, SESEORANG MEMBETULKAN DASI. MEMAKI TOPENG.

Sampulung, saya menghargai pendapat panjenengan. Nyatanya menjadi tokoh nasib memang tidak enak, apalagi peran yang harus dijalani tidak baik di mata orang lain. Saya harus menerima nasib seperti ini dengan iklas dan tulus untuk menjadi bajingan sebagai jalan hidup. Ini kenyataan yang tidak bisa dihindarkan, seperti sampeyan tahu, berapa nomer lotre yang sedang dalam genggaman sampeyan. Sementara orang-orang blingsatan, menduga-duga, dan menghargai nasibnya sendiri dalam jumlah sekian rupiah. Hmmmm, kok murah betul nasib itu?
Mas Jumena, saya pingin tahu, apakah yang sampeyan rasakan saat itu? Apa yang terjadi dalam diri Mas, ketika melihat disekeliling sampeyan semua menjadi pecundang, sementara maut telah menjelang? Saya kira jawaban Mas, pasti tidak berbeda jauh dengan yang saya pikirkan, dan juga sampeyan pikirkan.
Kesetiaan hanya omong kosong. Itu hanya akal bulus, agar kita menjadi terlena dan tidak tahu, sebenarnya di sekeliling kita dunia gelap gulita. Dunia para pencoleng memerankan sebagai manusia suci. Dan manusia suci memerankan sebagai pencoleng. Dunia sudah jungkir balik. Dan memang dunia diciptakan jungkir balik, agar manusia mempunyai keputusan yang tegas. Kalau hitam, hitam. Kalau putih ya putih. Itu saja prinsipnya. Sekarang, yang putih bisa berubah jadi kelabu. Begitu juga yang hitam, bisa berubah jadi abu-abu. Semua tidak hitam dan tidak putih. Inilah yang mengacaukan dunia. Tidak jujur!
Maka dalam hal ini saya saya sangat setuju dengan Turah isteri Korep yang sangat benci dengan kemiskinan. Karena tidak iklasnya miskin, ia berkali-kali mencari pesugihan dengan jalan berjudi, meski berkali-kali pula jantungnya dibuat berdebar-debar dan hasilnya kosong mlompong, bahkan harus rela menjual kehormatannya demi memperjuangkan nasibnya. (3)
Ini pilihan yang jujur. Dari pada setengah setengah, apa jadinya? Emangnya hidup hanya dijejali mimpi-mimpi. Hidup diawang-awang. Kalau mau kaya lakukan apa saja. Jangan kemiskinan jadi alasan untuk tidak berbuat sesuatu.
Sampulung, sampeyan memang harus disikapi lain dan lain. Tidak hanya dengan kata-kata iklas dan tulus. Terkadang harus melawan sampai titik darah penghabisan. Tergantung sampeyan datang sebagai apa. Kalau sampeyan datang dalam bentuk kemiskinan, maka tidak heran kalau Turah menggadaikan kehormatannya, dan juga Euis berani mencederai kesetiaan Mas Jumena yang sudah buyuten itu. (4)
Ini sangat realistis. Dari pada menjadi pecundang semacam Korep suaminya yang takut menjadi kaya, sehingga ia berlaku sok jujur dan sok relegius. Sok menerima nasib apa adanya. Namun sebenarnya dihatinya yang sok suci itu tersimpan niat licik, selicik Bandar (5) yang bisa memainkan keluarnya nomer lotre. Jangan munafik, ketika ketidakberdayaan menjerat. Ini untuk memperteguh iman. Agar tidak takut bertindak.
Kenapa Turah tidak takut menjadi lonthe? Karena Korep sendiri tidak takut mencederai rumah tangganya dengan membabi buta. Kenapa Euis rela bermesraan dengan Juki, Marjuki maksud saya, di depan Jumena Martawangsa yang otaknya sudah digergaji ketakutan dan ketidakpercayaan pada orang-orang disekelilingnya? (6)
Saya kira terkadang kejujuran bisa menjadi buah simalakama. Mengapa kita harus mengantarkan nasib pada ketidak pastian. Kalau kita ingin melakukan sesuatu, lakukan. Kenapa harus ditutup-tutupi?
Mas Jumena, saya sangat setuju dengan ketegasan sampeyan, mempertanyakan cinta Eusi. Karena hati manusia selalu berbeda dengan mulutnya. Kadang dihatinya berkata tidak tetapi dimulutnya berkata ya.
Lihat saja sekarang? Siapa yang tidak menjadi pecundang bagi dirinya sendiri. Semua telah menjadi pecundang. Namun mereka hanya lihai menutupi kebusukannya. Siapa sih yang tidak suka duit? Siapa yang mau hidup melarat? Siapa yang mau anak turunnya juga menjadi gembel? Siapa yang kuat ujian menjadi manusia miskin, hidup dikolong-kolong jembatan, memakan makanan dari hasil mengorek-ngorek tong sampah, penghasilan hanya dari mengemis. Kalau kepepet sedikit mencopet atau menodong.?
Sekarang baik buruk itu bukan sesuatu yang penting. Yang terpenting bisa membuat semua itu meyakinkan. Kalau Anda merasa berbuat buruk maka Anda harus meyakinkan bahwa yang sedang Anda kerjakan itu baik. Harus yakin! Dengan demikian semua pasti yakin, meski yang Anda perbuat adalah sesuatu yang buruk.
Tidak boleh malu. Betul ini. Tidak boleh malu. Kalau malu maka misi Anda untuk meyakinkan itu tidak berhasil. Sampeyan pasti ingat, bagaimana dengan tidak malunya Emak, mengatakan pada Abu, anaknya yang korengan dengan sebutan Pangeran yang rupawan. Dan karena Emak meyakinkan, sang anakpun merasa sebagai pangeran. Padahal mereka adalah gembel yang diperbudak mimpi. Pangeran edan! (7) Tetapi, mereka sungguh meyakinkan. Sehingga kemiskinan yang telah dihadapinya selama hidup tak terasa sebagai penderitaan. Huh…hebat betul.
Nah begitu juga, ketika Anda mencopet, menipu, mencuri, merampok, atau berbuat apapun, harus meyakinkan. Sekali lagi harus mayakinkan! Kalau tidak meyakinkan, maka celakalah hidup Anda.
Saya kira, saya sendiri tidak mau hidup dalam kubangan kemiskinan. Makanya dengan sangat meyakinkan, saya harus macak bukan sebagai orang miskin. Saya tidak sudi diperbudak kemiskinan. Kemiskinan? Yu Turah, kamu benar, bahwa menjadi miskin itu siksaan. Maka jalan terbaik harus membebaskan diri dari siksaan kemiskinan itu. Sampeyan sangat berani menclathu Korep, suami sampeyan yang sok suci itu. Kemiskinan memang tidak bisa ditolelir. Harus dilawan dengan cara apapun. Kalau sampeyan hanya bisa tombok lotre, ya tombok saja. Dari pada hanya pasrah, menunggu perubahan! Lemah betul kelihatannya.
Orang pasrah itu hanya mengandalkan perasaan. Otaknya sendiri tidak main. Karena perasaan yang berperan, bisanya hanya menduga-duga, tanpa mau bicara apa yang menjadi keresahannya. Terus kalau nasib tidak segera berubah, mulutnya nyinyir menyalahkan orang lain dan sok dirinya suci. Ini tidak adil! Kemiskinan hanya mencetak ketidakadilan.


Download Naskah Ini

Teriakan-Teriakan Sunyi (Monolog)

TERIAKAN-TERIAKAN SUNYI
(Pelarian Calon Mayat)

Oleh : R. Giryadi

I. PANGUNG GELAP.
TIBA-TIBA CAHAYA SENTER BERKELEBAT. BERKEDIP-KEDIP SEPERTI HURUF MORSE. SUARA BERGEMERINCING. CAHAYA SENTER BERSAHUTAN. SUARA GEMERINCING. SUARA ORANG BERLARI. CAHAHAYA SENTER BERKELEBATAN. SEORANG MENGGELEPAR. CAHAYA SENTER MENANCAP DALAM TUBUHNYA YANG PENUH LUKA. SEPI. CAHAYA SENTER SALING BERPANDANGAN.

II. CAHAYA BIRU
CAHAYA SENTER BERTERBANGAN KE UDARA. CAHAYA SENTER BERKELEBAT DI GEROMBOLAN ORANG-ORANG. CAHAYA SENTER BERKELEBATAN PADA SILUET ORANG MENYERET MAYAT. SUARA TANGIS. CAHAYA SENTER BERLARIAN DIBALIK LAYAR, MENGIKUTI IRING-IRINGAN MAYAT.

III. TIRAI PUTIH TURUN.
DALAM PROSESI PEMAKAMAN. ORANG-ORANG TERTUNDUK LESU. HANYA MAYAT YANG TAMPAK BAHAGIA. ORANG-ORANG MENYANYIKAN KIDUNG BISU, LAGU ORANG-ORANG DUNGU.

01. BENDERA PUTIH
Naaaaaaaaaaaaaaaaaaaaddddddddd!!!!! Mengapa orang-orang membawa kelewang, panah, kapak, dan bedil. Sepatu lars itu terus berderapan setiap malam. Lolong anjing dan angin menebarkan bau bacin. Naaadddd. Mengapa kau ajarkan aku tentang kehormatan, kalau orang-orang pada tega saling membunuh.

(Suara gagak melengking. Angin basah. Suara gagak menjauh)


Naaaaddd! Jalan ini sudah aku tempuh berjuta-juta mil. Tetapi suara sepatu lars, desing bedil, dan gerit kelewang, masih saja terasa menguntit diriku. Dunia seperti mengkerut sebesar jeruk purut. Berjuta-juta mil yang aku jalani, rasaya seperti berputar-putar pada semangkuk sup. Kemanakah arah yang harus aku tuju, Nad?

(Suara gagak. Berputar-putar)

Nad. Jalan beraspal lumer oleh ratap tangis. Sementara rumah-rumah menjadi kamp-kamp para calon mayat berselimut kain kumal. Wajah mereka digerogoti rasa takut. Para serdadu mengejarinya dengan mata penuh panah. Memburunya sebagai anjing liar, yang menggondol sekerat daging dari tong-tong sompah, sisa para borjuis bermantel beludru, sampai jauh menyeberangi cakrawala.
Nad! Aku melihat mereka menembak orang-orang dari belakang. Sementara takbir mereka tak pernah usai.

(Suara gagak melengking. Angin bertambah kencang)



Download Naskah Ini

Monolog Peperangan

Naskah Monolog

MONOLOG PEPERANGAN
Oleh : R Giryadi

SEBELUM DRAMA DIMULAI TERDENGAR DENTANG JAM BERKALI-KALI. PERLAHAN-LAHAN SUARA PEPERANGAN MENDERU-DERU. DUA SOSOK –HATAM DAN PUTIH- DENGAN LANGKAH LAMBAN PENUH KETAKUTAN SEDANG MENGATUR KAMAR YANG TELIHAT TIDAK TERAWAT.
DI LUAR, SUARA SIRINE MERAUNG-RAUNG, PESAWAT TEMPUR MENGHUJANI BOM. RENTETAN TEMBAKAN BERDESINGAN. SUARA JERIT TANGIS MENGGOROK TELINGA. DARAH MENDERAS DI MANA-MANA. SUARA KEMATIAN SEPERTI BADAI. PUSARA TUMBUH SEPERTI JAMUR MUSIM HUJAN. PENYESALAN TIADA ARTI.
SOSOK HITAM DAN PUTIH MENGAKHIRI SUASANA MENAKUTKAN ITU DENGAN MENYALAKAN LAMU. CAHAYA ITU TELAH PURBA. TETAPI TIBA-TIBA SUASANA BERUBAH MENJADI CERIA.
SEORANG LELAKI TUA BERMAIN PERANG-PERANGAN SEPERTI ANAK KECIL. IA MENEMBAKI KE SEGALA ARAH. IA MENEMBAKI MASA LALU DAN MASA DEPANNYA YANG HAMPA. IA MENGUSIR SOSOK HITAM DAN PUTIH.
SEBELUM SEMUANYA HANCUR IA MENYAPA PENONTON.

1.LELAKI TUA
Selamat pagi, siang, dan malam penonton sekalian. Selamat apa saja. Selamat bertemu dalam sebuah ruang dan waktu yang berbeda. Sebuah pertemuan yang tidak kita sangka-sangka. Sebuah ketidak mengertian tiba-tiba kita berada di sini tanpa satu kesepakatan dan tujuan. Tetapi jangan bimbang penonton sekalian, karena hakekat pertemuan adalah salaing tegur sapa, kangen-kangenan, bercanda, bercerita apa saja, dan sebagainya dan sebagainya, maka kita harus menghidupkan pertemuan kita pada pagi, siang, dan malam hari ini, agar tidak sia-sia.

Ya, paling tidak setelah pertemuan ini, hati dan pikiran kita menjadi plong dari segala kotoran yang mampet, sehingga pertemuan kita ada tujuannya. Okey!
Sekarang kita harus mengambil kesepakatan, siapa yang terlebih dahulu ingin bercerita, mengungkapkan pikiran, perasaan dan lain-lainya, silahkan. Mungkin Anda sekalian yangh lebih dahulu, atau saya. Oh ya. Anda yang di pojok sana mungkin? Silahkan saudara. Apa? Oh tidak-tidak. Di sini forum bebas berbicara, bebas, sebebas-bebasnya. Tidak ada yang menekan, mengintimidasi, meneror, atau menculiknya. Tidak saudara. Jangan takut saudara. (Pause)
(Kecewa) Ya, hendaknya kita tidak membuat sekat di antara kita walaupun saya tahu bahwa pengalaman hidup manusia itu berbeda-beda. Tetapi saya yakin bahwa pengalaman hidup manusia baik manis maupun pahit itu pasti membekas dalam diri kita sendiri-sendiri. Dan itu tidak boleh kita simpan lama-lama. Entar jadi udun. Lo lak tambah sakit to? Ayo, bagaimana saudara? Apa? Kagak berani. Ha..ha..ha ya, ya saya maklum. Mungkin saudara yang dipojok sana itu masih trauma dengan masa lalunya.
Baiklah, baiklah. Mungkin ada yang berani menerima tantangan (Pause). Kosong, kosong, kosong? Wah, ya sudah kalau tidak ada yang berani, ya silahkan saja duduk manis seperti anggota Kelompencapir, mendengarkan Eyang Kakung ngoceh. (Duduk)

2.LELAKI TUA
Ya, begitulah manusia. Kita tidak pernah bisa menghindar dari kenyataan sejarah masa lalu kita yang telah lewat. Kita terlalu kerdil untuk memnghindari kenyataan itu. Kita terus menerus



Download Naskah Ini

Terompet Senja Kala

TEROMPET SENJAKALA
Oleh : R Giryadi

BABAK I
SEBUAH PANGGUNG DENGAN SETTING SEDERHANA. DUA KURSI TUA BERGANTUNG DI ATAP, BERWARNA HITAM KECOKLATAN (ATAU LEBIH BAIK BERWARNA HITAM). LATAR DAN FLOOR, BERFARNA PUTIH BERSIH, TANPA ADA ASESORIS YANG MENEMPEL. SEORANG LELAKI TUA DAN PEREMPUAN TUA YANG SUDAH BERUMUR RATUSAN TAHUN, ATAU BARANGKALI IA ADALAH JASAD YANG BERGENTAYANGAN SEDANG RISAU ATAU GEMBIRA, ATAU APA SAJA.

1. KAKEK
Sayangku…! Dimanakah engkau! Say….?Adakah engkau masih dalam desah nafas cinta, sebagaimana sering kau ucapkan padaku. Ah, Say, kau jangan main-main, dan bersembunyai dalam kefanaan ini. Say…jawablah aku, di mana engkau. Kita sudah terlalu tua untuk saling berkejaran. Waktu kita hanya cukup untuk saling berpandangan. (berputar-putar di segala sudut) Apakah permainan kita cukup sampai di sini. Masih banyak yang bisa kita mainkan. Apakah kau sudah bosan dengan permainan ini.
Ah, barangkali Say, ingin permainan yang lain. Coba saya buatkan, Say. (Bermain-main dengan cahaya senter)…dalam cahaya ini, aku berjalan menyusuri dunia hitam, mencari belahan jiwaku. Cahaya-cahaya ini menusuk-nusuk dinding gelap, mencari dirimu, tetapi kamu tetap membisu. Kamanakah kamu.
Padahal, sudah sekian ribu kilo cahaya aku susuri, tetapi tak tampak wajahmu…Ah, bahasa apa ini. Tapi mungkin kamu pingin permaian yang lain. Tan, setan gundul temokna kekasihku, dimakah kau sembunyikan. (Berulang-ulang) Ah, tapi dimana kamu? Sia-sia aku membuatkan mainan untukmu, kalau aku tidak tahu bagaimana kamu bergembira. Ya, minimal melihat senyumulah. Ayolah, Say. Jangan kau bermain-main dalam ketidaktahuan ini. Ini bukan saatnya kita menyepi. Kenapa tidak kita teruskan permainan kita. Apakah engkau lelah. Bukankah aku sudah menyediakan apa yang engkau inginkan. Di sana masih tersimpan harapan. Mengapa engakau begitu merisaukan masa depan kita. Ayolah say, jangan main petak umpet begini. Di sini gelap sekali. Aku hampir tidak bisa melihatnya. Cahaya ini terlalu muram, bagi kehidupan kita yang menyala-nyala.
Say, mengapa engkau masih saja diam. Bukankah kini waktunya kita bertemu. Lihatlah kursi kita masih bergoyang-goyang, pertanda masih beberapa waktu lalu kita berada disini. Tetapi mengapa kini kau tinggalkan aku sendiri. Disini masih muram, Say. Tanpa kehadiranmu, barangkali hidupku sepi. (Berjalan terus, sambil menyalakan senter ke sisi-sisi yang lain)

2. NENEK
Pandangan kita sudah kabur. (Nenek on stage. Ia berjalan tertatih-tatih, seakan jalanan begitu sulit). Kabut hitam, menghalangi mata kita yang rabun. Kita terlalu renta untuk menepisnya. Jarak pandang kita hanya tinggal beberapa jengkal dari lubang


Download Naskah Ini

Orang-Orang Bawah Tanah

Naskah Teater

ORANG-ORANG BAWAH TANAH
Oleh: R Giryadi

ORANG-RANG SEDANG SIBUK. MEREKA SEDANG MENGANGKUTI BARANG-BARANG. ADA PULA YANG SEDANG MENGGALI DINDING GUA. TETAPI TIDAK SEDIKIT YANG BERMALAS-MALASAN. MEREKA SEPERTI TIDAK PERNAH BERHENTI BEKERJA.
SAAT MEREKA SERIUS BEKERJA, TIBA-TIBA TERDENGAR SUARA BERGEMURUH. DINDING GUA BERGETAR. ORANG-ORANG KALANG KABUT. DINDING GUA RUNTUH. ORANG-ORANG BERLINDUNG. MEREKA BERTIARAP SAMBIL MELINDUNGI KEPALANYA. GEMURUH PERLAHAN-LAHAN BERHENTI.

01. ORANG 1
Sudah pergikah mereka? (Bangkit perlahan-lahan) Tidakah mereka mempunyai kesadaran baru yang tidak merugikan orang lain, hidup tenang, damai, tentram, tanpa terusik siapapun. Apakah mereka tidak……

02. ORANG II
Itu jelas tidak mungkin. Persoalannya……

03. ORANG I
persoalannya kita di bawah, mereka di atas.



04. ORANG II
bukan itunya, bukan atas bawahnya. Tapi keselarasan, keseimbangan, toleransi, dan sebagainya yang harus diterapkan. Nah kalau sudah demikian itu, tidak perduli atas bawah sama-sama enakanya. Lawong kita ini belum merasakan enaknya, sudah menyatakan bosan, kapan enaknya?

05. ORANG I
Yang jelas tidak pernah enak. Kehendak kita telah menyepit, semua telah diperkosa oleh masa dan waktu yang telah membelenggu kita. Kita tidak pernah merasakan malam, siang, dan pagi. Matahari sangat mahal sekali di sini . Bulan dan bintang sudah terlalu jauh dengan kita. Kita sebenarnya ingin mencoba, tetapi kekokohan benteng-benteng itu telah membenturkan kita pada sisi dunia yang tajam. Aku sudah bosan dengan cara yang semacam ini.

06. ORANG II
Lalu, maumu apa?

07. ORANG I
Ingin memberontak keadan yang membosankan ini.

08. ORANG II
Wah, apa sudah kuwat betul? Jangan terlalu gegabah to? Kok keadaan akan kamu berontak, kamu itu, edan apa? Keadaan itu tidak usah diberontak atau di demo, tetapi di rubah. Ngototo

Download Naskah Ini

Minggu, 30 Mei 2010

Monolog Biografi Kursi Tua

Monolog

BIOGRAFI KURSI TUA
Oleh : R Giryadi

SEBUAH KURSI TUA TERGANTUNG. PUCAT. TAPI ANGKUH! SESEORANG DENGAN NADA SEKENANYA MENYANYI-NYANYI TANPA BEBAN. IA SEORANG PEMUDA. DENGAN PAKAIAN SEKENANYA. TANPA MENENTENG APA-APA, SELAIN MEGAPHONE. TIBA-TIBA IA NGOMONG SEPERTI ORANG MERACU.

1. SESEORANG
Saudara-saudara, saya disini tidak akan melakukan orasi. Saya juga tidak melakukan provokasi. Ini tidak ada kaitannya dengan demo-demo, meski saya membawa megaphone. Ini alat untuk saya berbicara agar saudara-saudara mendengar. Karena sekarang sudah banyak orang yang telinganya pada budge! Bukan karena apa, tetapi sok mbudeg, alias ‘emang gue pikirin!’
Saya sengaja membawa alat ini agar suara saya didengar. Sebagai generasi masa depan suara saya harus didengar. Harus! Tidak bisa ditawar-tawar. Kalau mau nawar, asal harganya cocok ndak papa. Eh, jangan salah sangka lagi. Masalah harga tidak meski berhubungan dengan uang, tetapi harga diri juga bisa kan?
Ya, memang saya datang ke ruangan ini atau tepatnya di rumah bapak saya ini karena masalah harga diri.
Harga diri saya dilemahkan. Suara anak tak pernah digubris oleh bapak yang sudah keenakan ongkang-ongkang di kursi goyang. Semakin dibiarkan, semakin mengakar. Ia tak pernah menghiraukan suara saya, sebagai anaknya. Sebagai manusia, harga diri saya merasa dilecehkan.
Berbagai cara sudah saya lakukan. Tetapi buntu. Karena telinga bapak sudah terlalu bebal untuk mendengar kritik, saran, apalagi permintaan. Ini penyakit orang sudah keenakan berkuasa. Tidak mau diusik.
Tetapi terus terang saudara, kehadiran saya di sini hanya ingin menggugat. Menggugat bapak yang semakin hari polahnya semakin menjengkelkan. Saya ingin ada perubahan pada diri saya, dan juga bapak saya yang selama ini hanya duduk ongkang-ongkan, memarahi saya dan ibu saya. Sementara ibu hanya diam. Tak pernah bersuara. Sekali bersura hanya tangisnya yang terdengar. Begitupun, bapak tak pernah merasa iba.
Karena ini ijinkan saya hari ini memulai perubahan itu. Dan ini kisah perjuangan saya, menggugat bapak!

LIGHTING FADE OUT-FADE IN. MUSIK BREAK IN. SESEORANG BERDIRI. SEBUAH SILUET BESAR TERGAMBAR DI LAYAR.

download naskah biografi kursi tua melalui link berikut ini
Download Naskah Ini

Hikayat Perlawanan Sanikem

Hikayat Perlawanan Sanikem

Karya Rakhmat Giryadi


Dramatic Person

1. NYAI ONTOSOROH : Istri (gundik) TB Mellema, berusia 35 tahun.
2. TUAN BESAR MELLEMA : Tuannya Nyai, berusia 50 tahun.
3. ROBERT MELLEMA : Anak Nyai berusia 18 tahun.
4. ANNELIES : Anak Nyai berusia 16 tahun
5. MINKE : Putra bupati Brojonegoro berusia 18 tahun.
6. MAURITZ MELLEMA : Putra TB Mellema berusia 25 tahun
7. DARSAM : Pengawal Nyai dari Madura berusia 40 th.
8. SASTROTOMO : Ayah Sanikem berusia 45 tahun
9. ISTRI SASTROTOMO : Ibu Sanikem berusia 35 tahun
10. SANIKEM : Nama kecil Nyai berusia 14 tahun
11. BABAH AH TJONG : Germo pelacuran berusia 50 tahun
12. MINEM : Salah satu buruh pabrik

Pemain Pendukung : Buruh Pabrik, Pelacur, Penduduk, Dua Utusan, Meiko.


Diadaptasi dari novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer penerbit Hasta Mitra Jakarta, cetakan kelima Februari 1981.




BABAK I

SETTING : DEKAT PABRIK GULA TULANGAN

ADEGAN 1
ORANG-ORANG SEDANG BEKERJA, HILIR MUDIK, MEMBAWA KARUNG-KARUNG (GULA) DAN JUGA BATANGAN TEBU DENGAN GELEDEKAN. MEREKA BERTELANJANG DADA. TUBUHNYA HITAM. ADA YANG KEKAR. TETAPI ADA JUGA YANG KURUS KERING.

ADEGAN 2
SEORANG JURAGAN (MANDOR), DIKAWAL OLEH DUA BUDAKNYA. DENGAN BERKACAK PINGGANG, MANDOR ITU MENUDING-NUDING, BAHKAN TERKADANG MENENDANG PARA BUDAK. SEMENTARA DI TEMPAT YANG BERBEDA ANAK-ANAK PEREMPUAN YANG MASIH REMAJA, BERLARIAN. IBUNYA, MENGIKUTI DENGAN ISAK TANGISNYA. SEORANG LAKI-LAKI DENGAN KASAR MENANGKAP SATU DI ANTARA MEREKA YANG MELARIKAN DIRI. ANAK ITU MERONTA-RONTA. TAK ADA YANG BERANI MELAWAN. MEREKA HANYA BISA MENYAKSIKAN DENGAN SEDIH. LAKI-LAKI KASAR ITU ITU MENYERAHKAN ANAK ITU KEPADA SEORANG MANDOR. DENGAN IMBALAN SEKETIP DUA KETIP, MEREKA MELEPASKAN ANAK ITU DIBAWA MANDOR, ENTAH KEMANA?

ADEGAN 3
UPACARA MENJADI DEWASA. SANIKEM MERONTA-RONTA, KETIKA SASTROTOMO, MENYERETNYA.

1. SASTROTOMO
(Menyeret Sanikem) Kamu sekarang sudah dewasa, sudah saatnya nasibmu berubah. Hari ini akan datang orang yang membawa nasibmu lebih baik dari sekarang. Maka bersucilah, agar kemelaratanmu menjadi cambuk masa depanmu.

IBUNYA SANIKEM HANYA BISA TERSEDU. IA MENGGAYUNG AIR BERCAMPUR BUNGA TUJUH MACAM, DARI GENTHONG. SANIKEM DIAM TERPAKU KETIKA AIR BUNGA TUJUH MACAM MULAI MEMBASAHI TUBUHNYA.

2. SANIKEM
Sejak saat itu, nama Sanikem, sedikit-demi sedikit luntur oleh kemauan keras orang tuanya.

DUA ORANG DATANG MEMBAWA PAKAIAN DAN TIKAR PANDAN. SANIKEM TELAH BERGANTI UJUD MENJADI PERAWAN. KEMUDIAN DIA TIDUR TERLENTANG DI ATAS TIKAR PANDAN. IBUNYA KEMUDIAN MELANGKAHINYA TIGA KALI.

3. ISTRI SASTROTOMO
Tabahkan hatimu, Nak. Usiamu sudah 14 tahun. Kau sudah haid. Tidak baik kau dikatakan perawan kaseb. Maka relakan hari mudamu ini.


Download
Hikayat Perlawanan Sanikem

Download Naskah Ini

Sabtu, 29 Mei 2010

Kumpulan Naskah Orde Mimpi Rakhmat Giryadi

salam hormat

saya kirimkan naskah teater saya yang telah terkumpul dalam buku "Orde Mimpi" kumpulan nasakah 1994-2000.
Semoga bermanfaat bagi perkembangan teater di Indonesia.

salam hormat
R Giryadi
081330697845
Adapun naskah-naskah karya Rakhmat Giryadi yang dapat anda download adalah sebagai berikut:



  1. Orang-Orang Bawah Tanah  download
  2. Terompet Senja Kala  download
  3. Biografi Kursi Tua (monolog)  download
  4. Peperangan (monolog)  download
  5. Teriakan-Teriakan Sunyi (monolog) download
  6. Retorika (monolog) download
  7. Hikayat Perlawanan Sanikem  download
  8. Orde Mimpi  download


Biodata

Rakhmat Giryadi, lahir di Blitar, 10 April 1969. Lulusan Sarjana Pendidikan Seni Rupa IKIP Surabaya 1994 ini, selain bergiat di teater ia juga menulis cerpen, esai, dan puisi. Karyanya selain dibacakan diberbagai kesempatan, juga dipublikasikan di media massa seperti, Horison, Surabaya Post, Kompas (Jawa Timur), Jawa Pos, Surya, Radar Surabaya, Suara Merdeka, Suara Karya, Suara Indonesia, Sinar Harapan, Aksara, Majalah Budaya Gong, Panjebar Semangat. Sekarang bekerja sebagai wartawan Jatim Mandiri.

Organesasi :
1. Persatuan Wartawan Indonesia-Jawa Timur
2. Ketua Komite Teater Dewan Kesenian Jawa Timur (2008-2013)

Buku Kumpulan Cerpen:
1. Mimpi Jakarta (2006)

Puisinya termuat dalam :
1. Luka Waktu (1998)
2. Duka Atjeh, Duka Kita Bersama (2004)
3. Malam Sastra Surabaya (Malsasa 2005)
4. Malam Sastra Surabaya (Malsasa 2007)

Buku yang pernah dieditori:
1. Pelayaran Bunga (Antologi Sastra Festival Cak Durasim 2007)

Scenario yang pernah ditulis :
1. Rumahku Rumahmu (2006)

Nasakah drama yang pernah disutradarai bersama Teater Institut Unesa :
1. Orang-orang Bawah Tanah (R Giryadi 1994)
2. Monolog Provokator (R Giryadi 1996)
3. Monolog Aeng (Putu Wijaya 1996-2001)
4. Jalan Pencuri (Tengsoe Tjahjono 1997)
5. Pohon dalam Piring Tanah (Tengsoe Tjahjono 1999)
6. Orang Asing (Ruper Brooke 1994-1996)
7. Ode Buat Ibu (Urip Joko Lelono 2000)
8. Setan dalam Bahaya (El Hakim 1998-2003)
9. Rashomon (Rheunosuke Akutagawa 2000-2001)
10. Monolog Peperangan ( R Giryadi 2000)
11. Monolog Biografi Kursi Tua (R Giryadi 2001)
12. Monolog Teriakan-Teriakan Sunyi (R Giryadi 2004)
13. Monolog Retorika Lelaki Senja (R Giryadi 2005)
14. Larung Pawon (Kolaborasi 2007)
15. Nyai Ontosoroh (R Giryadi 2007)
16. Monumen-Monumen ( Jujuk Prabowo/R Giryadi 2007)

Naskah drama yang pernah ditulis :
1. Orang-orang Bawah Tanah (1994)
2. Orde Mimpi (1994)
3. Monumen (1997)
4. Serpihan Kaca Pecah (1997)
5. Istana Maya (1998)
6. Terompet Senjakala (2003)
7. Testimoni (2004)
8. Hikayat Perlawanan Sanikem : Nyai Ontosoroh (2006)
9. Sebelum Dewa Dewi Tidur (2008)

Naskah monolog yang pernah ditulis :
1. Monolog Peperangan (2000)
2. Biografi Kursi Tua (2001)
3. Bingkai Kanvas Kosong (2003)
4. Monolog Teriakan-Teriakan Sunyi (2004)
5. Retorika Lelaki Senja (2005)

Alamat :
R Giryadi
Jl. Merpati I/7 Wismasari, Juanda
Sidoarjo

e-mail : zahiria@yahoo.com
tlp rumah : (031) 8667146
hp:081330657845

Rabu, 26 Mei 2010

Orang Kasar

Drama Komedi Satu Babak
ORANG KASAR
Karya ANTON CHEKOV
Saduran WS RENDRA


PELAKU:

  1. NYONYA MARTOPO : Janda muda, gundik seorang pemilik tanah
  2. BAITUL BILAL : Seorang pemilik perkebunan
  3. MANDOR DARMO : Yangan Kanan Nyonya Martopo
  4. TIGA ORANG PEKERJA
Kejadian : Masa kini






DI SATU TEMPAT DAERAH PERKEBUNAN KOPI DI JAWA TIMUR. SUATU DAERAH YANG BERALAM INDAH, SEGAR DAN KAYA. DI SINILAH PEMILIK-PEMILIK PERKEBUNAN MEMPUNYAI RUMAH-RUMAH YANG BESAR, BAGUS DAN MEWAH.

MEREKA SUKA MEMELIHARA KUDA DAN WAKTU SENGGANG SUKA BERBURU TUPAI ATAU BURUNG. MEREKA SUKA PULA BERTAMASYA DENGAN KERETA DAN KUDA MEREKA YANG BAGUS.

KETIKA LAYAR DIBUKA, NAMPAKLAH KAMAR TAMU DI RUMAH TUAN MARTOPO YANG MEWAH ITU. PERABOTAN DI KAMAR ITU SERBA BAGUS. DI DINDING TERDAPAT TUPAI-TUPAI YANG DIISI KAPAS, TERPAKU DENGAN LUCU. JUGA TERDAPAT TANDUK-TANDUK RUSA, BURUNG-BURUNG BERISI KAPAS DIJADIKAN HIASAN DISANA-SINI. SEDANG DI LANTAI BEREBAHLAH SEEKOR HARIMAU YANG DAHSYAT YANG TENTU SAJA JUGA BERISI KAPAS.

BERMACAM GOLOK, PEDANG DAN SENAPAN ANGIN TERSIMPAN DI SEBUAH LEMARI KACA YANG BESAR.

PADA SUATU SIANG HARI, KIRA-KIRA JAM 12.00, DI KAMAR TAMU YANG MEWAH ITU, NYONYA MURTOPO, SANG JANDA, DUDUK DI ATAS SOFA SAMBIL MEMANDANG DENGAN PENUH LAMUNAN KE GAMBAR ALMARHUM SUAMINYA YANG GAGAH, BERMATA BESAR DAN BERKUMIS TEBAL ITU. MAKA MASUKLAH MANDOR DARMO YANG TUA ITU.

DARMO
Lagi-lagi saya jumpai nyonya dalam keadaan seperti ini. Hal ini tidak bisa dibenarkan, nyonya Martopo. Nyonya menyiksa diri! Koki dan babu bergurau di kebun sambil memetik tomat, semua yang bernafas sedang menikmati hidup ini, bahkan kucing kitapun tahu bagaimana berjenakanya dan berbahagia, berlari-lari kian kemari di halaman, berguling-guling di rerumputan dan menangkapi kupu-kupu, tetapi nyonya memenjarakan diri nyonya sendiri di dalam rumah seakan-akan seorang suster di biara.
Ya, sebenarnyalah bila dihitung secara tepat, nyonya tak pernah meninggalkan rumah ini selama tidak kurang dari satu tahun.

NYONYA
Dan saya tak akan pergi ke luar! Kenapa saya harus pergi keluar? Riwayat saya sudah tamat. Suamiku terbaring di kuburnya, dan sayapun telah mengubur diri saya sendiri di dalam empat dinding ini. Kami berdua telah sama-sama mati.

DARMO
Ini lagi ! Ini lagi ! Ngeri saya mendengarkannya, sungguh! Tuan Martopo telah mati, itu kehendak Allah, dan Allah telah memberikannya kedamaian yang abadi. Itulah yang nyonya ratapi dan sudah sepantasnya nyonya menyudahinya. Sekarang inilah waktunya untuk berhenti dari semua itu. Orang toh tak bisa terus menerus melelehkan air mata dan memakai baju hitam yang muram itu! Istri sayapun telah meninggal dunia beberapa tahun yang lalu. Saya berduka cita untuknya, sebulan penuh saya melelehkan air mata, sudah itu selesai sudah.
Haruskah orang berkabung selama-lamanya? Itu sudah lebih dari yang sepantasnya untuk suami nyonya!

(ia mengeluh) Nyonya telah melupakan semua tetangga nyonya. Nyonya tidak pergi keluar dan tidak menjamu seorangpun juga. Kita hidup, maafkanlah, seperti laba-laba, dan kita tak pernah menikmati cahaya matahari yang gemilang.

Pakaian-pakaian pesta telah dikerikiti tikus, seakan-akan tak ada lagi orang baik di dunia ini. Tetapi di daerah ini penuh dengan orang-orang yang menyenangkan. Di desa ini Perfini mengadakan location, wah, bintang-bintang filmnya kocak! Orang tak akan puas-puas melihat mereka. Setiap malam minggu mereka mengadakan malam pertemuan, bintang-bintang yang cantik pada bernyanyi dan Raden Ismail bermain pencak. Oh, nyonyaku, nyonyaku, nyonya masih muda dan cantik. Ah, seandainya memberi kesempatan pada semangat nyonya yang remaja itu… Kecantikan toh tak akan abadi. Jangan sia-siakan. Apabila sepuluh tahun lagi nyonya baru mau keluar ke pesta, ya, sudah terlambat!

NYONYA (Tegas)
Saya minta, jangan bicara seperti itu lagi. Pak Darmo telah tahu, bahwa sejak kematian mas Martopo, hidup ini tak ada harganya lagi bagi saya. Bapak kira aku ini hidup? Itu hanya nampaknya saja, mengertikah Pak Darmo? Oh, saya harap arwahnya yang telah pergi itu melihatbagaimana aku mencintainya. Saya tahu, ini bukan rahasia pula bagimu, suamiku sering tidak adil terhadap saya, kejam, dan ia tidak setia, tetapi saya akan setia, kepada bangkainya dan membuktikan kepadanya betapa saya bisa mencinta. Di sana, di akhirat ia akan menyaksikan bahwa saya masih tetap sebagai dulu.

DARMO
Apakah faedahnya kata-kata semacam itu, bila lebih patut nyonya berjalan di kebun atau memerintahkan orang memasang kuda kesayangan kita si Tobby dan si Hero di depan kereta, dan kemudian pergi pesiar ataupun mengunjungi para tetangga?

NYONYA (menangis)

DARMO (setelah keheranan sejenak)
Nyonyaku, nyonyaku, ada apa? Nyonya Martopo, demi Tuhan ada apa?

NYONYA
Suami sangat mencintai kuda itu, si Tobby itu. Ia selalu tahu mengendarainya apabila meninjau kebun-kebun. Bahkan ia pernah pula membawanya mendaki gunung Bromo. Ia sangat gagah kalau naik kuda. Alangkah gayanya apabila ia menarik kekang kuda dengan tangan-tangannya yang perkasa itu. Tobby, Tobby, berilah ia rumput dua kali lipat hari ini.

DARMO
Baiklah, nyonya, baik.


Donwload naskah orang kasar di sini
Download Naskah Ini

Orang-Orang Biadab

Orang-orang Biadab
Karya Christopher Hampton
Penerjemah Asrul Sani


Pelaku
  1. • West
  2. • Ny. West
  3. • Crawshaw
  4. • Carlos
  5. • Penyelidik
  6. • Pereira
  7. • Jenderal
  8. • Jaksa Agung
  9. • Mayor Briggs
  10. • Lidah Amerika



Panggung kosong, di tengah-tengah kelihatan lima –enam obor menyala, tegak condong kea rah masing-masing, hingga membentuk sebuah piramida dengan puncak sebuah obor menyala. Seluruh teater diterangi oleh nyala obor ini. Music Indian, seruling, gendang, nyanyian, sosok-sosok sebagai baying-bayang, tidak lama kemudian West muncul, sementara dia bicara, orang-orang Indian masuk, seorang demi seorang. Dari samping, melewati Auditorium . masing-masing mengambil obor lalu kembali lagi ke tempat darimana mereka datang.

SATU

West
Asal api. Dahulu kala manusia makan daging mentah dan tidak kenal api. Mereka juga tak kenal senjata dan membunuh buruan mereka dengan tangan.
Pada suatu hari seorang anak laki-laki pergi berburu bersama iparnya, mereka melihat sarang burung di atas tebing. Mereka membuat tangga lalu anak itu naik ke atas. Dalam sarang itu ada dua butir telur. Anak itu mengambil telur lalu melemparkannya pada iparnya.

Tapi waktu masih di udara telur itu berubah jadi batu berigi. Hingga tangan si ipar luka waktu itu ia menyambutnya. Ia marah sekali. Ia mengira anak itu berniat membunuhnya, tangga itu ia ambil dan dipatahkan, lalu ia pergi. Anak itu berhari bermalam tinggal di tebing itu. ia mati perlahan. karena lapar, ia makan kotorannya sendiri,

Hingga satu hari lewat macan tutul membawa busur dan panah. Ia melihat sebuah baying-bayang jatuh di tanah, ia menengadah lalu melihat anak itu. macan tutul itu memperbaiki tangga itu kembali hingga anak itu isa turun. Anak itu ia ajak ke rumahnya, dan ia hidupkan kembali dengan memberikan daging yang sudah dimasak kepadanya.

Macan tutul itu sayang pada anak itu dan memperlakukannya sebagai anaknya sendiri dan menyebut ia anak pungut. Tapi istri macan tutul itu cemburu dan kalau macan tutul itu sedang tidak ada, ia tak pernah melewatkan kesempatan untuk menggaruk dan memukul anak itu sampai roboh. Anak itu mengadu pada macan tutul, bahwa ia selalu ketakutan, hingga macan tutul itu memberikan busur dan panah padanya dan mengajarkan padanya bagaimana mempergunakan senjata itu. waktu istri macan tutul itu menyerang dia maka ia tembakkan panahnya lalu istri macan tutul itu mati.

Anak itu ketakutan melihat akibat perbuatannya. Ia ambil panah dan busurnya dan sebongkah daging yang sudah di masak, lalu ia melarikan diri ke dalam hutan. Setelah berkelana berhari-hari ia sampai ke kampungnya sendiri dan ia menceritakan pada orang kampong apa yang sudah terjadi pada dirinya.

Sambil memperlihatkan daging dan busur itu, orang kampong tergugah sekali karena penemuan itu. lalu mereka mengadakan penjarahan ke rumah macan tutul untuk mencuri senjatanya untuk mencuri apinya.

Apa yang kita ambil dari orang, tak akan ditemu orang itu lagi. Kini macan tutul tidak lagi punya senjata kecuali rasa dendamnya pada manusia. Ia tidak lagi makan daging di masak. Tapi menelan mentah daging korbannya. Dan hanya pantulan dan kenangan api di matanya.

(Diam. Obor terakhir sudah lenyap. Bara api. Pekikan aneh dalam gelap)


Download naskah orang-orang biadab di sini
Download Naskah Ini

Selasa, 25 Mei 2010

Ande-Ande Lumut (drama remaja)

Naskah Ande-Ande Lumut Drama Remaja


PANGGUNG KOSONG TERLIHAT DEKORASI DENGAN NUANSA PEDESAAN. TERDENGAR MUSIK GENDING JAWA. MBOK MENAH MASUK DENGAN MEMBAWA TAMPAH BERISI BERAS, KEMUDIAN MEMPERKENALKAN DIRI KEPADA PENONTON.

MBOK MENAH
Para penonton, perkenalkan nama saya Mbok Menah. Saya ini, simboknya para klenting. Perlu saudara-saudara ketahui bahwa saya sangat bangga mempunyai anak yang cantik-cantik, pinter-pinter, sehat-sehat, berbakti pada orang tua, penurut lagi. Pokoknya tidak ada yang menandingi mereka di seluruh desa ini. Sudah banyak para pemuda desa yang melamar mereka. Eh, sudah ya penonton, saya permisi mau masak dulu. Soalnya anak-anak saya belum sarapan.

KEMUDIAN MBOK MENAH KELUAR PANGGUNG. TERDENGAR MUSIK BERIRAMA KERAS, MENGIRINGI MASUKNYA PARA KLENTING. KEMUDIAN MEREKA MEMPERKENALKAN DIRI.

K.ABANG
Assalamu’alaikum…para penonton…perkenalkan…kami adalah para klenting anak Mbok Menah. Nama saya Klenting Abang, saya ini yang tertua lho…!

K.IJO
Nama saya Klenting Ijo.

K.BIRU
Kalau saya Klenting Biru.


K.UNGU
Kalau saya Klenting Ungu

K.ABANG
Para penonton, kami ini sangaaat menyayangi si mbuk kami. Karena si mbok kami itu memberikan kebebasan buat kami. Itu artinya simbok kami mempercayai kami. Betul’kan adik-adikku?

K.IJO
Benar sekali penonton! Kami-kami ini ‘kan masih muda. Usia muda harus kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya, hidup Cuma satu kali jangan disia-siakan … hi … hi …hi …

K.ABANG
Eh,adik-adikku!sudah, ayo kita masuk, kitaharus membantu simbok masak!ayo!

KLENTING-KLENTING AKAN KELUAR PANGGUNG, TETAPI TIBA-TIBA DATANG KLENTING KUNING.

K.KUNING
Permisi…permisi…kolonuwun…spada…

Download naskah ande-ande lumut melalui link di bawah ini
Download Naskah Ini

Tanda Silang

(WHERE THE CROSS IS MADE)
TANDA SILANG
Karya : EUGENE O’NEILL
Saduran : W.S. RENDRA


Dramatic Personae

DARPO Anak Kapten
KAPTEN Ayah Darpo
NANI Adik Darpo
DOKTER



DARPO
Tuan Dokter dapat melihat?

DOKTER (dengan suara dibikin-bikin biasa dan menyembunyikan tak enak yang dikandungnya).
Ya cukup terang, jangan susah. Bulan purnama sangat benderang.

DARPO
Untung juga, (berjalan pelan-pelan ke meja) Ia tidak suka terang akhir-akhir ini. Hanya sinar dari tempat kompas itu.

DOKTER
Ia? Oh… maksud saudara ayah saudara?

DARPO (kasar)
Siapa lagi?

DOKTER (sedikit heran, menengok ke sekeliling dengan sedikit malu)
Saya kira semua ini dimaksudkan seperti cabin sebuah kapal, ya?

DARPO
Ya, seperti yang sudah saya peringatkan sebelumnya.

DOKTER (heran)
Diperingatkan? Mengapa diperingatkan? Saya kira rekaan ini tidak mengejutkan, malah cukup menarik.

DARPO (penuh maksud)
Menarik, ya mungkin.

DOKTER
Dan ia tinggal di sini, seperti kata saudara, tidak pernah turun.

DARPO
Tidak, tidak pernah turun, sudah hampir tiga tahun. Adik perempuan saya yang membawakan makanan ke atas. (ia duduk di kursi kiri meja) Ada lentera-lentera di atas buffet itu dokter. Tolong bawakan ke sini dan silahkan duduk. Kita terangi saja kamar ini. Saya minta maaf karena telah membawa tuan ke kamar di atap ini, tapi percayalah, takkan seorangpun bisa mendengar kita di sini. Dan dengan melihat cara hidupnya yang gila dengan mata kepala tuan sendiri, tuan akan mengerti bahwa saya ingin tuan tahu hal yang sebenarnya, tidak lebih dari itu, kebenaran dan untuk itu lentera sangat penting. Tanpa itu di kamar ini semua hanya menjadi impian-impian, Dokter.

DOKTER (dengan senyum lega membawa lentera)
Sedikit angker di sini.

DARPO (tampaknya tak memperhatikan)
Ia tidak akan melihat cahaya ini. Matanya terlalu sibuk, kearah jauh sana (ia mengayuhkan tangan kirinya membuat isyarat menuding ke laut) Dan bila ia

Download naskah tanda silang saduran W.S. Rendra
Download Naskah Ini

SERENADA LOLOSNYA DEWI NARKOBAWATI

SERENADA LOLOSNYA DEWI NARKOBAWATI
Naskah Pertunjukkan Teater Gerak

Ide Cerita : Drs. Samsi
(Pembina Teater Nglilir)
Naskah dan Sutradara : M. Fadholi


Dipentaskan pertama kali di hadapan peserta upacara peringatan Hari Anti Narkoba International di halaman Kantor Kabupaten Karanganyar
Tanggal 3 Juli 2008



Oleh kelompok :
TEATER NGLILIR


SERENADA LOLOSNYA DEWI NARKOBAWATI

Tokoh – tokoh :
1. Dewi Narkobawati : Tokoh ini dihadirkan untuk diidentikkan sebagai bandar narkoba, berwajah cantik, tapi jahat, gila uang
2. Antek – antek : Adalah para begundal / dayang-dayang Dewi Narkobawati. Diidentikkan sebagai pengedar narkoba, berwajah cantik, tapi jahat, gila uang. Jumlah pemeran 4 – 6 orang wanita.
3. Para kurban : Adalah kurban-kurban narkoba yang ditebarkan Dewi Narkobawati dan antek-anteknya, terdiri dari beberapa profesi :pelajar SD, pelajar SMP, pelajar SMA, mahasiswa, pengusaha, olahragawan, salesgirl, pengamen, kakek dan sebagainya.
4. Keluarga kurban : Adalah keluarga para kurban narkoba. Jumlah pemeran sama dengan jumlah kurban
5. Para warga : Adalah kelompok masyarakat yang merasa geran dengan sepak terjang Dewi Narkobawati yang telah menyebabkan banyak kurban berjatuhan. Jumlah pemeran bisa sebanyak-banyaknya
6. Narator : Adalah pembaca teks penjelasan / keterangan pada scene / adegan tertentu.

• Penggarapan pertunjukkan secara visual ;memadukan unsur tradisional dan modern
• Untuk hasil yang lebih maksimal bisa melibatkan koreografer (Penata tari / gerak)



From: Sitha Zahrah
To: melonmanalagi@yahoo.com
Subject: Tanya Naskah teater



Assalamu'alaykum...
Mo nanya "Serenada Dewi Narkoba" apakah itu judul naskah teater?
minta naskahnya donk...
Saya guru bahasa indonesia di SMP Neg 4 tarakan Kaltim yang ingin mengenalkan teater pada anak didik saya.
Dan kebetulan ada permintaan pementasan teater untuk hari anti narkoba nanti.
untuk itu saya mohon bantuannya untuk share naskah-naskah yang bertemakan narkoba.

Trimakasih sebelumnya.

wassalam




DOWNLOAD NASKAHNYA DI SINI


Download Naskah Ini

Selasa, 18 Mei 2010

Racun Tembakau

RACUN TEMBAKAU
Naskah Monolog Karya Anton Chekov; terjemahan Jim Lin



IVAN BERCAMBANG PANJANG, KUMIS DICUKUR KLIMIS, JAS RESMI YANG SUDAH TUA DAN SELALU SERING DI PAKAI, IA MUNCUL DENGAN SIKAP AGUNG, MANGGUT DAN MEMPERBAIKI VASNYA.

Omong-omong Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya (MENGUSAP CAMBANGNYA) pada Istri saya datang sebuah permintaan supaya untuk tujuan amal saya membacakan sebuah ceramah yang bersifat umum, Nah, kalau saya harus ceramah, mesti saja—bagi saya tidak menjadi soal sama sekali. Jelas saya ini bukan professor, dan saya tidak mempunyai gelar apapun, tapi meskipun demikian, selama 30 tahun ini, bahkan sampai merugikan kesehatan dan segala rupa, tidak ada berhentinya saya mengerjakan persoalan-persoalan yang bersifat ilmiah melulu, saya seorang pemikir, dan bayangkan sewaktu-waktu saya juga menyusun tulisan-tulisan ilmiah. Maksud saya bukan ilmiah saja tapi maaf, saya katakan ini
boleh digolongkan ke kelas ilmiah, sebelum lupa, kemarin dulu saya menulis artikel panjang berjudul bahaya dari jenis-jenis serangga tertentu. Anak perempuan saya semuanya sangat mengenangnya, terutama bagian-bagian mengenai kutu-kutu tembok, tapi setelah dibaca kembali, saya robek-robek lagi.

Untuk ceramah hari ini; omong-omong saya mengambil sebuah pokok tentang bahaya yang disebabkan pada bangsa manusia oleh menghisap tembakau. Saya sendiri merokok, tapi istri saya yang menyuruh ceramah tentang bahaya tembakau pada hari ini, dan karena itu, tidak ada jalan lain. Tentang tembakau. Ya sudah tembakaulah...

bagi saya sama sekali bukan soal; tapi bagi hadirin, saya anjurkan sebisa-bisanya menganggap ini dengan segala kesungguhan, demi mencegah terjadinya sesuatu yang tidak terduga. Namun siapa yang takut ceramah ini akan terlampau kering ilmiah, yang tidak suka macam begini mereka tidak perlu ikut mendengarkan, dan saya tidak keberatan kalau mereka mau pulang saja (MEMPERBAIKI VASNYA) saya, terutama minta perhatian dari anggota lingkungan kedokteran yang hadir disini, untuk mereka bisa memperoleh keterangan berguna dari ceramah saya, berhubung tembakau selain membawa akibat-akibat buruk, juga dipergunakan dalam pengobatan. Tembakau kita kenal sebagai tumbuh-tumbuhan...

biasanya kalau saya ceramah, mata saya yang kanan sering kedip-kedipan yang hadirin tak usah hiraukan! Itu lantaran senewen, dan kedipan mata ini sudah mulai sejak lama, sejak tahun 1889, kalau mau tepatnya tanggal 13 September, di hari istri saya melahirkan anak perempuan yang omong-omong , yang ke empat, Barbara. Anak perempuan saya semuanya lahir pada tanggal 13, tapi (MELIHAT ARLOJI).

Karena sempitnya waktu, sebaiknya saya jangan menyimpang dari pembicaraan ceramah ini. Sebelum lupa saya bisa sebutkan bahwa istri saya punya sekolah musik dan membuka indekost partikelir, maksud saya bukan indekost biasa, tapi berupa itulah, antara kita,,,

Download Naskah Ini

Emansipasi

EMANSIPASI

Karya : M. J. Widjaya


KARTINI
Tinta sejarah belum lagi kering menulis namanya, namun wanita wanita negeri ini sudah terbata bata membaca cita citaku. Aku dikungkung adat dan barat menuntunku, tapi aku selalu memcoba meratas jalan menuju kemerdekaan dan ternyata tak seorang pun melanjutkan perjuanganku.  Sesungguhnya adat sopan santun amatlah rumit, adikku harus merangkak bila hendak berlalu dihadapanku, kalau adiku duduk dikursi lalu aku berlalu maka haruslah segera turun dari kursi duduk ditanah bahkan dengan menundukan kepala sampai aku tidak terlihat. Adikku tidak boleh berkamu atau berengkau kepadaku
dan setiap akhir kalimat harus dibarengi dengan sembah. Peduli apa dengan segala tata cara itu, segala peraturan itu bikinan manusia dan menyiksaku. Manusia harus merdeka, semua sama dan kita semua saudara. Manusia itu sederajat dan berhak mendapatkan perlakuan yang sama, tidak seperti sekarang, para kaum ningrat pasti bahagia tapi kaum marginal akan hidup diselokan selokan penderitaan dan kematian siap menanti. Keningratan darah untuk masa kini sudah menjadi barang antik di museum. Kini muncul keningratan keningratan baru, keningratan title, keningratan pangkat, keningratan jabatan dan pucak dari semua keningratan itu adalah keningratan ekonomi. Siapa yang paling banyak uang berarti dia yang dapat mengatur keadilan dan keputusan pengadilan. Sungguh aneh, mereka yang mengaku “ Kartini Kartini Masa Kini “ tidak menentang keningratan keningratan baru, bahkan sebagian besar mereka menjadi pemujanya atau penjilat. Aku hanya percaya akan dua keningratan, pertama keningratan fikiran dan yang kedua keningaratan budi, apa gunanya bergelar graaf atau baron.
Wanita wanita kini mengurai kembali benang yang telah kupintal, mereka hanya merayakan hari kelahiranku tapi itu semua hanya mengecilkan arti perjuangaku selama ini. Wanita wanita kini telah maju kebelakang, kita belajar sejarah, bahwa manusia itu unik, keunikan manusia itu : dia belajar sejarah tapi tidak pernah belajar dari sejarah.
 ................................

Download Naskah Ini

Anzing

ANZING
Karya: Rachman Sabur

Prolog : Lagu “17 juli” karya Iwan Fals didengarkan

Video Screen : Film segerombolan anjing berkeliaran. Penceramah berdiri di depan podium. Penceramah mematikan video screen dengan remote control.



Ngomong-ngomong tuan-tuan,nyonya-nyonya….dan nonoa-nona perkenankanlah dalam kesempatan ceramah ilmiah kali ini saya akan mengambil pokok tentang “dunia anjing dan sekitarnya”. Dunia yang berhubungan dengan komunikasi, sikap dan perilaku mereka, baik itu ditinjau dari aspek cultural maupun dari aspek sosial, yang mempunyai kecenderungan lebih terbuka, gambling, apa adanya dan realistis.
Kalau kita menengok pada teori-teori lama, teori klasik, bahkan teori primitive, akan kita temukan juga embrio-embrio yang berubah dan berkembang pada tatanan struktur libido seksualitas semua makhluk pada umumnya.
Saya akan memberikan sample tentang sebuah keluarga dimasyarakat metropolis yang mempunyai fenomena trhadap gejala realitas yang sedikit miring ke kiri dan sedikit miring ke kanan.
Sekarang mari kita amati dan jangan kesusu memberikan kesimpulan akademis terhadap sample yang akan saya uraikan ini. Jangan pula sekali-kali menggunakan kaca mata religi agama karena landasannya berbeda. Jelas menjadi paradoks. Tapi tetap akan bermanfaat
...........................

Download Naskah Ini

Aeng

MONOLOG AENG
karya: Putu Wijaya

IA BERBARING DI LANTAI DENGAN KAKI NAIK KE KURSI. DI MEJA KECIL, DEKAT KURSI, ADA BOTOL BIR KOSONG SEDANG DI LANTAI ADA PIRING SENG. MUKANYA DITANGKUP TOPI KAIN. DI KAMAR SEBELAH TERDENGAR SESEORANG MEMUKUL DINDING BERKALI-KALI

Ya, siapa itu. Jangan ganggu, aku sedang tidur

GEDORAN KEMBALI BERTUBI

Yaaaa! Siapaaa? Jangan ganggu aku sedang tidur

GEDORAN BERTAMBAH KERAS. ORANG ITU MENGANGKAT TUBUHNYA



Ya! Diam kamu kerbau! Sudah aku bilang, aku tidur. Masak aku tidak boleh tidur sebentar. Kapan lagi aku bisa tidur kalau tidak sekarang. Nah begitu. Diam-diam sajalah dulu. Tenangkan saja dulu kepalamu yang kacau itu. Hormati sedikit kemauan tetangga kamu ini

(BERBARING LAGI) Ya diam. Tenang seperti ini. Biar aku dengar hari bergeser mendekatiku dengan segala kebuasannya. Tiap detik sekarang kita berhitung. Aku kecap detak-detak waktu kenyang-kenyang, karena siapapun tak ada lagi yang bisa menahannya untukku. Bahkan Tuhan juga sudah menampikku. Sebentar lagi mereka akan datang dan menuntunku ke lapangan tembak. Mataku akan dibalut kain hitam dan sesudah itu seluruh hidupku jadi hitam. Aku akan terkulai di situ berlumuran darah. Jadi onggokan daging bekas. Sementara dunia terus berjalan dan kehidupan melenggang seperti tak kekurangan apa-apa tanpa aku. Sekarang kesempatanku yang terakhir untuk menunjuk arti. Mengisi kembali puluhan tahun di belakang yang sudah aku lompati dengan terlalu cepat. Apa yang bisa dilakukan dalam waktu pendek tetapi dahsyat? (MENGANGKAT TOPI DAN MELEMPARKANNYA KE ATAS) Ketika aku mulai melihat, yang pertama sekali aku lihat adalah kejahatan. Makku dihajar habis oleh suaminya yang kesetanan. Ketika pertama kali mendengar, yang kudengar adalah keserakahan. Para tetangga beramai-ramai memfitnah kami supaya terkubur. Ketika pertama kali berbuat yang aku lakukan adalah dosa. Kudorong anak itu ke tengah jalan dan sepedanya aku larikan. Sejak itu mereka namakan aku bajingan. Mula-mula aku marah, karena nama itu diciptakan untuk membuangku. Tetapi kemudian ketika aku terbiasa memakainya, banyak orang mengaguminya.Mereka datang kepadaku hendak berguru. Aku dinobatkan jadi pahlawan. Sementara aku merasa amat kesepian ditinggal oleh dunia yang tak mau mengakuiku sebagai anaknya.


Download Naskah Ini

Monolog Alibi

Naskah monolog berjudul Alibi karya S. Jai

Keluarga adalah titik batas paling rumit, sekaligus pertarungan menakjubkan antara kepentingan pribadi dan masyarakat.
Sulitnya perjuangan membebaskan pikiran dan kenyataan bahwa apa yang dimakan anggota keluarganya bukan hasil korupsi.


MALAM HARI. PANGGUNG SISI KANAN SEBELAH BELAKANG ADA LUKISAN BESAR. BEGITU BESAR MENYERUPAI LAYAR. BEBERAPA GEDEBOK PISANG. TANAH ATAU JERAMI ATAU APA SAJA. DI ATASNYA SESEORANG TIDUR TELUNGKUP DENGAN POSISI SEPERTI BARU JATUH DARI LANGIT. MENGGENGGAM SEBENTUK GUNUNGAN. PANGGUNG SISI KIRI ADA MEJA DAN KURSI MALAS. SEPASANG SEPATU. BEBERAPA BAJU TERGANTUNG DI KAPSTOK DEKAT PINTU. BERSERAKAN KERTAS DAN BUKU. SEBUAH BOLA.


BAGIAN PERTAMA

LAMPU FADE IN PANGGUNG KANAN. SUASANA TEGANG MENCEKAM. SESEORANG MEMAINKAN SEBENTUK GUNUNGAN. GEMURUH BADAI. GELORA SAMUDERA. SULUK AMUK. SENANDUNG MERONTA.

SESEORANG: (SULUK AMUK) Sesungguhnya aku lahir bukan untuk mengenal kebencian. Tapi sekarang justru kebencian tidak bisa begitu saja aku benci untuk kubicarakan. Begitu aku membencinya kebencian itu, aku malah tersiksa dibuatnya. Aku menjadi sulit tidur karena terus memikirkannya. Bukan karena kusengaja, tapi ia menyerobot masuk dalam alam pikiranku dalam otakku. Tanpa permisi.
SESEORANG: Masuk! Masuk! Cepat masuk. Hei! Yang di kamar semua keluar. Tutup pintu kuat-kuat.
SESEORANG: Enaknya keluar apa masuk?
SESEORANG: Terserah. Masuk lalu keluar. Bisa juga. Kalau perlu itu pintu dipaku.
SESEORANG: Atau keluar dulu baru masuk.
SESEORANG: Paling enak, sama-sama masuk. Sama-sama keluar. Bagaimana sih?
SESEORANG: Cepat sembunyi di lubang yang kemarin kita gali.
SESEORANG: Ya, begitu. Jangan berisik. Tahan. Jangan kencing dan berak di dalam.
SESEORANG: (SULUK) Kalau pun aku bisa tidur, saat otakku mulai agak kendor justru ia sering menggedor-gedor. Begitu kuberi peringatan sepertinya ia malah bernada mengancam. Ketika kubuka mataku, ia yang berwajah menyeramkan itu sudah berdiri hadir persis di depanku.
...............................................
Download naskah Alibi selengkapnya memalui link berikut ini.
Download Naskah Ini

Monolog Kasir Kita

KASIR KITA

Monolog Kasir Kita karya Arifin C Noer

Setting :

Ruang tengah dari sebuah ruang yang cukup menyenangkan, buat suatu keluarga yang tidak begitu rakus. Lumayan keadaannya, sebab lumayan pula penghasilan si pemiliknya. Sebagai seorang kasir di sebuah kantor dagang yang lumayan pula besarnya. Kasir kita itu bernama : Misbach Jazuli

Sandiwara ini ditulis khusus untuk latihan bermain. Sebab itu sangat sederhana sekali. Dan sangat kecil sekali. Dan sandiwara ini kita mulai pada suatu pagi. Mestinya pada suatu pagi itu ia sudah duduk dekat kasregisternya di kantornya, tapi pagi itu ia masih berada di ruang tengahnya, kelihatan lesu seperti wajahnya.

Tas sudah dijinjingnya dan ia sudah melangkah hendak pergi. Tapi urung lagi untuk yang kesekian kalinya. Dia bersiul sumbang untuk mengatasi kegelisahannya. Tapi tak berhasil. Saudara-saudara yang terhormat. Sungguh sayang sekali, sandiwara yang saya mainkan ini sangat lemah sekali. Pengarangnya menerangkan bahwa kelemahannya, maksud saya kelemahan cerita ini disebabkan ia sendiri belum pernah mengalaminya;
ini. Ya, betapa tidak saudara? Sangat susah.

Diletakkannya tasnya Saya sangat susah sekali sebab istri saya sangat cantik sekali. Kecantikannya itulah yang menyebabkan saya jadi susah dan hampir gila. Sungguh mati, saudara.Dia sangat cantik sekali. Sangat jarang Tuhan menciptakan perempuan cantik. Disengaja. Sebab perempuan-perempuan jenis itu hanya menyusahkan dunia. Luar biasa, saudara. Bukan main cantiknya istri saya itu. Hampir-hampir saya sendiri
tidak percaya bahwa dia itu istri saya.

Saya berani sumpah! Dulu sebelum dia menjadi istri saya tatkala saya bertemu pandang pertama kalinya disuatu pesta berkata saya dalam hati : maulah saya meyobek telinga kiri saya dan saya berikan padanya sebagai mas kawin kalau suatu saat nanti ia mau menjadi istri saya. Tuhan Maha Pemurah. Kemauan Tuhan
selamanya sulit diterka. Sedikit banyak rupanya suka akan surpraise.

Buktinya? Meskipun telinga saya masih utuh, toh saya telah berumah tangga dengan
Supraba selama lima tahun lebih.
..................................

Download naskah monolog kasir kita di sini.
Download Naskah Ini

Senin, 17 Mei 2010

Dunia Orang-Orang Mati

Naskah Dunia Orang-Orang Mati Karya Saini K.M. adalah salah satu karya besar dari Saini K.M.

Dramatis Personae
  1. DARMA 45 tahun veteran; Ahli keuangan
  2. JUARSA 50 tahun Veteran; Direktur utama sebuah bank
  3. SUPANDI 45 tahun Veteran, Kepala bagian di bank tersebut
  4. RUSLAN 45 tahun Veteran, Kepala bagian di bank tersebut
  5. MAYA 35 / 40 tahun Istri Darma
  6. ENJANG 30 tahun Pelayan
  7. UYUNG 30 tahun Pelayan
  8. SURYANA 50 tahun Direktur utama usaha kontraktor
  9. HARRIS 45 tahun Kepala bagian di perusahaan tersebut
  10. AJO 30 tahun Pelayan
  11. YOPI 30 tahun Wartawan ekonomi & bisnis
  12. MAS PARTO 45 tahun Pekerja di pekuburan Kristen
  13. TAUDIN 45 tahun Sahabat Darma; Veteran
  14. SUWAYA 45 tahun Sahabat Darma; Veteran
  15. VAN REES 55/60 tahun Wakil sebuah perusahaan Multinasional AS
  16. BEBERAPA PEKERJA KUBURAN


Babak I
Ruang Kepala Bagian Analis Kredit pada sebuah bank di suatu kota besar diIndonesia. Ada meja kerja, sebuah kursi bagi kepala bagian dan sebuah atau lebih kursi untuk penghadap. Terdapat juga seperangkat kursi dan meja bagi para tamu. Pot-pot penyegar ruangan dan lemari buku-buku akan menunjang suasana ruangan. Waktu pagi hari. Pertengahan dasawarsa tujuhpuluhan.

Adegan 1
Ketika layar dibuka atau lampu dinyalakan, tampak Enjang sedang membersihkan ruangan dengan seksama dan teliti sekali. Muncul Supandi.

ENJANG : Selamat pagi, Pak.
SUPANDI : Selamat pagi. (MELIRIK KE SEGALA ARAH DAN
MEMPERHATIKAN ENJANG BEKERJA). Bersih! Rapi! Segar!
ENJANG : (SENANG) Asyik! Sedap ya Pak!
SUPANDI : Kamu tidak pernah mengurus ruangan saya sebaik ini, ya?
ENJANG : (SADAR DAN BERFIRASAT BURUK) Siapa bilang, Pak?
SUPANDI : Saya yang bilang.
ENJANG : (MENCOBA MELOLOSKAN DIRI) Kalau begitu, sudahlah pak. Saya mengaku.
SUPANDI : Mengaku apa?
ENJANG : (MENGHINDAR)Ruangan ini bersih dan rapi, Pak.
SUPANDI : (MENDESAK) Ya. Jadi mengapa?
ENJANG : Mengapa apa, Pak?
SUPANDI : Otakmu di mana, Jang?
ENJANG : Otak saya tidak penting, Pak. Yang penting tangan saya selalu di gagang sapu, Pak.
SUPANDI : Kamu mengalihkan persoalan, ya?
ENJANG : Saya tidak mengerti maksud Bapak, Pak.
SUPANDI : (LEBIH MENDESAK) Sudah. Kamu jangan pura-pura. Mengapa kamu pilih-kasih?
ENJANG : Pilih-kasih?
SUPANDI : Mengapa kamu merawat ruangan Pak Darma lebih baik daripada merawat ruangan saya?
ENJANG : Astaga! Apa memang begitu, Pak?
Download Naskah Ini

Rumah Bernarda Alba (versi Inggris)

Sebuah request naskah datang dari A Sandy Moelyadi melalui FACEBOOK BANDAR NASKAH mengenai naskah Rumah Bernarda Alba karya Federico Garcia Lorca. Semula Bandar Naskah mengalami kesulitan unutk mendapatkan naskah ini, tetapi berkat bantuan dari kawan Agung Hary dari Purworejo, Jawa Tengah, Indonesia akhirnya Bandar Naskah mendapatkan naskah tersebut. Namun, Naskah Rumah Benarda Alba ini dalam bahasa Inggris dengan judul THE HOUSE OF BERNARDA ALBA. Semoga dapat membantu.

----------------------------------------------------------------------------------
THE HOUSE OF BERNARDA ALBA


Characters:

BERNARDA, sixty years old
MARIA JOSEFA, Bernarda’s mother, eighty years old
ANGUSTIAS, Bernarda’s daughter, thirty-nine years old
MAGDALENA, Bernarda’s daughter, thirty years old
AMELIA, Bernarda’s daughter, twenty-seven years old
MARTIRIO, Bernarda’s daughter, twenty-four years old
ADELA, Bernarda’s daughter, twenty years old
SERVANT, fifty years old
PONCIA, sixty years old
PRUDENCIA, fifty years old
BEGGAR WOMAN with LITTLE GIRL
WOMEN MOURNERS
WOMAN 1
WOMAN 2
WOMAN 3
WOMAN 4
YOUNG GIRL




Author’s note: These three acts are intended as a photographic document.



Download Naskah Ini

Jumat, 14 Mei 2010

Syekh Siti Jenar Karya Saini K.M.

Syekh Siti Jenar
Babad Geger Pengging
Karya Saini K.M.

PENGANTAR PENULIS

Sandiwara Syekh Siti jenar ini sengaja di beri anak judul Babad Geger Pengging. Alasannya ada dua, pertama karena sudah naskah lain yang berjudul Syekh Siti Jenar, kedua kata babad akan mengisyaratkan kepada pembaca atau penonton bahwa naskah ini bukan naskah sejarah, melainkan naskah sastra, lugasnya sastra-drama.

Kalau penulis berani menuliskan kata Babad, hal itu didukung pula oleh kenyataan bahwa di kalangan para sarjana sejarah sendiri masih ada keraguan, apakah kisah Syekh Siti Jenar itu memang pernah benar-benar terjadi atau hanya berupa cerita saja. Dengan demikian, penulis merasa lebih leluasa memergunakan cerita itu untuk tujuan-tujuannya yang bersifat sastrawi.


Memergunakan suatu cerita cesara sastrawi berarti mengolah cerita itu, memberinya tafsiran baru atau mengisinya dengan masalah-masalah lain, sesuai dengan maksud-maksud yang hendak dicapai sastrawan. Diantara maskdu-maksud itu ialah pengungkapan pengalaman sastrawan dengan pergulatannya dengan masalah-masalah yang dihadapinya masa kini dan di sini.

Dengan latar belakang seperti itu, sandiwara Syekh Siti Jenar ini pun akhirnya dapat dianggap tidak berhubungan dengan kisah tokoh yang banyak di kenal di masyarakat Jawa khususnya dan Indonesia umumnya.

Bandung, 1986
..................

Download Naskah Syekh Siti Jenar melalu link di bawah ini. Semoga Bermanfaat.

Download Naskah Ini

Cinta Is Not A Game

Naskah Cinta Is Not a Game karya Hermanjoyo adalah salah satu naskah remaja dari sekian banyak koleksi naskah remaja yang dimiliki Bank Naskah: Bandar Naskah. anda dapat mementaskan naskah ini dengan mengunduh file melalui link di bawah artikel ini. Hati-hati, naskah ini mungkin menggairahkan :)

Opening

Empat orang pelajar di empat tempat yang berbeda sedang melakukan ritual ‘melepaskan hasrat’ muda remaja mereka, membuang gundah - mengusir gelisah pada  khayalan yang memabukan atas nama satu perempuan pujaan – Cinta. Di kamar mandi Bogi menuntaskan hasratnya dengan menggunakan sabun.
Di tempat tidur Anto bergulat melepaskan resah pada guling yang diapit kedua kaki persis di selangkangannya. Dono di ruang belajar duduk di depan meja belajar dengan satu tangan menggaruk-garuk selangkangannya sambil memandangi foto seorang model yang dipegangi tangan lainnya. Sementara Jonny memacu geloranya dengan mengusap- usap seluruh tubuhnya, sambil sebelah tangannya memegangi gagang telpon di telinga. Lenguhan dan sesekali kata “Cinta” mendesis dari mulut-mulut mereka. Tapak demi setapak mereka mendaki kenikmatan ala seks swalayan tersebut. Ketika puncak-puncak  itu sudah mulai mendekat kata-kata “Cinta, Cinta. Cinta, Cinta….” Semakin cepat terlafalkan dan mulai tidak beraturan. Dan kemudian berakhir pada lenguhan panjang, “Cinnntaaaaa….”

Para remaja memuja cinta
Memanah dewa-dewi asmara
Berharap jatuh dan mendekapnya dalam pelukan


Cinta menawan para remaja
Mengantar hingga langit nirwana
Segalanya tampak begitu indah dalam angan


Cinta adalah bunga-bunga
Mekar elok nan mempesona
Menggoda kumbang-kumbang datang
Mencecap manis sari-sari madu


............................

sialakn download kelanjutan naskah cinta is not a game yang menggairahkan ini melalui link di bawah ini.
Download Naskah Ini

Sang Mandor Karya Rachman Arge

Sang Mandor
Karya Rachman Arge

TOKOH:

  1. Sang Mandor
  2. Istri Mandor
  3. Juki
  4. Uduk
  5. Poke
  6. Rimba


SANG MANDOR : MEROKOK, MELAMUN, BATUK-BATUK.

Kapal -kapal datang dan pergi . Dan aku Cuma disini .

TERDENGAR PELUIT KAPAL.

Inikah akhi r riwayatku?
Sebagai Mandor? Sebagai Ayah? Sebagai Suami?
Sebagai Laki -laki? Sebagai ...Manusia?

BATUK-BATUK. IA BERUSAHA MELAWAN
REMATIKNYA. IA MERANGKAK, MENCOBA
BERGERAK KE JENDELA. MEMANDANG KELUAR.
MASUK MULLI. ISTERI MANDOR.

ISTERI SANG MANDOR : MELETAKKAN GELAS BERISI AIR PUTIH DI MEJA.

Pak, saatnya minum obat. Jangan dekat-dekat jendela.
Disi tu banyak angin. Astaga, Bagaimana kau bisa
sampai disi tu?

SANG MANDOR : Berapa kali dalam sehar i -semalam aku
harus mendengar kata i tu? Jangan!
Jangan! Jangan ini !
Jangan Itu!

ISTERI SANG MANDOR : Di si tu banyak angin, pak.

SANG MANDOR : Kayak anak bali ta saja. Di tuntun- tuntun.

ISTERI SANG MANDOR : Obatnya, Pak.

SANG MANDOR : BERTERIAK. Ya.

ISTERI SANG MANDOR : Sekarang.

SANG MANDOR : Iya.

ISTERI SANG MANDOR : Minum sekarang!

SANG MANDOR : Iya, iya, iya!

ISTERI SANG MANDOR : Obatnya saya bawa kesi tu, atau, Bapak
yang saya
bawa kesini?.
..................

Donwload naskah sang mandor segera

Download Naskah Ini

Sidang Susila

Lakon Sidang Susila (karya Ayu Utami dan Agus Noor) dipentaskan pertama kali oleh Teater Gandrik, pada tanggal 21-23 Februari 2008 di Taman Ismail Marzuki Jakarta. Inilah lakon yang menggambarkan satu upaya monopoli kebenaran moral. Sebuah zaman, ketika Undang-undang Susila ditegakkan, yang bayang-bayangnya seperti sudah bisa terasakan ketika naskah ini ditulis. Sebuah zaman yang menyeramkan tetapi juga penuh kekonyolan. Bagi Anda, yang sudah menyaksikan pementasan lakon itu, file naskah lakon ini bisa menjadi bacaan sekaligus mencoba membayang-bayangkan bagaimana proses kerja penafsiran estetik telah berlangsung dari jagat teks ke jagat panggung, sebagaimana yang kemudian tampak dalam pementasan Teater Gandrik itu.


Bagi yang belum sempet menyaksikan (semoga saja bisa menontonnya apabila lakon ini dipentasulangkan oleh Teater Gandrik) file ini bisa menjadi bacaan sembari mengimajinasikan bagaimana panggung berlangsung. Membaca naskah lakon, memang seperti menyusun adegan dalam panggung yang tergelar dalam kepala. Ini, siapa tahu, bisa jadi obat kagol, lantaran tak sempat menyaksikan pertunjukannya.

Tetapi, siapa tahu, kelompok teater lain berminat mementaskan. Tentu saja, naskah ini terbuka bagi kelompok teater mana pun. Artinya, naskah ini boleh dipentaskan di mana pun kapan pun oleh siapa pun, sepanjang memberitahukan pada penulis, tentu sekadar untuk sopan santun. Satu hal lagi, Anda boleh mengutip sebagian atau seluruh bagian naskah ini, sepanjang itu tidak digunakan untuk kepentingan bisnis.

Nah, sekarang, Anda silakan baca file naskah Sidang Susila ini

BUKAN PERINGATAN PEMERINTAH:

Apabila naskah ini dipentaskan, harap menyertakan tanda “17 tahun keatas” pada poster dan semua elemen publikasi lainnya, termasuk tiket dan buku acara, untuk menyatakan kalau tontonan ini lebih baik ditonton oleh para penonton yang memang “sudah dewasa”. Ini juga dimaksudkan, bahwa tanpa undang-undang yang mengatur moralitas, sebagai masyarakat kita pun sesungguhnya (sudah) bisa mengatur diri sendiri.

silakan download naskah sidang susila melalui link di bawah ini

Download Naskah Ini

Kamis, 13 Mei 2010

Naskah Gubernur Nyentrik (episode negeri para pelupa)

Naskah Gubernur Nyentrik karya Agustan T. Syam merupakan naskah komedi situasi sekaligus sebagai ktik haluis bagi para pembesar negeri ini. Banyak hal-hal konyol di negeri ini yang diangkat menjadi topik kelucuan.



PEMERAN :
  1. LELAKI TUA (GUBERNUR)
  2. PEREMPUAN TUA (ISTRI GUBERNUR)
  3. LELAKI SATU (AJUDAN)
  4. PEREMPUAN SATU (TAMU ISTRI GUBERNUR)
  5. ARSITEK (PERANCANG MEGAPROYEK)
  6. DEMONSTRAN (AKTIVIS MAHASISWA)
  7. DIREKTUR/DIREKTRIS
  8. BURUH (LEBIH DARI SATU)
  9. PENGAMEN (LEBIH DARI SATU)

(SATU)
Pesta kembang api, terompet tahun baru. Seorang Tua naik
sepeda kumbang dari arah penonton. Parkir dipinggir panggung. Lampu padam seketika. Obor dinyalakan dari sudut – sudut ruang. Obor dipadamkan lagi dalam drum. Lampu menerang lagi. Seorang laki-laki membenahi ruang, memasang lukisan atau semacamnya. Lampu padam lagi.

LELAKI SATU
Eeeiii……Tai boro !
Malam apa ini ? Ini bukan jadwal mati lampu kan. Beli lilin, nyalakan obor. Dalam keadaan seperti ini saya butuh lampu penerang, kalau penonton tidak bisa memecahkan hal ini, saya bisa gila……gila ! Tai boroooo…….

(Sebuah Lampu Menyala )


PARA PENGAMEN
(MASUK DARI SALAH SATU SUDUT PENONTON)
Maaf para penonton, adanya kami di sini bisa dikata menjadi satu skenario dengan cerita ini, tapi juga bisa keluar dari skenario. Sesuai skenario atau tidak itu tergantung dari yang terbembeng, tersereah saja. Yang jelas kami tetap maju tak gentar membela yang bayar, Itulah. Semoga penonton terhibur, dengan cerita yang sebentar lagi akan berlangsung secara serius, benar - benar serius. Jadi kalau anda ingin ketawa, melengkinglah seperti rajawali. Tapi diam dulu sejenak, kami ingin menyanyi untuk Sang Gubernur Nyentrik. Gubernur Negeri Para Pelupa, sebuah negeri yang hijau tapi gersang. Inilah lagu kami………………(LALU BERNYANYI, KEMUDIAN BERLALU BEGITU SAJA.

LELAKI SATU
Nyalakan lagi yang lain, semuanya. Semuanya, iya semuanya…….mau gila saya!
(Eksit)

(Orang tua tadi memikul sepeda kumbangnya ke atas panggung. Ia menggantungnya bagai barang antik, mengiringi dengan sebuah lagu. Ia berdiri mematung memandangi sepeda antik itu).
..............
silakan download naskah Gubernur Nyentrik melalui link berikut ini.



Download Naskah Ini

Rabu, 12 Mei 2010

Mayat-Mayat Cinta

Naskah Mayat-Mayat Cinta karya dari Agung Wijaya. Agung Wijaya kini bergiat di Kelompok Gamblank Musikal Teater Yogyakarta.

# 0
Mukaddimah
Lagu pembuka (Lagu 1)

# 1
Lampu temaram, diikuti spot besar di tengah panggung.
Tiba-tiba, seorang laki-laki kasar masuk dari sisi panggung sambil mencengkeram rambut & menyeret seorang perempuan cantik. Perempuan itu menangis, memperlihatkan kepedihan hatinya. Ia dihempaskan ke lantai dengan kasar. Musik masih mengalun mengiringi peristiwa ini...

Dursasana : “Menurutlah Drupadi, karena kau sudah milik kami! Kau adalah pelayan kami sekarang. Suamimu Yudhistira telah mempertaruhkan dirimu di arena perjudian ini. Dan ia telah kalah..!”
Drupadi : (Masih terduduk bersimpuh dan tersedu. Suaranya ditekan)
“Bagaimana mungkin Tuan-tuan membiarkan diriku dijadikan taruhan oleh orang yang telah kalah berjudi? Bukankah para penjudi adalah manusia-manusia jahat yang ahli tipu muslihat?!
Suamiku telah menjadi budak karena kalah, dan ia bukan manusia bebas lagi. Karena-nya ia tak berhak lagi mempertaruhkan aku...”
Dursasana : “Sejak semula ia telah rela akan mempertaruhkan semua miliknya. Itu berarti bukan hanya harta benda, tetapi juga dirinya sendiri, saudara-saudaranya, termasuk kau, istrinya...!”
Drupadi : (Menghadap ke arah penonton, seolah ia menatap hadirin arena perjudian itu)
“Tuan-tuan yang terhormat, jika kalian memang mencintai dan meng-hormati kaum ibu yang telah melahirkan dan menyusui kalian, jika penghargaan terhadap istri, saudara perempuan atau putri kalian benar-benar tulus, jika kalian percaya pada Yang Maha Agung dan menjunjung tinggi dharma, jangan biarkan aku dihina seperti ini..! Lakukan sesuatu! Penghinaan ini lebih kejam dari kematian!!”
Dursasana : “Drupadi, tak perlu kiranya kau berucap seperti itu! Tak ada gunanya sudah, karena justru mereka menjunjung tinggi dharma, kehormatan & etika, mereka mengerti bahwa mereka tak punya hak untuk berlaku apapun. Mereka hanya penonton sekarang, bukan penegak kebenaran! Pahamilah, sesungguhnya mereka mulai menikmati suguhan indah ini. Maka jangan kau buat mereka kecewa. Tapi buatlah mereka lebih setia menatapmu, lebih hangat bersama hasratku mempermainkanmu! Lihat, di sana suami-suamimu telah dengan rela menyerahkan dirinya bulat utuh tanpa busana, sebagai bentuk pengakuan kekalahan dan pertaruhan mereka. Mengapa kau tidak berlaku seperti mereka?!”
Drupadi : “Jika Yudhistira dan saudara-saudaranya rela menanggalkan kehormatan mereka, maka itu tidak akan terjadi padaku! Karena kira-nya mereka mengakui bahwa tak ada lagi kehormatan yang lekat pada dirinya. Tapi aku, seorang perempuan suci, istri sah atas nama dharma dari laki-laki yang dipilihkan untukku, perempuan suci yang dari rahimnya juga akan keluar keturunan suci, tak akan kunodai kesucian ini. Tak akan kulepaskan pakaianku, bahkan untuk sehelai benangpun. Karena ini adalah cangkang, perlambang dari kewajiban dijaga, dibela dan dipertahankannya kesucian itu. Inilah yang telah di...
Dursasana : (Memotong kata-kata Drupadi. Marah, ia menghardik perempuan itu...)
“Persetan dengan segala bentuk kesucian dan cangkang itu! Jika kau memang istri yang menjunjung tinggi dharma dan setia pada suami, maka selayaknya kau senasib seperti mereka. Jika kau merasa tidak sanggup menanggalkan sendiri busanamu, biar aku yang melucuti-nya!!”

Dengan beringas dan bernafsu, Dursasana menyentuh tubuh Drupadi dan meraih bajunya. Ia akan mulai melucuti dan menelanjangi perempuan malang itu... Drupadi meronta, berontak, berusaha mempertahan-kan diri. Ia berdiri dan berlari mencari tempat berlindung. Bahkan sampai ke tempat hadirin yang menyaksikan peristiwa ini. Tapi Dursasana tak tinggal diam... Ia makin bernafsu melihat Drupadi ketakutan. Sambil tertawa keras, ia mengejar Drupadi, menyeret dan menghempaskannya lagi ke lantai.

Lagu bernuansa rock muncul menghentak,
Lagu #1
(Saat nestapa) : Saat kenistaan merajalela
Maka entah kemana perginya dharma
Ketika nestapa mulai dibuka
Maka tinggallah dosa menjadi raja

O... inilah awal sejarah
Kala kesucian tak lagi indah
Tapi malah dirajah
Oleh nafsu yang serakah...

*) O... inilah awal sejarah
Karena kesucian telah dijarah
Maka dunia jadi rebah
Dan lelaki akan menyerah...

Lagu masih mengalun, mengiringi Dursasana yang mulai menelanjangi Drupadi. Bagian demi bagian, busana itu tersobek oleh tangan-tangan kasar si lelaki yang angkara. Drupadi meronta, berontak dan ber-lari dengan tubuh yang mulai tersibak. Dursasana meraihnya kembali, menyobek lagi benang-benang cangkang itu...Drupadi meronta, dan tubuhnya terhempas...Sambil menangis, ia luapkan murkanya dengan mengucap sumpah...

Drupadi : “O... penguasa semesta Yang Maha Suci, kepadaMu kuserahkan segala keyakinanku. Atas nama kesucianMu, kumohon Kau dengar ucapan-ku...! Aku bersumpah! Hari ini adalah awal sejarah, kala kesucianku dirampas, maka dunia akan berlumur nista. Nista yang akan menjadi awal celaka, bagi dia & kaum-kaumnya yang melucutiku, yang terus akan dicatat menjadi cerita seisi dunia. Nista yang akan membuat laki-laki, justru tidak akan pernah menemui kembali indahnya kesucian.. Nista yang membuat mereka jadi budak bagi perempuan, atas nama nafsu dan cinta yang sesungguhnya abu-abu!! Nista yang akan mem-bawa mereka pada ujung dunia...!”

untuk mendonwload secara gratis naskah mayat-mayat cinta karya agung wijaya silakan klik link berikut ini.


Download Naskah Ini

Senin, 10 Mei 2010

Kartini Berdarah

Naskah teater Kartini Berdarah karya Amanatia Junda. S ini sangat cocok dilakonkan untuk memperingati Hari Kartini.

TOKOH:
1. Kartika : Seorang gadis berusia 17 tahun. Berambut panjang dikepang dua, berkacamata besar, seorang kutu buku, pendiam dan kurang pergaulan.

2. Kartini : Sahabat khayalan Kartika. Seorang wanita berusia sekitar 20 tahun-an, rambut bersanggul, memakai kebaya, wajah keibuan, seperti sosok pengganti ibu sekaligus sahabat bagi Kartika

3. Friska : Seorang gadis kaya. Berusia 17 tahun. Berambut ikal, cantik, ramping, tinggi. Ketua geng Perfume. Mempunyai sifat sombong, dan sewenang wenang.

4. Lena : Seorang gadis berusia 16 tahun, anggota geng Perfume. Jangkung, berambut pendek. Agak tomboy. Sering main tangan.

5. Windi : Seorang gadis berusia 17 tahun, anggota geng Perfume. Seorang playgirl, centil, kurang pandai dalam pelajaran.

6. Resnaga : Sahabat Kartika sejak kecil. Seorang pemuda berusia 17 tahun. Tinggi sedang, berpenampilan sederhana. Ramah, setia, dan baik hati.

7. Malvin : Seorang idola sekolah, berusia 18 tahun, tampan, angkuh,berpenampilan keren. Kekasih Friska.

8. Bu Sartika : Ibu Kartika. Berusia sekitar 45 tahun, seorang wanita karier,janda, penuntut pada anak semata wayangnya, dan over protektif.

Silakan download naskah teater Kartini Berdarah karya Amanatia Junda S. melalui link di bawah ini.

Download Naskah Ini