Pages

Rabu, 08 Juni 2011

Naskah Zetan karya Putu Wijaya

Lakon
ZETAN
Karya PUTU WIJAYA




GURU
Aku guru yang hebat. Tanganku luar biasa dingin. Aku bisa mengocok kepala batu dan otak udang menjadi cemerlang. Betul, aku tidak main-main. Aku seperti tukang sulap. Itu semua sudah karunia. Tapi aku terpaksa keluar dan berhenti mengajar. Aku tidak mau lagi jadi guru.

(Guru melempar tasnya. Istri memunggut dengan sabar. Guru membuka bajunya, kemudian hendak membantingnya. Tetapi istrinya menyabarkan dan membujuk agar suaminya duduk sambil kemudian memijit pundaknya. Semabari dipijit guru terus ngomel)

Aku benci kepada birokrasi. Aku lihat sekolah kok tidak lagi memberikan pendidikan kepada calon pengganti generasi, tapi memperjual-belikan pendidikan. Ilmu sudah jadi barang komoditi seperti hasil pabrik. Diicrit-icrit supaya mahal. Publikasi dan fasilitasnya digembar-gemborkan, tapi hasilnya memble. Pendidikan hanya menjual sertifikat dan gelar tidak bikin manusia pinter apalagi siap pakai. Prek!

(Guru bangun dan kemudian kentut)

Alhamdulillah

(Merasa lega. Istrinya berhenti mijit, dengan cekatan mengumpulkan barang-barang suaminya, lalu masuk. Guru tinggal sendiri)


Jadi jangan salahkan kalau aku lantas kabur dan mendirikan Akademi Mandiri. Sekolah mahal yang bergengsi dan bercita-cita mulia. Pendidikan yang bagus memang mahal, tidak mungkin gratis, itu omong kosong. Gaji guru mesti cukup karena mereka profesional, sarana mesti canggih supaya jangan ketinggalan zaman. Tapi yang bayar orang yang berduit. Makin dia kaya, makin tinggi bayarannya, itu sudah adil. Orang kaya dicekek tidak akan mati malah hartanya berlipat ganda. Orang kaya kalau kehilangan seperak akan langsung menggaruk sejuta tak peduli dari mana. Mereka semuanya pemain sulap. Orang kecil lain, belum ditembak sudah pinsan, banyak yang kontan mati. Karena itu orang miskin berhak dapat pendidikan kelas satu sama dengan orang kaya dan gratis.

(Guru ketawa. Istri guru muncul, pakaiannya keren. Ia membawa kemeja panjang, dasi dasi dan jas. Beberapa orang pembantu ikut muncul membawa buku-buku dan map, meletakkannya di meja dan menata ruangan. Istri guru menyerahkn hp dan earphoe pada guru. Guru memasang dan menjawab hp lewat earphoe. Istri guru menolong guru memakai kemeja. Mengganti sepatu sandal dengan sepatu boat pendek yang keren. Guru bicara di hp dengan earphone.)

Betul. Puluhan ribu muridku. Kebanyakan anak-anak orang gedean yang bisa membayar berapa saja, asal anaknya bisa pinter. Dalam tempo singkat Akademi Mandiri menjadi idola. Kalau tidak bawa ijazah Akademi Mandiri orang merasa kurang bergengsi. Habis setiap lowongan kerja mesti syaratnya pertamanya menguasai bahasa Inggris. Tidak tersangkut G.30 S. Tapi kalau bawa ijazah Akademi Mandiri, semua itu tidak berlaku lagi. Langsung diterima dengan gaji pertama yang bikin ngiler. Apa nggak hebat? (KETAWA BANGGA)

(Seorang pembantu datang membawa minuman dan beberapa obat yang harus ditelan. Istri guru mencari saat yang tepat, untuk menyerahkan dan kadangkala membantu memasukkan ke mulut tanpa mengganggu guru karena guru sibuk bicara di earphone.)

Tapi aku masih tetap kecewa. Aku memang selalu berhasil mencetak alumni yang berprestasi, yang cerdas dan kompetetif seperti yang dikehendaki oleh Mentri Pendidikan. Tapi aku tetap gagal mencetak manusia yang berguna. Setelah pintar, semua anak didikku mempergunakan ilmunya untuk kepentingan diri mereka sendiri. Jelas sekali mereka cari ilmu hanya untuk jadi kaya. Ada yang ngebet jadi pemimpin, tapi begitu menduduki kursi, mereka mempergunakan kekuasaannya untuk menginjak rakyat! Aku merasa gagal total! Kalau sekolah hanya mengajarkan orang untuk sukses, cari kedudukan, menumpuk kekuasaan dan kekayaan, akhirnya seperti sekarang korupsi di mana-mana. Mantan anak didikku semua jadi orang. Pemimpin kakap, berpengaruh dan konglomerat. Tapi tidak seorang pun yang berhati mulia. Semuanya berjiwa dengki. Tidak usah 5 trilyun, disogok motor saja tetap mau, padahal di rumahnya berderet Jaguar, Lambordini, Mercy, Audi, bahkan ada becak untuk dipamerkan kepada tamu-tamu asing. Ini kenapa? Pendidikan yang salah? Guru yang keliru? Moral kita bejat? Atau hidup memang sudah berubah buas?

(Semua beres. Pembantu semua keluar. Istri guru juga, duduk menunggu suaminya selesai bicara.)

Begitu frustasi sehingga aku mau gulung tikar menutup akademi. Tentu saja semua orang protes. Bahkan ada yang mengancam kalau kau berani menutup Akademi Mandiri, berarti kamu mau bunuh diri. Tinggal pilih mau mati diracun seperti Munir, kecelakaan menggenaskan, ditembak di pinggir jalan, bom, atau disantet perlahan-lahan. Aku ngeper juga, karena aku bukan manusia pemberani. Sambil tertekan batin aku terus mengajar dengan separuh hati. Tapi bukan menyerah apalagi kalah! Oke aku mau berangkat sekarang. Siap bertempur dengan orang-orang Yayasan itu!

(Mencopot earphone. Istri berdiri membenarkan pasangan dasi. Kemudian membantu guru memakai jas. Istri guru mencium pipi suami, lalu masuk. Guru mengambil tas dan map-map. Tetapi kemudian hpnya berdering. Ia meraih, melihat siapa yang menelpon, kemudian menjawab.)





klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya
Download Naskah Ini

0 komentar:

Posting Komentar