Pages

Selasa, 22 Februari 2011

Naskah BOR Putu Wijaya

Lakon
B O R
Karya Putu Wijaya



SEBELUM PERTUNJUKAN DIMULAI, NYAMUK PERS SUDAH BERKELIARAN DI MA
NA MANA. BAGAI PASUKAN KOMANDO YANG TANGGUH, BANDEL AKAN TETA
TAPI SUPEL DAN KALAU PERLU BISA KASAR, MEREKA MENYUSUP DI MANA MA
NA. TAK ADA TEMPAT YANG TAK TERTEMBUS. TAK ADA ORANG YANG CUKUP KE
BAL BISA MENGHINDARI MEREKA.



PARA PEMAIN MEMBALUT TUBUHNYA DENGAN BEKAS BEKAS SPANDUK DI DEPAN PARA PENONTON. MEREKA MERUSAK PROPORSI TUBUHNYA DENGAN MEMASUKKAN BANTAL KARET BUSA DAN SEBAGAINYA KE BAGIAN BAGIAN TUBUH YANG MEREKA PILIH, LALU MEMBUNTALNYA DENGAN RAPIH, SEPERTI HENDAK MENGIRIM TUBUHNYA ITU KE TEMPAT YANG JAUH. MEREKA JUGA MENGGAMBARI MUKANYA DENGAN CAT WARNA WARNI. BEBERAPA ORANG MELAKUKAN ITU SAMBIL BERCAKAP CAKAP DENGAN TEMANNYA ATAU
PARA PENONTON. ADA JUGA YANG MEMINTA PENONTON MEMBANTUNYA MENGIKAT KAKI ATAU TANGANNYA.

SEPERANGKAT GAMELAN DITABUH DAN SEJENIS TEMBANG DIBAWAKAN
MENGIKUTI KESIBUKAN ITU. PENJUAL KACANG DAN MINUMAN MONDAR MANDIR DI ANTARA PENONTON MEMBAWAKAN JUALANNYA.

TERDENGAR SUARA KETUKAN DALANG MEMULAI PERTUNJUKAN. PARA PEMAIN
MENYINGKIRKAN ALAT ALAT, BARANG, KOPOR DAN SEBAGAINYA KE TENGAH, ME NUMPUKNYA DI SITU. KEMUDIAN MEREKA SENDIRI DUDUK MENGELILINGI BARANG BARANG ITU DAN MULAI MENYUARAKAN AAAAAAAAAAAAAAA SAMBUNG MENYAMUNG DENGAN LEMBUT. LAMPU PERLAHAN LAHAN PADAM. DALAM KEGELAPAN SUARA AAAAAAAA BERLANGSUNG BEBERAPA LAMA, SAMPAI DALANG MEMBERI ISYARAT BERHENTI. SUNYI BEBERAPA LAMA. LALU ADA SUARA GEMERINCING LEMBUT GENTA-GENTA KECIL. TERLIHAT NYALA HIU BERGETAR GETAR. SATU, DUA KEMUDIAN BANYAK, MENARI DALAM KEGELAPAN. BERKUMPUL DAN BERSERAK, NAIK TURUN MENGISI RUANG YANG GELAP ITU SEPERTI KUNANG-KUNANG.

KEMUDIAN TERDENGAR SUARA GAMELAN. HIU SATU PER SATU LENYAP. PARA PENARI MEMAKAI PAKAIAN PUTIH PUTIH MUNCUL DARI KIRI DAN KANAN KE ARAH ORANG ORANG ITU. PARA PENABUH MENGIKUTINYA DENGAN SUARA GAMELAN DAN TEMBANG. LAMPU HIDUP PERLAHAN LAHAN. ORANG ORANG YANG BERKUMPUL ITU MENGEMBANGKAN KAIN PUTIH DAN KEMUDIAN BERDIRI. PARA PENARI SEMAKIN DEKAT. MEREKA MENARI MENGELILINGI SAMBIL MENEBARKAN BUNGA. KI DALANG MENGETUKKAN PALUNYA.

KEPALA
Tuhan Seru Sekalian Alam, atas rakhmat dan kehendakMu kami berkumpul lagi hari ini untuk memulyakan namaMu dan melaksanakan tugas-tugas kami yang belum selesai.

KAIN PUTIH DITURUNKAN MENUTUPI BARANG BARANG. KI DALANG MENGETUKKAN PALUNYA. PARA PENARI TERTEGUN. LALU PERLAHAN-LAHAN MENGHINDAR PERGI.

KEPALA
Saudara saudara sekalian, terlebih dulu saya ucapkan maaf yang sebesarnya, atas segala kesalahan yang sudah maupun yang belum saya lakukan. Semua ini saya lakukan bukan karena kehendak pribadi, tetapi tugas. Hari ini rupanya kita terpaksa akan

MELIRIHKAN SUARANYA SEHINGGA TAK KEDENGARAN. DALANG MENGETUKKAN PALUNYA.

DALANG
Yang keras ! Mengapa ?

KEPALA
Menurut komputer, . satu orang sekarang baik.

DALANG
Bunuh satu orang ? Siapa ?

KEPALA
Nanti, harus ditanya dulu, baru ketahuan. Tapi ingat ingat, siapa pun yang akan jadi korban kali ini itu semua adalah bagian dari proses. Bukan orangnya, tetapi perbuatannya. Mana komputernya ?




klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya



Download Naskah Ini

Cipoa (Putu Wijaya)

LAKON
CIPOA
PUTU WIJAYA




BAGIAN PERTAMA

LAYAR BESAR SEPERTI BUKIT BATU. NAMPAK DALAM SILHUET BANYAK ORANG BEKERJA MENGGALI DALAM BERBAGAI UKURAN. DI DEPAN NAMPAK TIVRI SANG PENJAGA TAMBANG MASIH TIDUR. KABUT MULAI TURUN TANDA MALAM AKAN TIBA. JURAGAN MUNCUL DAN MEMPERHATIKAN,

JURAGAN
Ya Tuhan, mereka sudah hampir menemukannya.

JURAGAN MENGAMBIL LEMPENGAN BESI DAN PEMUKULNYA TANG ADA DI DEKAT TIVRI TIDUR LALU MEMUKULNYA LIMA KALI. TIVRI TERSENTAK BANGUN. LALU CEPAT-CEPAT MENGANCINGKAN BAJU DAN CELANANYA LALU OTOMATIS MENIUP SEMPRITAN SEPERTI MESIN.



TIVRI (Setelah Meniup Sempritan Lalu Bicara Dengan Corong) Lho apa sudah pukuTepat pukul lima!

JURAGAN
Kabut sudah turun. Malam akan tiba. Semua harus berhenti kerja!

TIVRI
Tapi harta karun belum ketemu Juragan!

JURAGAN
Tidak apa, berhenti dulu. Kalau terlambat keluar mereka bisa disekap dalam tambang. Nanti dikawin sama setan. Mau nggak punya keturunan kepalanya monyet?

TIVRI
Nggak!

(Ketawa Lalu Meniup Sempritan)

Oiiii sudah pukul lima, kabut sudah turun. Walaupun harta karun belum ketemu, berhenti semua. Kalau terlambat keluar bisa dikawin sama setan. Mau punya keturunan kepalanya monyet?

SEMUA BERHENTI BEKERJA DAN MEMBAWA PERALATANNYA KELUAR SAMBIL MENYANYI. DENGAN GEMBIRA DAN BERSEMANGAT./

JURAGAN
Bagus!



..............................

klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya
Download Naskah Ini

Bulan Bujur Sangkar

Drama Satu Babak
Bulan Bujur Sangkar
karya Iwan Simatupang


ADEGAN 1


ORANG TUA (Sibuk Menyiapkan Tiang Gantungan).
Kau siap. Betapa megah. Hidupku seluruhnya kusiapkan untuk mencari jenis kayu termulia bagimu. Mencari jenis tali termulia. Enam puluh tahun lamanya aku mengelilingi bumi, pegunungan, lautan, padang pasir. Harapan nyaris tewas. Enam puluh tahun bernapas hanya untuk satu cita-cita. Akhirnya kau ketemu juga olehku. Kau kutemukan jauh di permukaan laut. Setangkai lumut berkawan sunyi yang riuh dengan sunyinya sendiri. Kau kutemui jauh tinggi. Sehelai jerami dihimpit salju ketinggian, yang bosan dengan putihnya dan tingginya. Kau siap! Kini kau bisa memulai faedahmu!

MASUK PEMUDA, BERTAMPANG LIAR, LETIH, DAN MENENTENG MITRALIUR. IA KAGET, MELIHAT TIANG GANTUNGAN DAN ORANG YANG BERDIRI TENANG DI SAMPINGNYA. IA MENODONGKAN MITRALIURNYA.

ORANG TUA
Tunggu! Jangan tergesa. Mari kita tentukan dulu tegak kita masing-masing. Agar jangan silap menafsirkan peran kita masing-masing. Yang mematikan atau yang dimatikan.

ANAK MUDA
Maksud Bapak?

ORANG TUA
Tingkah laku harus senantiasa sesuai dengan watak yang ingin digambarkan.

(Ia bisa mengambil mitraliur dari tangan anak muda)

Sifat lahir harus sesuai dengan sifat rohani, agar …

(Anak muda sadar dan mendepak mitraliur. Terdengar serentetan tembakan).

… agar dicapai kesatuan waktu, kesatuan ruang, kesatuan laku.



ANAK MUDA
Bapak ingin bunuh saya?

ORANG TUA
Siapa hendak bunuh siapa?

ANAK MUDA
Bapak ingin bunuh saya.

ORANG TUA
Membunuh kau? Aku? Hendak bunuh kau?

ANAK MUDA
Ya, Bapak hendak bunuh saya!

ORANG TUA
Mengapa? Dengan alasan apa? Dengan tujuan apa aku harus membunuh kau?



klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya
Download Naskah Ini

Bulan Emas di Jendela Kakek

Lakon Satu Babak
Bulan Emas Di Jendela Kakek
Karya H. Adjim Arijadi



Dramatic Personal
  1. Kakek
  2. Badrun
  3. Rusman
  4. Abdullah
  5. Jonah




INTERIOR RUMAH ANGKER, PERALATAN SERBA ANTIK, SEPASANG MEJA TAMU, SOFA DAN JAM DINDING YANG TERSANDAR DISUDUT RUANGAN.

DALAM RUANGAN SUDAH ADA BADRUN, LELAKI KASAR DAN RUSMAN YANG SEDIKIT INTELEK.

BADRUN
Rusman, sudah saatya kita membunuh kakek.

RUSMAN
Kakek dengan hartanya itu, bila dia mati pasti disiksa oleh ular-ular berbisa. Tapi bagaimana dengan Abdulah?

BADRUN
Kita bertiga adalah cucu-cucunya kakek. Tapi kebencian kakek terhadap kita berdua. Abdullah satu-satunya cucu kesayangan kakek. Dan Abdullah memang meragukan, tapi aku akan membereskannya.

RUSMAN
Dan Johan?

BADRUN
Johan juga kesayangan kakek, meskipun cuma babu. Dan aku juga akan membereskannya.


...................................

klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya
Download Naskah Ini

Jumat, 18 Februari 2011

Demang Lehman

Lakon
DEMANG LEHMAN
Karya : H. Adjim Arijadi




SPACE A
MERUPAKAN SEBUAH RUANG KERJA PERWIRA BELANDA BERPANGKAT LETNAN KOLONEL DENGAN JABATAN RESIDEN.
Di ruangan ini mengesankan bentuk dan gaya Eropah, dengan peralatan yang terdiri dari: satu meja kerja lengkap dengan korsinya, ada beberapa kursi lainnya untuk para tamu menghadap Residen. Di atas meja kerja itu, terdapat sebuah Globe, sebuah tongkat upacara, botol tinta lengkap dengan tangkai pena yang terbuat dari bulu burung anggang.
Beberapa map berkas surat-surat dokumentasi.



SPACE B
ADALAH TEMPAT KERANGKENG YANG MEMBERI KESAN KAMAR TAHANAN.
Di atas kerangkeng sekaligus bisa dirombak menjadi level untuk menghukum mati seseorang. Itulah tiang gantungan tempat menghukum gantung. Pada balok palang tempat tali tergantung, terdapat kain tergulung warna putih, yang pada saat-saat tertentu, kain itu bisa diuraikan kebawah. Untuk menaiki level tempat gantungan itu, tersedia trap atau anak tangga.

SPACE C
BERKESAN SEBAGAI RUANG TUNGGU TEMPAT PARA TAMU DUDUK-DUDUK MENANTI GILIRAN MASUK KE RUANG KERJA RESIDEN.
ADA SATU PAGAR YANG MEMISAHKAN RUANG INI DENGAN RUANG DALAM.

SPACE D
ADALAH RUANG YANG AGAK MENINGGI, TERLETAK AGAK JAUH DI BELAKANG. Ada anak tangga yang memberi kesan untuk turun naik rumah yang bertiang tinggi. Di dalam ruangan ini terdapat beberapa peralatan musik tradisional Banjar.


WAKTU
Di dalam abad ke-XIX yakni pada tahun 1864 dengan tempat kejadian di kota tempat berdirinya kerajaan Banjar, yakni Martapura di belahan selatan Pulau Borneo, atau Kalimantan Selatan sekarang ini.




DALAM SOLILOQUE, SETIAP TOKOH YANG BERHUBUNGAN DENGAN RUANG-RUANG INI, HADIR DALAM EXPRESSI AWAL DARI PERKEMBANGAN WATAK.

SOLILOQUE PADA MASING-MASING SPACE

DALANG (Pada SPACE B)
Pemerintah Gubernemen Belanda telah menjatuhkan putusannya, hukum gantung.

WANITA (Pada SPACE D)
Yang digantung itu adalah salah seorang dari tokoh pejuang kami. Demang Lehman namanya.

PESURUH :
Saya kenal baik, dulu ketika kami masih jadi petani, namanya bukan Demang Lehman. Tapi Idis.

RESIDEN :
Sebuah alun-alun di Martapura. Alun-alun Bumi Selamat. Kepala Pemberontak Riam Kiwa dan Riam Kanan itu akan digantung,pada waktu sholat maghrib.

SYARIF HAMID (Pada SPACE C Tempat Pesuruh Bertugas)
Masya Allah. Penghinaan!




klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya
Download Naskah Ini

Dr. Anda

DR.ANDA
Karya Wisran Hadi



DI TENGAH PENTAS TERLETAK SEBUAH MEJA TULIS BESAR. DI ATAS MEJA TERLETAK BERBAGAI PERKALAS; TAPE RECORDER BESERTA BEBERAPA BUAH KASET, BEBERAPA BUAH BUKU TEBAL, KERTAS-KERTAS BERISI BERBAGAI TULISAN, SEGELAS AIR JERUK UNTUK PENCERAMAH, SEBOTOL AIR PUTIH DAN KIPAS ANGIN.
DI SEBELAH KANAN MEJA TULIS ADA SEBUAH MEJA UNTUK TEMPAT SLIDE PROJECTOR BESERTA SLIDE-SLIDENYA, LENGKAP DENGAN LAYAR. ASISTEN I (PENOLONG PENCERAMAH) DUDUK DI KURSI MENGGANTI-GANTI SLIDE SELAMA CERAMAH BERLANGSUNG.
DI SEBELAH KIRI MEJA TULIS DISEDIAKAN PULA SEBUAH MEJA LAIN UNTUK MELETAKKAN OVERHEAD PROJECTOR DAN LAYARNYA. ASISTEN II (PENOLONG PENCERAMAH) DUDUK DI KURSI BERTUGAS MENGGANTI-GANTIKAN TRANSPARANSI PADA OVERHEAD SELAMA CERAMAH BERLANGSUNG.

PADA BAGIAN BELAKANG MEJA TULIS BESAR ITU, DIBENTANGKAN LAYAR PUTIH (DARI KERTAS PUTIH YANG NANTI AKAN DITEMBUS KEPALA KERBAU YANG SANGAT BESAR) SEHINGGA BAYANGAN DIRI PENCERAMAH DAPAT DITAMPUNG DENGAN SEMPURNA. LAYAR PUTIH ITU NANTI AKAN BERGANTI-GANTI WARNA.
SEBELUM CERAMAH DIMULAI, PADA LAYAR SEBELAH KANAN (UNTUK SLIDE PROJECTOR) TERPAMPANG LUKISAN “KEPALA” KARYA PELUKIS SALVADOR DALI. PADA LAYAR SEBELAH KIRI (UNTUK OVERHEAD PROJECTOR) TERPAMPANG TULISAN “CERAMAH ALAMIAH”.
PENCERAMAH YANG KEMUDIAN DISEBUT DR.ANDA (DOTORANDA) ADALAH SEORANG PEREMPUAN YANG CANTIK, BERSUARA BERSIH DAN SUGESTIF. DI DADANYA TERGANTUNG DUA BUAH KACAMATA YANG BERBEDA-BEDA BENTUKNYA. DIA MEMEGANG SEBUAH TONGKAT KECIL UNTUK PENUJUK GAMBAR PADA SLIDE MAUPUN PADA OVERHEAD.
SEWAKTU DR. ANDA DATANG, DIA MEMANDANG KE ARAH KE DUA-DUA LAYAR KEMUDIAN MEMINUM AIR JERUK YANG ADA DI ATAS MEJA. DENGAN CEPAT DIA MENGAMBIL TAPE RECORDER DAN MENGUTAK-ATIKNYA. SETELAH DIUTIK-ATIK SEDEMIKIAN RUPA, TIBA-TIBA TERDENGAR SEBUAH LAGU YANG KOCAK. DIA TERKEJUT. BEBERAPA SAAT DISIMAKNYA NYANYIAN ITU, KEMUDIAN SEGERA MEMATIKAN TAPE RECORDER.
CERAMAH DIMULAI

SLIDE I:
(Foto/gambar manusia seutuhnya)

DR.ANDA:
Saudara-saudara peserta ceramah yang saya hormati.
Tidak satupun teori yang dapat membantah bahwa manusia itu (menunjuk slide) mempunyai kepala, kaki dan tangan.

TRANSPARANSI I:
(Gambar sebuah kepala, lalu diganti dengan gambar sebuah kelapa, lalu diganti lagi dengan gambar seekor kera)

DR.ANDA:
Tugas kepala

(menunjuk transparansi)





klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya
Download Naskah Ini

Dukun-Dukunan

Satu lagi naskah drama karya Puthut Buchori, Naskah ini merupakan naskah adaptasi. Sebuah komed ringan yang cukup menghibur. Selamat menikmati.

Dukun Dukunan
Karya Moliere – adaptasi oleh Puthut Buchori


Kulanuwun nyuwun ngapura
Kula mriki main sandiwara
Sandiwara humor bayak banyolan
Tapi tidak lupa ada pesan kesan
Kulanuwun inggih permisi
Sumangga gojegan wonten ing mriki
Gojegan wong pinter lan berisi
Ampun kuatir dijamin tidak rugi



BAGIAN I

DI SEBUAH DESA. SEPASANG SUAMI ISTRI YANG SEDANG ADU MULUT, SUAMI YANG PEMALAS, PEKERJAANNYA HANYA MEMANCING DI SUNGAI, NAMUN HASILNYA TAK SEBERAPA, SI ISTRI YANG PEMARAH KARENA SI SUAMI TAK PERNAH MENGHASILKAN UANG UNTUK KEBUTUHAN SEHARI HARI.

ISTRI
Oalah…. Pak.. pak…, mbok sekali kali, kerja yang bener, yang menghasilkan duit. Biar bisa untuk beli beras, untuk makan, untuk hidup sehari hari…

SUAMI
Kerja apa tho bu…, jaman sekarang itu, cari kerja sulit, angel banget, lha wong yang sarjana saja yang nganggur sak bajeg kere, apa lagi saya yang sama sekali belum pernah mambu sekolahan…

ISTRI
Dasar bapak saja yang keset, pekerjaan itu buanyak pak, asalkan kita gigih, kita rajin, cari kayu bakar kek, berkebun kecil-kecilan di kali kek, Bantu-bantu kuli kek, jadi PRT kek, Jadi TKI kek, jadi apa saja kek.

SUAMI
Kak kek, kak kek, memangnya aku ini kakek mu apa? Semprul kamu, jadi istri kok senangnya ngganggu kesenangan suami, mbok cobalah, dirimu itu jadi istri yang baik dan benar. Jadi istri yang setia setiap saat. Melayani suami…

ISTRI
Kalau yang bapak ini jadi suami yang bener bener suami, ya pasti aku mau melayani, lha bapak, suami hanya suami imitasi, ya sori sori saja kaalu aku tak sudi melayani.

SUAMI
We Lha Dhalah, nranyak !!, Kurang ajar, berani beraninya bilang suami imitasi.




klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya
Download Naskah Ini

Anjing Anjing Menyerbu Kuburan

Lakon teater
ANJING ANJING MENYERBU KUBURAN
Karya Puthut Buchori
Diadaptasi dari cerpen karya Kuntowijoyo


BABAK I

TIDAK SEPERTI HARI BIASA, KUBURAN DESA ‘GIRILOYO’ YANG TERLETAK DI PERBUKITAN DESA GIRI GARING MENJADI RAMAI OLEH WARGA DESA YANG MENANGKAP TANGAN PENCURI MAYAT. WARGA MENCOBA MENGHAKIMI DAN MENGHUKUM PENCURI MAYAT DENGAN ANEKA MACAM PERTANYAAN YANG SESEKALI DISERTAI PUKULAN, HANTAMAN KE ARAH MUKA DAN TUBUHNYA.

WARGA 1
Oh iblis, setan alas, demit gentayangan. Dasar manusia tak punya martabat, tega-teganya mengganggu mayat. Orang sudah mati kok ya di ganggu.

WARGA 2
Ngaku saja mas, kamu mau mencuri mayat ini tho?

WARGA 3
Tidak mau ngaku ?,

(Sambil Memukul Kepala Pencuri Mayat)

nih… rasakan bogem mentahku.

WARGA 2
Pasti kamu cari pesugihan.



WARGA 1
Kasihan kan keluarganya, kalau jenazah yang sudah coba diistirahatkan, kamu permainkan seperti itu..!

WARGA 4 (Mengayunkan Sepotong Bambu Ke Tubuh Pencuri)
Oh, kanibal ! Pemakan Bangkai !

PERONDA 1
Kamu bukan warga sini ya ? Kamu pendatang ya ? kamu mau mengganggu ketenangan warga sini ya ?

PENCURI MAYAT HANYA DIAM

WARGA 5
Sedari kalau tadi ditanya baik-baik tidak mau menjawab, hanya diam, gelang-geleng kepala. Kurang ajar ! kamu nantang warga sini ya ?

SEMAKIN MARAH DAN LANGSUNG MEMUKULI PENCURI MAYAT. KEMUDIAN DIIKUTI WARGA LAIN YANG KEMUDIAN BERKEROYOKAN IKUT MENGHAJARNYA

........................................

klik di sini untuk download naskah teater
Download Naskah Ini

Kamis, 17 Februari 2011

Merajut Benang Rapuh - Mizan

 
Rahma dan Rahmi tak pernah akur. Rahmi merasa Rahma selalu mendiktenya. Rahmi selalu mengganggap Rahma sok alim. Ia tak pernah memedulikan pesan-pesan Rahma. Namun, ia pun tak pernah bisa membohongi Rahma. Sampai sebuah peristiwa besar terjadi. Sahabat terdekatnya pergi satu per satu dengan cara yang tak biasa. Rahmi termenung. Ia tak tahu apa yang harus dia lakukan.


Mampukah Rahmi bangkit kembali? Apa yang dilakukan Rahma untuk menolong Rahmi? Berhasilkah Rahmi merajut kembali benang-benang kehidupannya? Ikuti terus aksi mereka sampai tuntas.



Pemburu Harta - Sir Arthur Conan Doyle

Mary Morstan mendatangi Sherlock Holmes untuk meminta bantuannya memecahkan sebuah misteri. Sepuluh tahun yang lalu, ayah Mary, Kapten Arthur Morstan, kembali ke London dengan mengambil cuti dari resimennya di India. Katanya, di sana ia dan seorang temannya, Thaddeus Sholto, mendapatkan harta karun yang sangat besar jumlahnya. Tapi ketika Mary tiba di hotel tempat ayahnya tinggal, sang ayah sudah lenyap tanpa jejak. Sherlock Holmes menyambut misteri ini sebagai suatu tantangan menarik. Lebih menarik daripada kokain yang telah membuatnya ketagihan bila sedang tak ada kegiatan. Dan kali ini pun Dr. Watson menyertainya, terutama karena ia sangat tertarik pada Mary Morstan yang di matanya begitu mempesona.




Rabu, 16 Februari 2011

JOKO SEMPRUL

JOKO SEMPRUL
Karya: Puthut Buchori

Di sebuah emperan pagar sekolah, duduk seorang pemuda berpakaian seragam sekolah (smu), dia tampak murung, sedih, gelisah. ditemani sebuah walkman yang sedang memutar lagu sedih, dia mulai berkisah tentang perjalanan hidupnya.

JOKO SEMPRUL
Nama saya Joko Semprul, umur 16 tahun, kelas satu SMU. Saya adalah salah satu korban kebrengsekan lingkungan. Selepas dari SMP sayapun lepas dari papa saya, karena papa punya kekasih baru, mama tidak mau tinggal serumah dengan papa. Saya kemudian ikut mama. Kasih sayang papa sejak saat itu hanya berujud uang, uang dan uang. Sejak saat itu juga hampir saya dan papa tak pernah ketemu. Karena mama berjuang sebagai single parent, akhirnya sayapun juga malah tak terurus. Saya mulai kalut saat itu, kesepian. Hingga akhirnya ada dua orang wanita misterius yang mengaku teman saya....



Datanglah dua orang wanita misterius mendekati joko semprul.

WANITA 1
Imut.. imut... imut... adik manis jangan menagis, sedih ya ? Sedang berduka ya, kok bermuram durja ?



klik di sini untuk download naskah teater  ini selengkapnya
Download Naskah Ini

Rabu, 09 Februari 2011

Kumpulan Naskah Drama Islami

Dengan hormat,

Bersama ini saya kirimkan Kumpulan Naskah Drama Islami yang sering sy pentaskan dalam rangka Hari Besar Islam

Semoga bermanfaat.

Terima kasih.

Salam hangat,
Muhammad Abduh Abbas
( ABBAS MUSTAN BHANSALI )
081 33 2525 795
Jika ada yang ingin pentaskan naskah saya ini maka mohon beritahu lebih dulu.

 Adapun Naskahnya antara lain:
  1. Alkisah Isra Mi'raj  >> Download
  2. Kesucian Hati >> Download
  3. Kiamat Sudah Dekat >> Download
  4. Sambut Ramadhan >> Download
  5. Sebuah Amanat >> Download

Kiamat Sudah Dekat - Naskah Islami

KIAMAT SUDAH DEKAT

Karya : ABBAS MUSTAN BHANSALI


PARA PELAKU

1. FREDY
2. TEUKU HAMID
3. BAPAK
4. MAMAK
5. CUT ZOHRA
6. TEMAN – 2 ZOHRA
7. ORANG 1
8. ORANG 2
9. ORANG 3
10. JHONY
11. WANITA
12. BANCI
13. GENG 1
14. GENG 2
15. GENG 3
16. ANAK BUAH JHONY
17. LETNAN
18. POLISI 1
19. POLISI 2
20. KYAI
21. MASYARAKAT






ADEGAN PERTAMA

DI SEBUAH PERKAMPUNGAN YANG SEDERHANA NAN ASRI DI WILAYAH PULAU SUMATERA. NAMPAKLAH BEBERAPA ORANG YANG SEDANG BERADA DI GARDU JAGA.
DATANGLAH SEORANG LELAKI YANG BERPAKAIAN PERLENTE DARI KOTA UNTUK MENEMUI KELUARGANYA.

FREDY
Selamat malam, Bang. Apa benar disini daerah Lampulo ?

ORANG 1
Ya, benar. Ada apa ya ?

FREDY
Saya kemari ingin menemui keluarga saya. Tapi sampai saat ini saya belum bertemu dengan mereka.

ORANG 2
Rumahnya dimana ? Maksudnya alamat pastinya dimana ya ?

FREDY
Nah, itu makanya, saya tidak ingat lagi. Saya sudah lama tinggal di Jakarta. Hampir 20 tahun saya tidak pernah pulang ke kampung halaman. Tapi saya masih menyimpan fotonya.

ORANG 3
Sebenarnya bapak ini asli sini ? Lalu yang dimaksud keluarganya itu adalah orangtua bapak sendiri ?

FREDY
Yach begitulah. ( Muncullah beberapa wanita muslimah )

ORANG 1
Assalaamu ‘alaikum, Akhwat ! ( Para wanita menjawab salam dengan ketakutan ) Wah … Apa perlu diantar pulangnya ?

CUT ZOHRA
Terima kasih bang, kami bisa pulang sendiri.

ORANG 2
Ayolah ! Jangan sungkan-sungkan. Tidak baik lho menolak kebaikan seseorang.

CUT ZOHRA
Tidak usah bang. ( Memaksa para wanita ) Bang, jangan paksa saya. ( Meronta ).

TEUKU HAMID
Hey, lepaskan ! Jangan ganggu mereka ! ( Para wanita berlari ke dekat Teuku Hamid ).
Kalian ini tidak bosan-bosannya menggoda wanita. Itu perbuatan dosa, mengerti.


Berapa kali aku harus mengingatkan kalian. Apa perlu Rencong ini yang akan bicara ?!
( Kemudian para pemuda itu kabur sambil memberikan foto tsb ke Fredy ). Kenapa kau masih diam saja ? Menantang ya ! Aku tidak takut siapapun. Aku ini keturunan
Teuku Umar. Jagoan Rencong di daerah sini.

FREDY
Hamid, Teuku Hamid. Benarkah dirimu ?

..................

klik di sini untuk download naskah teater  selengkapnya
Download Naskah Ini

Kecusian Hati - Naskah Islami

Kesucian Hati

Sebuah Naskah Islami Karya : ABBAS MUSTAN BHANSALI




PARA PEMAIN

1. Dimas
2. Kirana
3. Zaenal
4. Rohimah
5. Syarifah
6. Imam
7. Ust. Arifin
8. Kabsyah
9. Halimah
10. Harun
11. Zar’ah
12. Khalid
13. Yazid




ADEGAN PERTAMA

DI SEBUAH RUMAH KELUARGA KAYA YANG MANA SEPASANG SUAMI ISTERI TERSEBUT SANGAT SIBUK DENGAN KARIERNYA. HINGGA ANAKNYA YANG MASIH BALITA TERPAKSA DIASUH OLEH SEORANG PEMBANTU RUMAH TANGGA.

ROHIMAH
(sedang bersih-bersih rumah) Ah … capek sekali. Sudah seharian aku bekerja, tapi rasanya tidak ada istirahat sedikitpun. Rumah sebesar ini hanya dihuni sepasang suami isteri. Suasana yang lengang karena hari-harinya mereka habiskan diluar rumah. Mereka sibuk bekerja tak kenal waktu. Bagaimana rasanya jika mereka tidak punya keinginan untuk mencari seorang pembantu rumah tangga sepertiku ? Pasti keadaan rumah tangganya berantakan. Tidak ada yang mengurus. Apalagi mereka mempunyai bayi yang membutuhkan kasih sayang dari ibunya.

IMAM
(sambil bermain kuda-kudaan) Ayo kejar penjahat itu ! Dor … dor … dor … ! Tangkap ibu !

ROHIMAH
(memanggil) Imam … Imam …

IMAM
(masih terus bermain) Ah … kuda payah. Pakai mobil aja dech. Ngeeeengg …

ROHIMAH
Imam … Imam anakku ! (Imam berhenti bermain) Masih ingat kan pesan ibu.

IMAM
Lagian penjahatnya masuk ke dalam rumah, bu. Terpaksa aku kejar. Tugas polisi kan menangkap penjahat.

ROHIMAH
Dengar nak, kalau kamu mau main jangan di ruang tamu. Ibu baru bersihkan lantainya. Nanti kalau ada barang yang pecah, bagaimana ? Bisa-bisa nyonya juragan akan marah dan memecat ibu. Lebih baik kamu bermain saja di halaman luar. Kamu mengerti polisi kecilku.

IMAM
Aku mengerti bu. Siap laksanakan perintah !

ROHIMAH
Tapi ingat jangan lama-lama mainnya. Nanti keburu juragan pulang. Atau sebaiknya kamu pulang dan tunggu saja di rumah. Siapa tahu bapakmu sudah pulang kerja dari kuli bangunan. (suara bayi menangis) Aduh … pekerjaan belum selesai, bayinya sudah bangun. (menggendong bayi) Cup … cup … sayang. Cup … cup … cup … Ayo jangan nangis. Pipis ya ! Oh … nggak pipis. Haus ya sayang ! Eh … sebentar ya ! Kita ambil susu botolnya dulu, yang sudah disiapkan mamamu tadi pagi. (ambil susu botol) Ini susunya. Kok masih nggak mau minum. (bayinya semakin nangis) Haruskah aku berikan ASI ku ini padanya lagi ? Ah … biarlah yang penting dia tidak menangis.

KIRANA
(ketika menyusui bayi tersebut tiba-tiba nyonya juragan datang dan kaget) Imah !



klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya
Download Naskah Ini

Alkisah Isra' Mi'raj - Naskah Islami

Alkisah Isra' Mi'raj


Karya: ABBAS MUSTAN BHANSALI


Para Pemain

1. COPET I
2. COPET II
3. COPET III
4. COPET IV
5. COPET V
6. PAK KYAI
7. ANAKNYA PAK KYAI
8. JULAIHAH
9. TEMAN-2 JULAIHAH
10. SHUHAIB
11. AMMAR
12. HAMZAH
13. ZUBAIDAH
14. KHANSA’
15. ABU JAHAL
16. ISTRI ABU JAHAL
17. ABU SUFYAN
18. PARA PENGAWAL




ADEGAN PERTAMA

LOKASI PADA SEBUAH GANG YANG SEPI DEKAT SEBUAH MASJID PADA SEBUAH PERKAMPUNGAN. TERDENGARLAH BEDUG DIPUKUL LALU DISUSUL DENGAN SUARA ADZAN. NAMPAKLAH SEKUMPULAN 5 ORANG YANG SEDANG BERPESTA DAN BERFOYA-FOYA KARENA MENIKMATI HASIL PERAMPOKAN.

COPET III
Itu suara apa ?

COPET II
Suara orang adzan.

COPET I
Apa ? Suara orang edan ?

COPET II
Adzan, Goblok !

COPET I
Apa ? ( Meniling-nilingkan kepala )

COPET II
Adzan, Tuli ?!

COPET I
Oh, orang adzan. ( Berfikir sejenak ) Adzan itu apa sih ?

COPET IV
Adzan itu panggilan untuk menjalankan sembahyang. Iya kan ? Benar kan ?

COPET V
Yoi ?! Bahasa kerennya kata orang Arab, panggilan untuk Sholat. Gitu ?!

COPET I
Adzan ! Adzan ! Wah baru kali ini aku dengar istilah itu. Kok, hampir sama, ya ? Adzan ! Edan !

COPET IV
Husss, dosaaa ! Dosa lho, kamu.

COPET V
Iye nih. Asal aja kalau ngomong.

COPET I
Lho, kok dosa ? Ini kan fakta ? Kata adzan aku memang jarang mendengar. Lha, kalau kata edan mah itu sering kudengar. Waktu aku masih di asrama.


COPET III
Wah, gaya ! Jadi kamu pernah tinggal di asrama ?
...........................................
klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya

  Download Naskah Ini

Minggu, 06 Februari 2011

Latihan Singkat Negosiasi Jitu di Segala Situasi

Setiap hari kita menghadapi berbagai macam negosiasi, mulai dari membeli rumah atau mobil, mengupayakan kenaikan gaji, sampai memecahkan perselisihan dengan teman atau pasangan. Dengan demikian, keterampilan bernegosiasi sangat penting dalam hidup kita dan orang yang telah menguasai seni bernegosiasi biasanya memiliki kehidupan yang lebih mudah. Dalam buku ini, pakar negosiasi yang paling inovatif Ed Brodow menunjukkan bagaimana memenangkan semua negosiasi dalam hidup Anda.

Ed Brodow, Sang Raja Negosiator, akan melatih Anda keterampilan dasar yang dibutuhkan untuk menguasai seni negosiasi. Di sini Anda akan belajar cara:


- Mengalahkan rasa takut Anda terhadap konfrontasi.
- Mengenal dan mengembangkan gaya negosiasi pribadi Anda.
- Menaksir kekuatan dan kelemahan pihak lain.
- Menguasai seni mendengarkan untuk memahami posisi pihak lain dan memperkuat posisi Anda.
- Menjadikan pihak lain sebagai kolaborator, bukannya kompetitor.
- Menerobos kebuntuan dan memenangkan transaksi bisnis.

Namun, mungkin Anda ragu. Anda pikir Anda tidak akan bisa menjadi negosiator yang baik karena konon hanya orang-orang seperti Donald Trump atau mereka yang karismatik dan pandai bicaralah yang jago bernegosiasi.

Anda keliru. Ed Brodow menyatakan bahwa semua orang bisa menjadi negosiator ulung. Dia membuka rahasia bagaimana menjadi orang yang percaya diri untuk melakukan negosiasi yang sukses di tempat kerja dan dalam kehidupan pribadi Anda.

Selain itu, dengan menggunakan banyak sekali contoh yang dijumpai dalam kehidupan nyata, Brodow juga menunjukkan bagaimana menegosiasikan hal-hal yang dianggap tidak bisa dinegosiasikan, seperti membayar di pasar swalayan, biaya berobat, tagihan telepon, dan pembayaran kartu kredit.

Setelah mempelajari buku ini, Anda akan siap untuk menghadapi negosiasi apa pun—dalam bisnis dan kehidupan pribadi Anda—dengan percaya diri dan terampil.

Memperjuangkan Harta Finniston - Enid Blyton

BERKUMPUL KEMBALI

Julian menyeka keningnya yang basah berkeringat.

“Huhh,” desahnya, “mendingan tinggal di daerah khatulistiwa! Di sana pasti tak sepanas begini!”

Anak jangkung itu bersandar pada sepedanya. Napasnya sengal-sengal. Tenaganya seperti terkuras, sehabis mendaki bukit yang tinggi dan terjal itu. Dick menatapnya sambil nyengir.

“Kau kurang latihan, Ju!” katanya. “Sekarang kita beristirahat saja sebentar, sambil menikmati pemandangan. Sudah tinggi juga kita mendaki!”


Kedua anak itu menyandarkan sepeda mereka ke pagar yang ada di situ. Kemudian mereka duduk di tempat itu pula. Di bawah bukit terbentang luas daerah Dorset, di Inggris sebelah selatan. Hawa panas tengah hari itu menyebabkan pemandangan seakan bergelombang. Hari itu begitu cerah, sehingga mata bisa menatap sampai jauh sekali sampai ke ufuk yang kabur kebiru-biruan. Julian menghembuskan napas lega, ketika terasa angin sepoi lewat.

“Kalau aku tahu hari ini akan panas sekali, aku takkan mau naik sepeda!” katanya. “Untung saja Anne tidak ikut – pasti ia sudah menyerah pada hari pertama!”

“Tapi kalau George, tidak!” kata Dick. “Anak itu pantang menyerah. Diajak apa saja, selalu mau.”

“Ya, ya – si George,” kata Julian sambil memejamkan mata. “Aku senang bisa berjumpa lagi dengan mereka berdua. Tentu saja bepergian sendiri juga asyik – tapi jika kita berempat sudah bergabung, rasanya selalu ada saja kejadian yang menarik.”

“Kenapa berempat? Berlima, Maksudmu!” kata Dick. “Jangan lupa Timmy dong! Huh – aku belum pernah melihat anjing yang kayak dia. Ya, pasti asyik nanti jika kita sudah lengkap lagi, menjadi lima sekawan. Kita tak boleh lupa waktu, Ju!”

Julian diam saja.

“He – bangun, Keledai!” kata Dick sambil tertawa setelah melirik abangnya sebentar. “Kalau kita tidur sekarang, nanti terlambat menjemput Anne dan George.”

Tapi mata Julian tetap terpejam. Dick memandang arlojinya, sambil menghitung-hitung. Saat itu setengah tiga siang.

“Bis yang ditumpangi anak itu akan tiba di halte dekat gereja desa Finniston pukul tiga lewat lima menit,” kata Dick dalam hati. “Dari sini ke Finniston lima mil, menuruni bukit. Yah – Julian bisa tidur selama lima belas menit. Asal aku jangan ikut tertidur!”

Tapi semenit kemudian kelopak mata Dick mulai terasa berat. Karenanya ia buru-buru bangun, lalu berjalan mondar mandir untuk menghilangkan rasa mengantuk. Anne dan George perlu dijemput, karena mereka membawa barang-barang. Dick dan Julian bermaksud untuk mengangkut barang-barang itu dengan jalan menaruhnya pada boncengan sepeda.

Keempat anak itu hendak berlibur di sebuah pertanian. Pertanian itu dikenal dengan nama Finniston Farm. Letaknya di bukit, di sebelah atas desa Finniston. Julian serta saudara-saudaranya belum pernah ke situ. Sedang mendengar mengenalnya pun baru ketika mereka hendak berlibur kali itu. Bibi Fanny, ibu George, mendengar dari seorang teman sekolahnya dulu, bahwa ia menerima tamu-tamu yang ingin berlibur di pertaniannya. Teman itu menanyakan pada Bibi Fanny, apakah mungkin di antara kenalannya ada yang berminat. Lalu George langsung mengatakan, ia ingin melancong ke Finniston Farm selama liburan musim panas, bersama ketiga saudara sepupunya.

“Mudah-mudahan saja tempat itu nyaman,” pikir Dick, sambil melayangkan pandangan ke arah lembah yang terbentang di bawah, di mana tanaman jagung yang sudah mulai menguning melambai-lambai tertiup angin lembut. “Tapi kalau tidak, juga tidak apa-apa – karena kan cuma dua minggu saja. Dan pokoknya kita bisa berkumpul lagi. Asyik!”

Dick melirik arlojinya. Nah – sekarang sudah waktunya berangkat. Digoyangnya Julian yang masih tidur.

“He – bangun!”

“Sepuluh menit lagi,” gumam Julian. Ia memutar tubuh. Dikiranya ia berbaring di tempat tidur! Ia tak sadar bahwa di sampingnya ada parit kering yang dangkal. Dan begitu berputar, Julian langsung terguling ke dalamnya. Seketika itu juga ia terduduk, sambil mengejap-ngejapkan mata karena kaget.

“Astaga – kukira aku di tempat tidur,” katanya. “Wah, nyaris saja aku terlanjur tidur terus, apabila tidak kaubangunkan.”

“Sudah waktunya kita berangkat lagi, apabila masih ingin menyongsong Anne dan George,” kata Dick. “Selama kau tidur tadi, aku terpaksa mondar-mandir terus di sini – karena takut aku tertidur. Ayo – kita harus berangkat sekarang!”

Mereka lantas naik lagi ke sepeda masing-masing. Bukit dituruni dengan hati-hati, apalagi pada tikungan-tikungan yang tajam. Mereka sering berpapasan dengan berbagai kendaraan pertanian. Mulai dari gerobak, sampai pada traktor-traktor. Dan kadang-kadang juga berpapasan dengan segerombolan sapi. Maklumlah, daerah itu memang terkenal karena pertaniannya.

Akhirnya nampak desa Finniston yang kecil, tersempil di kaki bukit. Kelihatannya kuno. Suasana di situ tenang, seakan mengantuk.

“Aduh – untung di sini ada yang menjual limun dan es krim!” kata Dick lega, ketika melihat tanda reklame terpasang di jendela sebuah toko di desa itu. “Lidahku sudah kering sekali rasanya. Kalau aku ini Timmy – pasti sudah kujulurkan ke luar lidahku itu!”

“Sekarang kita cari saja dulu halte dekat gereja,” kata Julian. “Tadi sewaktu masih menuruni bukit, dari kejauhan aku melihat puncak menara gereja itu! Tapi sesampai di bawah, tidak kelihatan lagi.”

“Itu dia bis mereka!” seru Dick, ketika terdengar deru mesin mobil di kejauhan. Sesaat kemudian bis itu muncul di tikungan jalan. “Yuk, kita ikuti!”

“Itu Anne – dan George!” seru Julian. “Ternyata kita tiba tepat pada waktunya. Hai, George! Anne!”

Bis itu berhenti dekat gereja. Anne dan George turun, masing-masing menenteng sebuah koper. Timmy juga turun dari bis. Lidahnya yang panjang terjulur ke luar. Anjing itu merasa lega, karena tidak perlu lebih lama lagi duduk diam-diam dalam bis yang pengap itu.

“Itu Dick dan Julian!” seru George, sementara bis berangkat lagi. George melambai-lambai dengan bersemangat. “Hai, Julian! Halo, Dick! Untung kalian tidak terlambat datang!”

Kedua anak laki-laki itu mempercepat kayuhan mereka, menghampiri Anne dan Dick. Begitu sampai, langsung meloncat turun. Timmy melonjak-lonjak mengelilingi kedua anak itu, sambil menggonggong dengan gembira. Dick dan Julian silih berganti menepuk punggung kedua anak perempuan yang baru datang.

“Kalian berdua masih tetap sama saja,” kata Dick. “George, dagumu kotor! Dan kau, Anne – kenapa sekarang pakai buntut kuda?”

“Dan kau masih tetap kurang ajar, Dick,” balas George, sambil membentur kaki saudara sepupunya itu. “Sekarang aku jadi bingung, kenapa tadi kami begitu kepingin berjumpa lagi denganmu! Nih, tolong bawakan koperku ini – tidak tahu aturan, ya?”

“Siapa bilang?” jawab Dick, sambil menyambut koper yang disodorkan. “Aku cuma heran melihat cara Anne mengatur rambutnya sekarang! Tidak pantas, ah. Bagaimana pendapatmu, Julian? Macam-macam saja pakai buntut kuda. Kalau buntut keledai – nah, itu baru cocok!”

“Ya deh, ya deh,” kata Anne. Ia buru-buru menggeraikan rambutnya. “Tadi kuikat ke belakang, karena dalam bis panas sekali.” Ia paling tidak senang, jika dicela abang-abangnya. Julian membelai lengan Anne.

“Aku senang bisa berkumpul lagi dengan kalian berdua,” kata Julian. “Sekarang, bagaimana jika kita minum limun dan makan es krim dulu? Di sebelah sana ada sebuah toko yang menjualnya.”

“He! Kalian sama sekali belum menyapa Timmy,” kata George agak tersinggung. “Padahal sedari tadi ia mengitari kalian terus!”

“Salam, Tim,” kata Dick sambil menyodorkan tangan. Dan Timmy mengangkat kaki depannya dengan sopan, lalu bersalaman dengan Dick. Setelah melakukan hal serupa dengan Julian, anjing besar itu lantas seperti kemasukan setan. Ia lari berputar-putar, nyaris terguling seorang anak kecil yang sedang naik sepeda karena ditabarak olehnya. Timmy bukan tiba-tiba menjadi gila! Ia begitu, hanya karena tidak bisa menahan kegembiraannya bertemu dengan Julian dan Dick.

“Yuk, Tim – kau mau es krim, kan?” ajak Dick, sambil meletakkan tangan ke ubun-ubun anjing itu. “Coba dengar napasnya tersengal-sengal, George! Kalau bisa, pasti Timmy sekarang ini juga melepaskan mantel bulunya itu dari badannya. Ya kan, Tim?”

“Guk,” gonggong Timmy mengiyakan, sambil memukulkan ekornya ke betis Dick.

Keempat anak itu masuk ke toko tempat menjual es krim, diiringi oleh Timmy. Di toko itu dijual roti serta berbagai hasil produksi susu. Ketika mereka masuk, seorang anak perempuan berumur sekitar sepuluh tahun datang menghampiri.

“Ibuku sedang istirahat sebentar,” kata anak itu. “Kalian mau membeli apa? Es krim ya! Semua kelihatan ingin makan es krim hari ini.”

“Betul,” kata Julian. “Lima es krim yang besar dan empat botol limun jahe.”

“Lho! Es krimnya lima? Apakah untuk anjing itu?” tanya anak yang melayani dengan heran. Ia memandang Timmy.

“Guk,” gonggong Timmy.

“Nah, itu jawabannya,” kata Dick. “Timmy mengatakan, betul!”

Sesaat kemudian mereka sudah makan es krim dengan nikmat. Bagian untuk Timmy ditaruhkan pada sebuah piring. Tapi baru beberapa kali anjing itu menjilat, es krimnya sudah terdorong jatuh dari piring. Timmy menjilatnya terus, sehingga es krim itu terdorong-dorong ke segala penjuru toko. Anak perempuan yang melayani memperhatikan dengan takjub.

“Maaf, dia tidak kenal aturan makan yang baik,” kata Julian dengan tampang serius. “Maklumlah, yang mendidiknya juga sama saja dengan dia!”

George langsung melotot, karena merasa disindir. Julian nyengir puas, karena memang itulah maksudnya. Ia membuka botol limunnya.

“Ha, sedaap – dingin dan segar,” katanya. “Liburan kita dimulai dengan nikmat.” Diteguknya limun, lalu diletakkannya gelas ke meja sambil mendesah puas.

“Kudoakan selamat panjang umur bagi orang yang menciptakan es krim, limun serta lain-lainnya yang enak,” katanya. “Kalau aku pencipta, aku lebih senang mencipta barang-barang kayak itu – daripada membuat bom, roket dan lain-lain senjata pemusnah. Aaahhh – segar lagi badanku sekarang! Kalian bagaimana? Sudah siap untuk mencari pertanian itu?”

“Pertanian siapa?” tanya anak perempuan yang menjaga toko. Ia datang dari balik meja pelayanan untuk mengambil piring bekas es krim Timmy. Ketika anak itu membungkuk, Timmy sempat menjilat mukanya sebagai pernyataan terima kasih. Anak itu kaget, lalu mendorong kepala Timmy supaya menjauh.

“Rupanya Timmy menyangka kau juga es krim,” kata Dick, sambil menyodorkan sapu tangan supaya anak itu mengelap mukanya. “Kami hendak pergi ke Finniston Farm. Kau tahu di mana tempatnya?”

“Tentu saja,” jawab yang ditanya. “Kalian terus saja sampai ke ujung desa iini, lalu kemudian membelok masuk ke jalan yang ada di sebelah kanan. Jalan itu mendaki bukit. Nah, pertanian yang kalian cari, letaknnya di ujung jalan itu. Kalian akan menginap di tempat keluarga Philpot?”

“Betul. Kau kenal dengan mereka?” tanya Julian, sambil merogoh kantong hendak membayar.

“Aku kenal dengan kedua anak kembar mereka,” kata anak perempuan penjaga toko. “Yah – sebetulnya dibilang kenal, juga tidak! Tak ada yang kenal baik dengan keduanya. Mereka tidak suka bergaul dengan orang lain. Kalau main, selalu berdua saja. Kalian harus hati-hati jika menghadapi Kakek! Dia kakek Pak Philpot. Orangnya galak sekali. Katanya dia pernah berkelahi melawan seekor sapi jantan yang mengamuk, dan menang. Sapi itu pingsan dihajar olehnya! Suaranya lantang sekali – sampai bermil-mil masih kedengaran. Dulu ketika aku masih kecil, aku paling takut datang ke pertanian itu, karena takut pada Kakek!” Anak itu mengangguk-angguk sebentar, lalu meneruskan ceritanya. “Tapi kalau Bu Philpot, wah – dia benar-benar baik hati! Kalian pasti senang padanya. Kedua anak kembarnya sangat menyayangi ibu mereka. Dan tentu juga ayah mereka! Pada saat libur, mereka berdua ikut bekerja di tempat itu. Mereka mirip satu sama lainnya – sama sekali tidak bisa dibedakan! Tidak bisa dibedakan antara Harry yang satu dengan Harry yang lain!”

“Lho – kenapa kedua-duanya kausebut Harry?” tanya Anne heran.

“Ya, sebabnya karena ….,” kata anak perempuan penjaga toko. Tapi ia tidak bisa menyelesaikan kalimatnya, karena saat itu seorang wanita berbadan gemuk muncul dari belakang toko.

“Janie – kaujaga adikmu ya – biar aku yang mengurus toko lagi. Cepatlah!”

“Baik, Bu,” kata anak yang ternyata bernama Janie itu, lalu bergegas pergi ke belakang.

“Anak itu, kalau dibiarkan mengobrol takkan pernah bosan,” kata ibu anak itu. “Masih ada lagi yang kalian perlukan?”

“Tidak,” kata Julian sambil berdiri dari tempatnya. “Kami masih harus meneruskan perjalanan. Selama liburan ini kami tinggal di Finniston Farm. Jadi besar kemungkinannya kami akan menjadi langganan di sini selama itu. Es krim Anda enak!”

“O – jadi kalian ini akan menginap sebagai tamu di sana,” kata wanita gemuk itu sambil mengangguk-angguk. “Wah, aku ingin tahu bagaimana sikap kedua Harry terhadap kalian. Mudah-mudahan saja bisa cocok! Tapi hati-hati, jangan sampai menyebabkan Kakek marah. Orangnya sudah tua – sudah lebih dari delapan puluh tahun, tapi galaknya masih ampun-ampunan!”

Lima sekawan keluar dari toko itu. Julian memandang saudara-saudaranya sambil nyengir.

“Nah, bagaimana? Sudah siap untuk mendatangi Bu Philpot yang baik hati, serta kedua Harry yang penyendiri dan Kakek galak? Wah – kelihatannya liburan kita ini akan asyik nantinya!”