Pages

Selasa, 31 Mei 2011

NASTITI

 Naskah ini adalah kiriman dari Faisal Muhammad Nur Salim


NASTITI
Karya : Faisal Muhammad Nur Salim


Para Pemain:
1. Nastiti (21 tahun)
2. Ibu (48 tahun)
3. Herman (26 tahun)


Panggung adalah bagian dalam rumah yang sederhana. Di ruang itu hanya terdapat beberapa barang. Sebuah meja dan kursi untuk tamu, kursi goyang yang terletak disudut ruangan, sebuah foto lelaki setengah baya yang terpajang di dinding, dan dua kursi kayu yang berhadap-hadapan dengan meja tua terletak di tengahnya. Di atas meja tua itu terdapat papan catur yang telah tertata. Sandiwara ini dibuka dengan adanya Nastiti dan Ibunya. Nastiti duduk di salah satu kursi kayu,mengamati papan catur, sementara ibunya duduk di kursi goyang sambil nembang. Tembang yang dinyanyikan kali ini sama dengan tembang yang dinyanyikan kemarin, yang berarti tembang yang sama juga dengan tembang yang dinyanyikannya kemarinnya lagi,begitu seterusnya.

Ibu : (tak lela-lela ledhung, anakku sing ayu rupane..
Tak gendhong ngangg)
Nastiti : Ibu, apa tidak ada tembang yang lain? setiap hari tembang itu saja yang dinyanyikan.
Ibu : kau sendiri, apa tidak ada pekerjaan lain selain mengamati kayu-kayu itu? kepalaku pusing melihatmu menatapnya seharian.
Nastiti : iya bu sebentar, aku masih ingin berlatih sebentar lagi, agar aku dapat mengalahkan ayah kalau nanti dia pulang.
Ibu : kalau begitu makanlah dulu.
Nastiti : aku baru saja makan bu, Ibu baru saja melihatnya.
Ibu : tidak, kau belum makan sejak tadi siang.
Nastiti : Ibu, baru saja aku ke belakang meletakkan piring. (menatap Ibunya curiga) Ibu, hari ini hari apa?
Ibu : (menjawab malas) Sabtu, 22 April.
Nastiti : tidak bu, hari ini hari Senin, tanggal 14 Juni, apakah Ibu sudah minum obat?
Ibu : setiap hari juga kau bilang seperti itu, dan seharusnya kau yang minum obat. Aku tidak sakit.



klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya
Download Naskah Ini

Sebelum Sarapan (Monolog)

BEFORE BREAKFAST
Sebuah Drama Monolog Karya Eugene O’neill
Naskah terjemahan Wiwit Anggraini, S.Pd



Alfred! Alfred

(TIDAK ADA JAWABAN DARI KAMAR SEBELAH DAN DIA MELANJUTKAN DENGAN SUARA LEBIH KERAS, BERFIKIR BAHWA ADA SESUATU YANG SALAH)

Kamu tidak usah pura-pura tidur.

(TIDAK ADA JAWABAN DARI KAMAR DAN UNTUK MEMASTIKAN DIA BERDIRI DARI KURSINYA DAN BERJALAN BERJINGKAT MENUJU TEMPAT CUCI PIRING. DIA BERJALAN PELAN MEMBUKA PINTU BUFET HATI-HATI DAN TIDAK INGIN MEMBUAT GADUH DAN BERGERAK DENGAN CEPAT, TIDAK INGIN TERLIHAT. DIA MENGAMBIL SEBOTOL MINUMAN DAN SEBUAH GELAS DI SEBUAH TEMPAT DALAM LEMARI DAN TERSEMBUNYI. MENUTUP BUFET DENGAN SEDIKIT SUARA BERISIK. DAN KEDENGARAN DIA MULAI KESAL, KELIHATAN MAU MEMBENTAK DENGAN SESEORANG DI KAMAR SEBELAH. SUARANYA BERGETAR MARAH) Alfred! (BERHENTI SEBENTAR, SELAMA MENUNGGU JAWABAN, DIA AMBIL GELAS DAN MENUANGKAN MINUMAN DENGAN PORSI BESAR DAN MENENGGAK MINUMANNYA: KEMUDIAN DENGAN CEPAT MENGEMBALIKAN BOTOL DAN GELASNY
A KE TEMPAT SEMULA YANG TERSEMBUNYI. DIA MENUTUP PINTU KLOSET DENGAN HATI-HATI SEPERTI SAAT MEMBUKANYA. KEMUDIAN DENGAN BERAT DAN MENARIK NAFAS DALAM-DALAM, DIA DUDUK DI ATAS KURSINYA. DOSIS BESAR ALKOHOL TELAH MEMBUAT EFEK YANG CEPAT. WAJAHNYA BERUBAH MENJADI LEBIH HIDUP. DIA SEPERTI MENDAPAT TENAGA TAMBAHAN, DIA MENATAP PINTU RUANG TIDUR DENGAN TAJAM. SENYUMAN TERLUKA DI BIBIRNYA. MATANYA MELIHAT TAJAM KE RUANGAN TIDUR DAN TERTUJU PADA SEBUAH JAS LAKI-LAKI DAN ROMPI YANG TERGANTUNG DI GANTUNGAN BAJU SEBELAH KANAN. DIA BERJALAN MENGENDAP-ENDAP MENUJU PINTU YANG TERBUKA DAN BERDIRI DI SANA. MENGAMATI ORANG DI DALAMNYA, MENDENGARKAN SETIAP GERAKAN. MEMANGGIL DENGAN SETENGAH BERBISIK)

Alfred!

(KEMBALI TIDAK ADA JAWABAN. DENGAN GERAKAN YANG CEPAT DIA MENGAMBIL JAS DAN ROMPI LALU MEMBAWANYA KE KURSI. DIA DUDUK DAN MENGAMBIL BERBAGAI MACAM BENDA, DIKELUARKANNYA DARI SAKU, TAPI DENGAN CEPAT DIKEMBALIKAN LAGI KE SAKU. TERAKHIR, DI DALAM SAKU ROMPI, DIA MENEMUKAN SELEMBAR SURAT. MELIHAT PADA TULISAN TANGAN ITU – BERBICARA PELAN PADA DIRINYA SENDIRI).

Hmmm…! Aku tahu ini.

(DIA MEMBUKA SURAT ITU DAN MEMBACANYA. EKSPRESI AWAL BENCI, KECEWA DAN SANGAT MARAH, TAPI SETELAH SELESAI MEMBACANYA DIA BERUBAH MENJADI INGIN MENYAKITI DAN MERASA MENANG. DENGAN SURAT DI TANGANNYA, DIA BERFIKIR SEJENAK DENGAN SENYUMAN JAHAT DI BIBIRNYA. KEMUDIAN DIA MELETAKKAN LAGI SURAT ITU DI DALAM ROMPI DAN MASIH DENGAN HATI-HATI TIDAK INGIN MEMBANGUNKAN YANG TIDUR, MENGGANTUNGKAN KEMBALI BAJU-BAJU ITU DI GANTUNGAN YANG SAMA DAN PERGI KE RUANG TIDUR, MELIHAT DI DALAMNYA. DENGAN SUARA YANG KERAS DAN TAJAM).

Alfred!

(MASIH KERAS)

Alfred!

(ADA SUARA ORANG MENGUAP DAN MERINTIH DARI KAMAR SEBELAH)

Tidakkah kamu berfikir bahwa sekarang waktunya kamu bangun tidur? Apakah kamu ingin terus di atas ranjang seharian?

(BERKELILING/BERPUTAR SEBENTAR, KEMBALI KE KURSINYA)

Tidak diragukan lagi, kamu sekarang menjadi pemalas dan tidur terus



klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya
Download Naskah Ini

Rabu, 25 Mei 2011

Syair Kamelia

Syair Kamelia
Tri Aamalia Lestari



Kamelia : “ Abang ade apeni bang… ? Uww… pastilah abang betengka lagi, iye kan ? Sudah berape kali abang mace mini,tak jera ke ? ” ( sambil mengobati luka-luka Samsul ).
Samsul : “ Bukannye abang yang nak betengka, merekelah yang berani-berani nak tantang abang jadi ye abang terime aje. Tapi asal kau tau Kamelia, abang babak belo macam ni bukannye kalah, abang dihantam oleh tujuh orang Jawe tu, soal kecillah tu, satu due kali pukul tunggang langgang lah mereke lari.
Ha….ha…. ”

Kamelia : “ Abang-abang, jadi betul abang betengka lagi dengan orang-orang Jawe tu. Alamakjang……hari ini tujuh orang besuk sepuluh orang besok lagi satu kampunglah nak pukul abang, teruklah badan ! Kenapelah abang ni, suke sangatlah abang betengka, Kamelia yakin pasti abang yang belagak, itulah yang buat mereke meradang. ”
Samsul : “ Eh Kamelia sini abang nak cakap, kite ni orang Melayu yang terkenal jago dan terhormat jadi pantanglah bagi abang dikalahkan same orang-orang Jawe yang ilmunya tak cukup ( sambil menunjukkan kelingking ) pantang dek abang cume nak tunjuk meski kite ni tinggal di negeri orang tapi kite ni tetap orang Melayu yang hebat dan pantang menyerah.”






klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya
Download Naskah Ini

JALUR 17

Lakon Remaja
JALUR 17
Karya Joned Suryatmoko
(Teater Gardanalla)


SINOPSIS

Harga BBM naik, maka semua harga barang pun ikut naik. Kondisi ini membuat Rini (Kakak) dan Rio (Adik) merasa perlu untuk meminta kenaikan uang saku pada orang tua mereka. Di sisi lain mereka tahu bahwa hal ini akan mengalami banyak tentangan dari orang tua mengingat gaji ayah tidak (belum) naik. Sementara itu dia antara Rini dan Rio sendiri ada pertentangan.



Rini sendiri menekankan supaya kenaikan uang saku hanya untuk mencukupi biaya kebutuhan mereka yang membengkak, tapi tidak untuk membuat pos belanja baru. Sementara Rio berniat membuat pos belanja baru dengan menyusupkan keinginannya untuk memasukkan anggaran pacaran jika uang saku akan dinaikkan.

Dalam situasi seperti itu, mereka bertemu dengan Eko Penyok, remaja yang menjadi kondektur Bis Kota yang mereka tumpangi. Penyo memutuskan untuk tidak meneruskan kuliah dan bekerja. Baginya, menjadi kondektur dan mendapatkan gaji sendiri dianggapnya jalan keluar supaya ia lepas dari orang tua dan bias mandiri. Hal ini tidak sekedar supaya ia bias punya uang sendiri, namun lebih karena ini bias membuatnya merasa sudah besar.


OPENING

PENONTON SUDAH MASUK KE DALAM BIS. HANYA PENYO YANG BERADA DI DEKAT BIS SAMBIL BERTERIAK-TERIAK MENAWARI ORANG YANG LALU LALANG UNTUK NAIK BIS. SUTRADARA SUDAH DI BIS SEDANG MEMBERI PENGANTAR TENTANG PEMENTASAN. RINI DAN RIO BERDIRI AGAK JAUHAN DARI BIS DAN MASIH BERBICARA. SESEKALI RINI BERLARI HENDAK MENGHAMPIRI BIS TAPI DITAHAN OLEH RIO. PENYO YANG MELIHAT ITU SEGERA MENERIAKI RINI AGAR NAIK (KARENA JATAH BIS BERHENTI SUDAH HABIS).

SUTRADARA SELESAI MEMBERI PENGANTAR. PENYO SEMAKIN KERAS BERTERIAK DAN MENDEKATI BIS SIAP UNTUK NAIK. RINI DARI KEJAUHAN SEGERA BERLARI MENGHAMPIRI BIS DAN NAIK, RIO YANG MASIH MEMAKAI HELM SEGERA MENYUSUL NAIK. BIS SUDAH HAMPIR BERJALAN, TAPI SAAT MEREKA HAMPIR DUDUK:

….

RIO
Motorku?

RINI
Terserah kamu. Ah, aku udah telat!

(Rini masih berdiri di x2 (dekat x3), hendak duduk. Rio masih melihatnya di tangga (x1), melihat motornya yang tidak kelihatan karena parkir di tempat lain)

Buruan! Lama ah….

(Rio masih berpikir)

Nanti motormu kan bisa kamu ambil…

RIO AKHIRNYA NAIK, MASIH DENGAN HELM DI KEPALA. KEPALANYA MELONGOK-LONGOK. BIS SUDAH BERJALAN PELAN-PELAN. PENYO SEGERA MENYUSUL NAIK, MEMUKUL-MUKUL DINDING BIS DENGAN TELAPAK TANGANNYA SAMBIL TERUS BERTERIAK-TERIAK. IA MELIHAT KE DALAM. MELIHAT RIO DAN RINI YANG MASIH NGOS-NGOSAN.

PENYO (Pada Rio)
Numpak Bisk ok nganggo helm, mas?

RIO MASIH BELUM MENGERTI. RINI MEMUKUL KEPALA RIO YANG MASIH BERHELM DENGAN TELAPAK TANGANNYA SAMBIL TERTAWA. RIO AGAK TERKEJUT, SEGERA SADAR, MELEPAS HELMNYA SAMBIL CENGENGESAN. PENYO MASIH BERTERIAK-TERIAK KALAU-KALAU ADA YANG MAU NAIK BISNYA LAGI.

MUSIK PEMBUKA.
SELAMA MUSIK PEMBUKA RINI DAN RIO SESEKALI BICARA SEDIKIT, LALU TERDIAM, SESEKALI MEREKA MELIHAT PENYO YANG BERTERIAK-TERIAK.

BAGIAN 1

PERKENALAN MEREKA

RINI, RIO DAN PENYO TERTAWA BERSAMAAN DI AKHIR MUSIK.

RINI
Apa artinya?

PENYO
Eko!

RINI
Eko kok dipanggil Penyo?

RIO
Walikan!!!

PENYO
Ya…

RIO
Ada kaya rumusnya. Eko jadi Penyo!!!

PENYO
Namamu boleh juga

RINI (memperkenalkan diri)
Rini

RIO
Bukan! Maksudnya namamu bisa juga dijadikan Walikan! Ia nggak Tanya namamu!

RINI MALU, PENYO TERTAWA

PENYO
Ini adikmu?

RINI
Adik angkat!!!

RIO MENCOLEK DAGU KAKAKNYA

PENYO
Adik angkat?

RINI
Kalau selama 17 tahun Cuma bias bikin perkara ya aku anggap adik angkat. Hehehehee….

RIO
Siapa yang bikin perkara?

PENYO
Namamu?



klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya

Download Naskah Ini

Karma (drama remaja)

Lakon Remaja
KARMA


KONSEP PEMENTASAN
Drama ini diilhami dari cerita Legenda Batu Menangis yang bersal dari Sulawesi Utara, karena kami menganggap bahwa dalam cerita tersebut banyak terdapat nilai – nilai kemanusiaan yang dapat kita tanamkan untuk anak tingkat sekolah dasar, misalnya sikap untuk tidak durhaka terhadap orang tua, sikap untuk tidak berbohong, dan menunjukkan bahwa kasih sayang orang tua tidak akan pernah lekang sampai kapanpun.
Dalam drama ini kami telah melakukan banyak perubahan – perubahan tokoh dari cerita yang sebenarnya dan kami telah memodifikasi cerita ini hingga hampir mirip dengan kisah – kisah kehidupan nyata seperti sekarang ini.



SINOPSIS CERITA
Ada sebuah keluarga sederhana yang tinggal di suatu desa . keluarga tersebut terdiri dari seorang Ibu dan dua orang anaknya yaitu Joko dan Anik . Meskipun hidup dalam keluarga yang sangat sederhana, Joko tingkah laku Joko setiap harinya seperti orang kaya . Tak jarang terjadi pertengkaran dirumah tersebut hanya gara – gara lauk pada saat makan. Namun Ibu Joko dan Anik (kakak Joko) selalu bersabar menghadapi tingkah laku Joko, hal itu dikarenakan Joko merupakan anak laki-laki satu-satunya dalam keluarga tersebut, apalagi setiap kali beradu mulut Joko selalu mengancam akan pergi dari rumah apabila keinginannya tidak dituruti oleh Ibunya .
Joko mempunyai seorang pacar anak orang kaya yaitu anak juragan sapi dari desa sebelah. Hal tersebut diceritakan Joko terhadap Ibunya . Betapa terkejutnya sang Ibu pada saat Ibunya mendengar dari Joko bahwa dia telah berbohong dengan mengatakan bahwa dia adalah anak orang kaya untuk mendapatkan gadis tersebut . Dan yang lebih menyakitkan lagi Joko menyuruh sang Ibu untuk memanggil Joko tuan pada saat Joko bersama dengan sang kekasih, namun sang Ibu masih dapat bersabar .
Suatu hari pacar Joko meminta Joko untuk melamarnya dan Jokopun menyanggupinya dengan segala syarat yang diajukan oleh sang pacar yaitu Joko harus menyerahkan uang sebesar Rp.20.000.000,- kepada calon mertuanya . kejadian ini membuat Joko bingung dan kembali Joko mendesak Tbunya untuk menyediakan uang tersebut dalam waktu dua hari. Dan Joko tidak mau tahu bagaimana caranya sampai-sampai Joko menyuruh Ibunya Untuk menjual tanah warisan dari bapaknya . dan lagi-lagi sang Ibu tidak kuasa untuk menolak karena Joko mengancam akan pergi dari rumah apabila keinginannya tidak segera di penuhi .
Dan sesuai dengan waktu yang telah disepakati, Jokopun melamar pacarnya dengan memenuhi syarat yang telah diajukan. Pada saat melamar Joko membawa sang Ibu yang telah disuruh untuk mengaku sebagai pembantunya . dan pada saat pelamaran tersebut sang calon mertua Joko bertanya kepada Joko tentang orang tua Joko dan Joko menjawab bahwa orang tua laki-lakinya telah meninggal dunia pada saat Joko masih kecil. Calon mertuanya bertanya kembali tentang Ibu Joko, Joko pun kebingungan untuk menjawab, dan setelah ditanya beberapa kali oleh calon mertuamya maka Jokopun menjawab bawwa Ibunya telah meninggal dunia . seketika itupun Ibu Joko tidak dapat menahan kesabaran lagi dan secara tidak sengaja mengutuk Joko menjadi patung .

ADA SEBUAH KELUARGA YANG TERDIRI DARI SEORAG IBU DAN DUA ORANG ANAKNYA YANG BERNAMA ANIK DAN JOKO. MEREKA HIDUP DALAM KEADAAN YANG SANGAT SEDERHANA .

MBOK (sambil membawa nasi)
Anik, lauknya bawa kesini, itu tadi yang Mbok letakkan didekat kompor .

ANIK (sambil membawa lauk)
Iya Mbok .

MBOK (sambil menata makanan)
Ayo ditata dulu makanannya setelah itu panggil adikmu Joko, kita sarapan bersama.

ANIK
Joko masih mandi, Mbok

SESAAT KEMUDIAN JOKOPUN DATANG DAN DUDUK DIANTARA MBOK DAN ANIK

JOKO
Sarapannya apa, Mbok ?

MBOK
ya seperti biasanya toh Jok, tahu sama tempe .

JOKO (dengan suara keras)
Apa tahu clan tempe lagi kata Mbok ? Aku kan bosan mbok, tiap hari makan tempe dan tahu . Pokoknya aku nggak mau.

ANIK
Sudahlah Jok diakan saja . Yang kita punya kan cuma ini .

JOKO
Mungkin Mbak bisa makan seperti ini setiap hari, tapi aku nggak bisa Mbak.

MBOK
Kamu ini mbokya ngerti toh , Mbok ini kerjanya apa ? Mbokkan Cuma buruh tani . Kamu juga tahu sendiri kalau beberapa hari ini sawahnya kebanjiran.

JOKO
Mbokkan bisa cari kerja yang lain, nyuci baju orang kek, jadi buruh pabrik kek, atau yang lainnya .

MBOK
Kamu iti gimana toh Jok, memang cari kerja itu gampang.



klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya
Download Naskah Ini

Selasa, 24 Mei 2011

Kebo Nyusu Gudel

(Naskah Lakon Remaja Satu Babak)
KEBO NYUSU GUDEL
Karya Dheny Jatmiko, Nomine sayembara penulisan naskah remaja –Jawa Timur


Pelaku

  1. Kakek Seorang kakek umur 80 tahun yang selalu terbayang-bayang peristiwa masa lalunya.
  2. Bapak Seorang lelaki pekerja kantoran.
  3. Ibu Ibu rumah tangga.
  4. Anak Anak berumur 10 tahun.



TERDENGAR MUSIK TEMBANG MEGATRUH. LAMPU WARNA BIRU MENYALA PELAN, DILANJUTKAN LAMPU ORANYE YANG FOKUS KE KURSI GOYANG (KAKEK). TAMPAK SEBUAH RUANG KELUARGA, SEORANG KAKEK BERSANTAI DI KURSI GOYANG. KAKEK MEMAKAI SEPATU TENTARA, MEMAKAI SARUNG, PECI, SAMBIL NEMBANG MEGATRUH.
Megatruh

niki wancine sukma sampun kasebut
saking dzat akarti bumi
sampun wanci dipun suwun
tan janji sakniki ugi
baline sadaya lakon

TEMBANG MEGATRUH SELESAI. KAKEK DIAM, MERENUNG. TIBA-TIBA TERDENGAR SUARA RIUH, SEPERTI SUARA DEMONTRASI. (LAMPU RUANG PELAN-PELAN MENYALA) KAKEK PANIK, MENGAMBIL SAPU DAN MEMBAWANYA SEOLAH MEMBAWA SENAPAN.



Kakek
Bangun! Bangun! Kita harus segera bersiap. Bangun kalian semua.
Muncul seorang Bapak, Ibu dan anaknya berjalan malas karena bangun tidur.

Bapak
Ada apa lagi, kek? Malam-malam begini bikin ribut?

Ibu
Ada apa to, kek?

Kakek
Ada apa. Ada apa. Apa kalian sudah tuli. Apa kalian tidak mendengar ada demo. Situasinya sekarang semakin sulit. Jadi kita harus waspada. (Berlagak seperti komandan) Kalian berjaga di pos sebelah sana. Biar aku awasi yang sebelah sini (mengambil kursi kecil dan berdiri di atasnya). Cepaaat!

Anak
Siap, komandan!

Bapak, Ibu & Anak bergegas menuju kiri panggung.

Bapak
Kalau tiap malam begini, bagaimana aku bisa nyaman kerja besok?

Ibu
Sudahlah mas, sabar, mungkin kakek sedang mimpi aneh lagi malam ini. Paling ini hanya sebentar, dan kita bisa kembali tidur. Lakukan saja. Kalau kita tidak menurut,



klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya
Download Naskah Ini

Matahari 1/2 Mati

LAKON
MATAHARI 1/2 MATI
KARYA A. REGO SUBAGYO


DRAMATIC PERSONAE

  1. MBOK Ibu dari lima anak
  2. KARDI anak pertama
  3. PARTO anak kedua
  4. WARTI anak ketiga
  5. SUWAJI anak keempat
  6. NARKO anak kelima
  7. HARDJO tetangga




DI SEBUAH DESA YANG SANGAT TERPENCIL DAN TERPINGGIRKAN DARI DERU DAN HIRUK PIKUKNYA PEMBANGUNAN, SEPERTI TERASING. ADA KELUARGA SEDERHANA, KELUARGA PETANI SAHAJA, TIDAK PERNAH NEKO-NEKO. TENTRAM, DAMAI POKOKNYA NYAMAN. TETAPI SUATU KETIKA MUNCUL PERMASALAHAN-PERMASALAHAN DI KELUARGA TERSEBUT YANG MENGAKIBATKAN HUBUNGAN ANTAR ANGGOTA KELUARGA MENJADI TIDAK HARMONIS LAGI.

BABAK I

DI SERAMBI RUMAH, ALUNAN MUSIK GAMBARAN PEDESAAN LEMBUT MENYAPA. LAMPU MULAI PADAM. PARTO BARU PULANG DARI SAWAH

PARTO
Kok masih sepi, pada kemana ya? Apa belum pulang?

(seperti bertanya pada diri sendiri).

Sudah seminggu lebih aku sendirian menggarap sawah, akhir-akhir ini Kang Kardi jadi pemalas, pekerjaannya hanya termenung, melmun, merenung, bahkan tidak pernah bisa diajak bicara apalagi bercengkeraman. Kang Kardi selalu membisu, tak pernah mau ngomong, tak pernah mau bicara, tak pernah berkata-kata, bisu, seakan kelu dalam otaknya

(terdiam).

Apakah selamanya akan seperti ini bisu dan beku, mati. Aku sendiri semakin bingung, panenan yang jeblok, sedang harga untuk obat selangit apalagi untuk pupuk sudah tak masuk di akal

DIAM KELUARKAN BUNGKUSAN DARI KANTONG, MELINTING TEMBAKAU LALU MENYULUTNYA. NARKO PULANG SEKOLAH, TERGOPOH-GOPOH MENUTUPI MUKANYA

PARTO
Hei Ko, Narko kesini!

NARKO
Ya, Kang

PARTO
Kenapa wajahmu?

NARKO



klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya
Download Naskah Ini

Ketika Cinta Lintas Agama

ketika cinta lintas agama
karya: wahyu setiadi

Sinopis : Sebuah Naskah yang mecritakan tentang sebuah perbedaan, dimana cintalah penyebabnya. Sebuah gambaran tentang benang merah antara Alim seorang muslim yang mencintai CHristy yang seorang Kristiani, terjalin indah dibalik bayang-bayang kemungkaran sebuah perbedaan, dimana cinta itu harus tunduk pada aturan hidup, Pertemuan kedua sejoli ini mengatur kita bagaimana memandang sebuah perasaan yang dibatasi oleh hukum Tuhan, lingkungan pun menentang jalinan benang merah tersebut. Kedua orang tua mereka pun tak setuju atas perasaan yang menembus batas toleransi, Tapi kedua sejoli tetap kukuh pada keyakinan mereka: bahwa Cinta tidak salah, jadi jangan salahkan mereka untuk mencinta, apakah kekuatan cinta mereka dapat menembus segala penghalangnya, sebuah aturan Tuhan dan lingkungan,???? Selamat menyaksikan





Setting:Sebuah gambaran tentang perasaan antara dua sejoli ini


Alim:
Dimana cinta datang dalam pandangan yang turun ke hati, meluapkan rasa sucinya yang tak pernah melihat siapa dan apa sebenarnya kamu

Christy:
Dan aku yang selalu menunggu, dimana cinta itu meluruhkan setiap tebing-tebing tinggi perbedaan

Alim & Christi:
sudah ketentuan bahwa Tuhan mengkonsep perbedaan sebelum semua tercipta. aku kamu, langit bumi, hitam putih dan agamamu agamaku


BLACK OUT

Alim:
Dingin, hujan lagi hujan lagi, surabaya mirip bogor dikit-dikit hujan dikit-dikit hujan, hujan kok sedikit-sedikit, terang mendung lagi, ah, langit kadang tak bersahabat terlalu seenaknya sendiri, kemarin lagi asyiknya pulang dari masjid eh langsung bress hujan turun tanpa tanda koma, hadeehh mana nggak pake daleman

tiba tiba seorang gadis datang dengan tergesa-gesa langsung duduk di sebelah pemuda itu

Alim:
ya Tuhan, kadang langit bersahabat juga hehehe mantap nih dingin-dingin empuk, dari rambutnya ini pasti ciri khas anak yang lemah lembut. Assalamualaikum (si gadis tidak menjawab dan mengacuhkan matanya ke sudut lain)Assalamualikuuum, assallamualikuuumm warokhmatullohi wabarokhatuuuuh, jangan jangan tuli nih cewek, ehm, bukankah menjawab sebuah salam itu wajib hukumnya untuk sesama muslim sebab terdapat doa keselamatan di dalamnya, dan hanya orang-orang sombong yang mengacuhkan salam itu.

christy:
(hanya melihat lalu pergi dari sisi pemuda tersebut)

Alim:
wuu.. budeg chasing boleh anggun, kelakuan kayak jelangkung datang gag ditunggu pulang gag disuruh, wah cantiknya anak tadi, siapa ya gerangan... jika beruntung pasti ketemu lagi.

Black out


tempat sama seperti malam kemarin dalam sebuah taman yang berpayung menghalangi setiap titik hujan yang mengusik tapi asyik, terlihat sosok gadis cantik duduk sambil memandangi langit

Christy:
hemm langit selalu menyaksikan segala tingkah makhluk di bawahnya, selalu menyimpan rahasianya dibalik luasnya cakrawala, apakah mereka tahu aku sedang pilu, apakah mereka tahu aku sedang rindu pada setiap ketenangan dihidup ini

Alim:
Astaghfirullah apa itu putih-putih (memekik melihat dengan seksama) ah tapi kakinya menapak, Subhanalloh ternyata gadis kemarin, ini pertanda bahwa dia disiapkan untukku terima kasih ya Allah, Assalamualaikun (gadis itu menoleh tetap tanpa ekspresi) cih tetap saja angkuh, boleh aku duduk disitu, bolehhlaaahh emang tempat duduk nenek moyangmu (langsung duduk disamping gadis itu) nganggur ya, ia sih keliatannya nganggur, emm dingin yah, ia dingin banget bisa mati beku nih, apalagi kalau ngomong sendiri sudah beku dianggap gila..






klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya
Download Naskah Ini

Selasa, 10 Mei 2011

RAHWANA

RAHWANA
Karya: Abdul Mukhid

BABAK SATU
ADEGAN 1
(Kerajaan Alengka waktu senja. Di bagian taman sari. Taman Asyoka yang sudah masyhur namanya. Terlihat para dayang melayani Shinta. Rahwana sedang bercengkerama dengan Sinta. Rahwana tidak digambarkan sebagai tokoh raksasa yang jelek, tapi sebagai seorang yang gagah dan wajah lumayan tampan. Taman sari itu adalah sebuah taman sari yang sangat indah. Tokoh dayang-dayang boleh ada boleh tidak)
RAHWANA: (Kepada dayang-dayang) Kalian boleh pergi.
(Para dayang memberi hormat, lalu pergi. Tinggal Rahwana dan Shinta berdua)
RAHWANA: Kau tahu kenapa aku membawamu kemari?
SHINTA: (Pura-pura tidak tahu) Tidak.

RAHWANA: Bahkan aku bisa melihat kepura-puraan di matamu. (Shinta diam saja. Sedikit salah tingkah) Apakah kau sudah melupakan gemuruh perasaan yang ada di dada kita?
SHINTA: Tentu saja tidak, Kanda Rahwana. Tapi, saling mencintai bukan harus memiliki, kan? Aku kira itu adalah hukum alam yang tidak terbantahkan lagi. Bukankah kau sendiri pernah berkata begitu?
RAHWANA: Lantas kenapa aku tidak boleh memilikimu?
SHINTA: Ini sudah takdir Sang Mahatunggal, Kakang.
RAHWANA: (Dengan agak kesal) Oh ya? Apakah juga takdirNya bahwa engkau harus menikah dengan Rama?
SHINTA: (Terdiam sejenak. Mencoba mengatasi perasaannya sendiri. Lalu dengan berat berkata) Tampaknya memang begitu, Kakang.
Hening sesaat
SHINTA: Dengarlah, Kakang. Aku yakin, Kakang sudah tahu perasaanku tanpa harus aku katakan. Tapi sekali lagi Kakang, ini memang sudah takdir. Ini perintah dari guru sejatiku. Bukankah Kakang juga punya cita-cita untuk bertemu dengan Sang Sejati? Inilah jalannya, Kakang. Kita harus menyingkirkan segala perasaan cinta duniawi yang berlebihan. Aku adalah bagian dari dunia ini, dan Kakang diberi ujian untuk tidak mengikatkan diri padaku. Begitu pula dengan aku.
RAHWANA: Tapi aku ingin memandang wajahNya lewat wajahmu. Aku ingin mencintai diriNya yang ada dalam dirimu sekaligus yang meliputimu.(Gusar) Tidak. Tidak. Pasti ini semua karena Rama. Kenapa? Apa kau terpikat dengan ketampanannya? Rayuannya? Kekayaannya? Dengar Sinta, aku memang tak punya apa-apa. Tapi lihat betapa makmur negeri ini. Memang istana ini bukan punyaku. Rumahku hanyalah sekedar untuk tempat berbakti pada kepada Sang Mahasuci. Baik. Apa kau menginginkan kekayaan dan kemewahan? Ketampanan dan kata-kata manis? Kau bisa mendapatkan apa pun yang kau inginkan, Adinda. (Pause) Asal bukan Rama.




klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya
Download Naskah Ini

Becik Nitik, Ala Pilara (Drama Bahasa Jawa)

Becik Nitik, Ala Pilara
Sandiwara Kampung
* M. Ahmad Jalidu

Kontak :
08175486266
masjali@yahoo.com


BABAK 1
Omahe kang Marto. Somat, anake kang Marto lagi wae bali, dheweke mbonceng Mas Bambang lan didhunke ngarep omah. Saka njero keprungu suara megaprone Mas Bambang.

Kang Marto : “Diterke sapa Le?”
Somat : “Mas Bambang.”
Bu Marto : “Mas Bambang ki jan apikan tenan ya, karo sapa-sapa isa akrab. Karo cah mejid ya srawung, karo copet ya srawung.”
Kang Marto : “Huss! Bu, nek omong ki ra waton!”
Bu Marto : “Waton apa? Cen nyatane kaya ngono kok. Mas Bambang ki cen apikan, njur anakmu ki ya copet tenan”.
Somat : “Alah! Mung pisan wae kok njur dicap. Aku nyopet mung pisan mbok. Gek sasi pasa wingi kae. Kuwi sing melu ngicipi dhuite ya sapa? Simbok barang to? Nek ra reka-reka tak golekke tangeh isa melu mangan iwak pitik kaya tangga-tanggane, Mbok”.
Kang Marto : “Le! Isa mingkem ora? Rembugan bab nyopet yo ndadak mbengok-mbengok, alon sithik isa ra? Krungu kiwa tengen rak ya ra kepenak!”
Bu Marto : “Wis kana lek adus. Njur ning ngomah wae, rasah lunga meneh. Bocah kok ra isa ning ngomah sak jam wae. Minggatt terus…”
Somat : “Sak sirku to Mbok! Awak-awakku dhewe, sikil-sikilku dhewe, nyawa-nyawaku dhewe”.
Kang Marto : “Mat! Cangkemmu ditata! Omong karo mbokne kaya omong karo gali pasar!”
Somat : (Mlebu ing kamar, njawab seka njero kamar) “Kula ra ngomong ro gali pasar pak. Ning karo Bojone Gali pasar!”
(Bu Marto mlebu perangan njero omah, Pak Marto meneng.)
Kang Marto : (nyeluk bojone) “Nah! Nah!..,”
(Ora ana sing njawab. Kang.)
Kang Marto : “Nah! Bajigur!! Kupingmu kesumpelan aspal po piye?”
Bu Marto : (seka njero) “ngapa ta? Aku ki krungu. Ning gek mbenakke panci ning kompor. Ngapa ta?”
Kang Marto : “Tuju enamku mau ning ngendi?”

Bu Marto : (Teka ning ruang tamu karo nguncalke rokok 76 ning meja) “sing udud ki kowe kok aku sing takoni, goleki dhewe pa ra isa? Padhakke babu wae.”
Kang Marto : “Kok malah ngejak padu ta kowe ki? Bedane bojo karo babu ki, nek bojo dituroni kon meteng, nek babu ki dituroni ning aja nganti meteng.”
Bu Marto : (Mbalik mlebu njero)
Kang Marto : “Kaya kowe mbiyen, mbabu ning tokone Koh Liang kae rak ya ngono ta? Koh Liang nuroni kowe ning karo diombeni anggur ben ra meteng!”
Bu Marto : (Teka ning ruang tamu karo nesu) “Pak! Ra ngayawara lho kowe ki. Arep golek perkara meneh? Nek omong ki naganggo dipikir! Dhasar wong ra mambu sekolahan ya ngono kuwi.”
Kang Marto : “Sekolahmu ki apa? SR ya ra rampung wae kok.”
(Somat njedhul)
Somat : “Wis to mbok. Nek pancen mbiyen tau dituroni Koh Liang ya ngaku wae, wong bapak ya nrima kok. Nek pancen ora, ya rasah diwangsuli. Kaya ra apal. Cangkeme bapak kawit mbiyen ya ngono kuwi. Wis, aku tak metu dhisik.”
Bu Marto : “Rasah mabuk-mabukan meneh!’
Somat : (sambi bablas metu omah) ‘Mabuk ya ra papa angger ora matengi uwong!”


klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya
Download Naskah Ini

ANDHE- ANDHE LUMUT ( WATERMANIK VILLAGE )

ANDHE- ANDHE LUMUT
( WATERMANIK VILLAGE )
Anonim

Ing desa Watermanik ana perayaan lamarane Panji Asmarabangun karo Dewi Sekartaji.Ujug-ujug ana lindu kang gedhe,kabeh wong panik lan bubar dhewe-dhewe.Dewi Sekartaji uga mlayu terus,nganthi ora ngerti daerah ingkang dilewati sehingga mlebu ing tengah alas.Nanging Panji Asmarabangun isih ing kana.Banjur ngerti yen Dewi Sekartaji lunga,Panji gela.Dheweke terus lunga nggoleki Dewi Sekartaji lan ngganti asmane dadi Andhe-Andhe Lumut.Panji akhire tinggal ing omahe Bu Dhadapan.

Sawetara kuwi,amargakeselen Dewi Sekartaji akhire semaput ing alas.banjur wis tangi,Dewi Sekartaji ora ngerti dheweke ana ing ngendi.Dewi Sekartaji mlaku-mlaku lan weruh villa kang apik ing pinggir alas.Dewi Sekartaji lansung marani villa kuwi.

ADEGAN 1
Dewi Sekartaji : “ Kulanuwun.....Permisi.....Spada.....! ”
Dewi Biru : “ (mbuka lawang) Kowe sapalan arep ketemu sapa ? ”
Dewi Sekartaji : “ Kula Dewi,kula niki kesasar ing mriki.Kula nyuwun ijin kangge tinggal ing mriki lan kula nyuwun dadekaken kula niki adhine sampeyan,please... ”
Dewi Biru : “ Whattt? Arep dadi adhiku ? Sorrryy ya,omah iki wis kebak ! ”
Dewi Sekartaji : “ Please,kula purun dikengken napa mawon. ”
Dewi Biru : “ Plas plis,plas plis,mbok kira aku onde-onde ceplis apa? Lunga wae kana ! ”

Tapi Dewi Skartaji tetep meksa. Akhire ibune Dewi Biru melu metu.
Bu Wati : “ Ana apa tha iki kok ribut-ribut? (ngampiri Dewi Sekartaji) Lho,sapa iki ? Ayu banget kowe tha,nduk...? ”
Dewi Sekartaji : “ Bu,kula Dewi,kula niki mboten gadhah griya.Kula nyuwun didadosaken anggota ing keluwarga niki,Please...
Bu Wati : “ Yo wis,kowe mlebu dhisik. Ayo ! ”
Dewi Pink : “ Alah,Bu..Ora ana gunane nanggepi dheweke. ”
Dewi Biru : “ Iya,,lagian ing kene wis akeh wong wadon,Bu ! ”

Bu Wati meneng lan mikir-mikir.
Bu Wati : “ Yo wis,nduk cah ayu.Kowe intuk tinggal ing kene.Tapi kowe kudu ngrewangi gawean ing omah iki ya,nduk? ”
Dewi Sekartaji : “ Inggih,Bu.Maturnuwun...Maturnuwun sanget,Bu ! ”
Bu Wati : “ Ya.By the way,jeneng lenkapmu sapa tha nduk? ”
Dewi Sekartaji : “ Asmanipun kula Dewi,Bu! ”



klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya
Download Naskah Ini

Jaka Tarub Dadi Duda (drama bahasa jawa)

JAKA TARUB DADI DUDA
 Anonim

Dina Jemuah…
Suasana sore wis mulai cerah.Udan sing mikine gede….benget be wis mandeg.Srengengene wis mulai katon.Eh…ditambah ana pelangi mentongol neg sisi kulon.Jerene wong-wong tah angger ana pelangi,berarti arep ana bidadari sing arep adus neng bumi.Tapi…bener orane ya mbuh ora ngerti.
Selot sowe…bit…semribit ana ambu-ambuan wangi pisan.Ana apa ya?Suara kemrincing…kemrincing genah epor sekang sisi kulon.

ADEGAN KE I
Byur…Byur…Byur…
Widadari Abang : “ Cihuy…Asik…bisa adus maning.Jen banyune seger pisan.
Wis seminggu ora adus,awake pada pliket,lah jan…segerepol pokoke lah…”
Widadari Jambon : “ Tela iya koh,segere poll.Tapi angger aku ya ora kayak ko.Ko tah dadi Widadari ora tau adus.Mbok siki neng kayangan wis ana pemandian umum.Ora ngerti si…Katro Banget!!!
Widadari Kuning : “ Ih…ya ampyun… sapa kue sing jarang adus.ngisin-isina banget dadi widadari.Masa widadari jarang adus.Kyeh…contoh akyu ya…Saben dina ora tau lat Manycure Pedycure.Jen…ambume mbok wangi pisan kaya kiye…”
Widadari Ijo : “ Lah…ya wis.Anu kaya kue be debahas.Nyong sing pada bae kaya Abang jarang adus be meneng bae koh…”
Widadari Abang : “Duh…Ijo,dadi aku ana batire???Ha…ha…ha…Tos disit yuh…(tos..!!tos..!!tos..!!)
Widadari Ijo : ” Tos…!!!”



klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya
Download Naskah Ini

KESURUPAN ATAWA Inside! Insting! Intrance!

Lakon Remaja
KESURUPAN
ATAWA
Inside! Insting! Intrance!

Karya Juma’ali



ARIL
Tidak ada yang news tentang kesurupanannya Amalia.

ANDI
Klise. Usang. Basi dan kuno!

ADANG
Itu yang keliru...pandanganmu harus dibalik!

ALIM
Ini news-news dan news...

ANWAR
Lha wong cewek cantik koq bisa kerasukan...

ANDI
Modusnya lawas! Usang.

ARIL
Pingsan, kesurupan! Perempuan selalu begitu, untuk menutupi kelemajahnnya memanfaatkan cowok dengan segala kekuatan. Menundukkan herois dan machonya kaum Adam tolol. Oleh karenanya kita akan jadi budak secara tidak langsung ataupun tak langsung.

ANWAR
Yang paling enak jadi jinnya, untunglah. Kalau begini kenapa saya dulu gak jadi jin, ya!?



ANDI
Bukan soal jin, perlu dipahami bahwa cantik bukan jaminan kesempurnaan.

ARIL
Tidak salah! Betul, kan!?

ANWAR
Inijuga untuk semangat kita-kita, biar ada keberanian naksir cewek cantik!

TERTAWA MEREKA MELEDAK.

ANDI
Yang jelek bukan berarti sempurna..

TERTAWA MAKIN MELEDAK.


ARIL
Apalagi..

ANWAR
Tapi masih dapat poin, walaupun sedikit. Asal punya keberanian.

ADISH, CEWEK GENDUT DIANTARA MEREKA PERGI BEGITU SAJA.

ADISH
Nggak usah ditanggapi..

ANDI
Tersinggung.. Kemana?

ARIL
Mau kesurupan?!

ANDI
Kesurupan itu cara ampuh untuk jadi terkenal.

ARIL
Promosi itu butuh modal!? Mahal, kawan.

ANWAR
Sekarang lagi musimnya, yang audisilah, kontes, kompetisi atau apa saja..

ARIL
Modal cupet pengin terkenal..cara praktis ya...

BARSAMA-SAMA
Kesurupan!

ANDI
Lantas jadi perhatian, pembicaraan otomatis jadi artis dan selebritis..lantas daftar caleg, cabub, cagub...gampang, kan!?

ARIL
Kalau meleset malah jadi perek!

MEJA YANG LAIN LAGI.




klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya
Download Naskah Ini

Sebelum Dewa Dewi Tidur

lakon remaja
Sebelum Dewa Dewi Tidur
Oleh : R Giryadi




DEWI (Mengangkat HP)
Dewa, kenapa kamu telpon malam-malam. Ibuku sedang marah besar! (Pause) Tidak bisa tidur? Aku juga nggak bisa tidur. Pintuku digedor-gedor Ibu!

IBU (Dari speaker yang dipasang dekat pintu kamar suara ibu terdengar keras)
Dewi! Apakah kamu tidak dengar ibumu berbicara. Hari ini kamu sudah membaca koran atau belum! Kalau sudah halaman berapa? Apakah halaman satu yang hanya melulu berbicara politik. Seolah-olah negeri ini hanya urusan politik yang paling penting. Atau kamu hanya membolak-baliknya, kemudian mencampakannya.



Kamu sudah baca belum! Kalau sudah halaman berapa? Apakah halaman hiburan, yang hanya menyajikan gosip, gosip, dan gosip, seakan-akan artis-artis itu tidak punya harga diri.

Halaman berapa? Apakah kamu membaca halaman olah raga, yang hanya menyajikan tawuran supporter dan pemain. Sungguh keterlaluan negeri ini. Tidak ada yang layak dikonsumsi. Jadi kamu tadi baca halaman berapa.

(Ibu menggedor pintu). Dewi, apakah kamu tidak punya telinga!

DEWI
Punya!

IBU
Kalau begitu jawab pertanyaan ibu? (Pause) Apakah kamu tidak punya mulut!

DEWI
Punya!

IBU
Jadi kenapa kamu tidak menjawabnya. Buka pintunya! (Ibu menggedor pintu)

DEWI
Aku tidak mengerti pertanyaan Ibu.

IBU
Apa? Jadi aku berbicara panjang lebar itu kamu tidak mengerti. Lalu kamu punya otak atau tidak?

DEWI
Punya.

IBU
Lalu mengapa kamu tidak mengerti!

DEWI
Suara Ibu terlalu keras. Kamar ini menjadi bising sekali.

IBU (Dari speaker)
Kalau begitu keluarlah. Ibu mau bicara.

DEWI
Kalau tidak penting besuk saja. Aku akan tidur.

IBU(Dari speaker)
Ini sangat penting.

DEWI
Pentingnya Ibu tidak sama dengan kepentingan aku.

IBU (Mendobrak pintu)
Anak durhaka! Jadi seperti ini anak muda sekarang. Tidak ada salahnya kalau koran-koran memberitakan seperti ini. Baca ini! (Melempar koran, tabloid, dan majalah ke Dewi)

DEWI MEMBACA KORAN. TIBA-TIBA SUARA SIRINE MERAUNG-RAUNG. GEROMBOLAN PETUGAS KEAMANAN SEDANG MELAKUKAN RASIA. ANAK-ANAK PEREMPUAN SEUSIA DEWI BERLARIAN. ANAK-ANAK ITU AKHIRNYA TERPERANGKAP JARING PETUGAS. KEMUDIAN DIINTROGRASI.

LIGHTING FADE OUT-FADE IN

PETUGAS GENDUT
Kalian semua ditangkap karena telah melanggar jam belajar. Sudah jam segini keluyuran, apa tidak belajar kalian?

KOOR
Kami bekerja, Pak!



klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya
Download Naskah Ini

ANAK RANTAU

Lakon Remaja
ANAK RANTAU
Karya Dian Tri Lestari

DRAMATIC PERSONAE

1. AMAR
Seorang anak rantau (lelaki, usia 26 tahun), kritis, berpikir bahwa segala peradaban berkiblat pada kebudayaan Eropa, menganggap bahwa adat Melayu (umumnya Indonesia) adalah adat yang membuat orang Melayu tak bisa maju seperti orang-orang Eropa.
2. TOK LAT
Ayah Amar (lelaki, 54 tahun) yang pendiam, kurang ekspresif, berpendirian teguh terhadap bangsa Melayu.
3. NAH
Ibu Amar (perempuan, 50 tahun) yang cerewet, ramah, senang bicara, mudah senang dan mudah pula sedih, mencintai keluarga sehingga tak peduli ideologi mana yang dipakai anak atau suaminya asalkan keluarga utuh seperti semula.
4. KAMELIA
Adik Amar (perempuan, 16 tahun) yang pada akhirnya menentang cara pandang dan ilmu Amar meskipun dia orang yang paling merindukan datangnya Amar ke tanah Melayu, lincah, terbuka pada perbedaan dan kebebasan, namun tetap kukuh pada adat Melayu.
5. WULANDARI
Gadis Melayu (perempuan, 18 tahun), disukai oleh Amar, bertutur lemah lembut, selalu tersenyum, gerak lembut gemulai, dan ramah.
6. PAK NGAH
Saudara Tok Lat yang tetap menyayangi keluarga Tok Lat meski tidak senang atas perubahan sikap dan sifat Amar, lebih banyak diam seperti Tok Lat.
7. MAK LONG
Saudara Tok Lat yang langsung membenci Amar ketika Amar menunjukkan perubahan sikap dan sifat.
8. WAK MINAH
Dukun, ramah, senang menolong tanpa mengharapkan imbalan uang ataupun harga diri.
9. SALIM SELAMAT
Orang kampung bermulut besar dan humoris.
10. LANGAU
Orang kampung, teman Salim Selamat yang masih memiliki akal sehat.
11. UDIN
Orang kampung, teman Salim Selamat yang lugu.
12. JADAM
Orang kampung
13. ASNAH
Orang kampung
14. Siti
Orang kampung



BABAK 1
LAMPU ON. PANGGUNG MENGGAMBARKAN SUASANA DI RUANG TAMU. RUANGAN TERSEBUT TERDAPAT BEBERAPA PERABOT SEDERHANA, SEPERTI PERANGKAT KURSI TAMU, TIKAR PANDAN, BANTAL, PERANGKAT SIRIH, KALIGRAFI, DAN FOTO KELUARGA. SEORANG LELAKI TUA YANG DIKENAL DENGAN NAMA TOK LAT SEDANG MENGGULUNG TEMBAKAU DI KERTAS, MEMILIN-MILINNYA, MEMBAKAR UJUNG ROKOK DENGAN API, KEMUDIAN DIHISAP. IA DIAM TENANG SAMBIL MENDENGAR SUARA ORANG MENGAJI DI KAMAR DAN SAYUP-SAYUP KERIUHAN PARA IBU YANG MEMASAK DI DAPUR. IA DUDUK CUKUP LAMA DI POJOK RUANGAN MENGHADAP PINTU (KURSI TAMU).
SUARA KETUKAN PINTU, KEMUDIAN DISUSUL SAPA ‘ASSALAMU’ALAIKUM’.
TOK LAT
Wa’alaikum salam warahmatullahiwabarakatuh...

TETAP DIAM DI TEMPATNYA. SALAM KEMBALI TERDENGAR. TOK LAT TETAP MENJAWAB JUGA TETAP TAK BERGERAK MEMBUKA PINTU. KETIKA SALAM YANG KE-3, ISTRI TOK LAT KELUAR.
NAH
Ngape lah tak mau dibukakan pintu orang datang tu? Aku ni tengah besibok di dalam. Dari tadi pagi kau menyirih jak di situ. Tak ade kerje laen ke? Makin anak kau nak datang, makin melarat pemalas kau ni. Macam mane kalo anak kau datang? Bentaaaar...
(Membuka pintu, kemudian terdiam karena kaget melihat anaknya berdiri di ambang pintu).
Amaaaaaaar...!!! Kuuurs...semangat aku, Naaak. Kau dah balek...Tok Lat, anak kau Tok Lat...anak kau...Amaaar...anak Emak. Dah besak anak Emak.

MENDADAK SEMUA ORANG BERKELUARAN MENUJU RUANG TAMU. TOK LAT BERDIRI DAN TERPAKU DI TEMPATNYA. NAH MUNCUL DENGAN MEMBAWA ANAKNYA. DISAMBUT DENGAN MERIAH OLEH SANAK KELUARGA DAN TETANGGA. BERBAGAI PERTANYAAN DIAJUKAN KEPADA AMAR YANG HANYA BISA MENJAWAB ALA KADARNYA. KEMUDIAN MATANYA TERPAKU PADA SANG AYAH YANG BERDIRI MEMATUNG DIDEPANNYA. IA MELEPASKAN TAS DAN DATANG MENCIUM PUNGGUNG TANGAN AYAHNYA.


klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya
Download Naskah Ini

Senin, 09 Mei 2011

MEREKA TELAH MEMBAKAR MEUNASAH KITA

MEREKA TELAH MEMBAKAR MEUNASAH KITA

karya:  Zakh Syairum Majid

( Seorang perempuan remaja memakai kruk berjalan tertatih-tatih ke tengah panggung. Berhenti Diam. Matanya menerawang jauh ke depan. Kemudian dia duduk di tengah panggung. Menangis terisak )

Aisyah
Emak akan pulang, kan ? Lihat, lihat aku telah menemukan beberapa butir peluru yang membuat Bang Yunus terkapar dan mati ? Peluru yang manghadiahkan kematian bagi Bang Yunus saat ulang tahunnya yang ke-25. Sebelum dia berangkat di pagi itu menuju Jawa, tempat dia menuntut ilmu.
Tapi mereka siapa, Mak ? Meraka siapa, Yah ? Orang –orang yang berbaju doreng itu ? Katanya, mereka datang hendak membebaskan kita dari penderitaan yang berkepanjangan ini ? Orang-orang itu menuduh Bang Yunus sebagai mata-mata, entah mata-mata siapa. Mereka hanya bisa menuduh tanpa alasan yang jelas, atau memang itu sudah tabiat mereka ?
Mengapa kita tak pernah merdeka, Mak ? Tapi, merdeka itu sebenarnya artinya apa, Mak ? Dan peluru tak mungkin bisa diajak bicara. Dan di Meunasah juga tak pernah diajari apa itu peluru, untuk apa peluru dan bagaimana cara membunuh dengan peluru.

( Dari dalam ada suara memanggil-manggil )



Noora :
Aisyah, Aisyah, dimana kau ? Hari sudah menjelang maghrib.

Aisyah :
Hari sudah menjelang maghrib ? Bagiku hari sama saja. Bagiku waktu sama saja. Penindasan dan kekejaman.




klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya
Download Naskah Ini

Markus (monolog)

naskah berikut ini adalah kiriman dari Zohry Junedi

MARKUS
(Monolog)


Karya
Zohry Junedi


(Sajana Muda ; Iwan Fals Mode On)
(berpakaian kemeja setengah rapi, saat terlintas kerut diwajahnya tergambar lelaki paruh baya itu sepertinya sedang stress)
Ohhh Tuhan!!! Kemana lagi saya harus melangkah, saya lelah… telah sekian hari saya mondar mandir mencari pekerjaan tapi tak ada perusahaan yang mau menghargai ijazah-saya, jangankan untuk menjadi seorang eksekutif muda jadi seorang kuli bangunan sajah saya ditolak mentah-mentah, alasan mereka sederhana sekali ‘….anak muda tampangmu tidak mengizinkan untuk menjadi seorang kuli kau akan merepotkan dirimu sajah…..’, tapi ketika lamaran kumasukkan ke perusahaan , mereka justru menjawab sebaliknya ‘
….anak muda lebih baik kamu jadi kuli sebab tampangmu tidak lulus akreditasi….’ . . . Sial mereka justru mengolok-olok saya!!!
(terdengar suara dentang denting besi…!!!!)
Lantas saya mau jadi apa?? Apa harus jadi Germo?? Akhhhh rasanya jawabannya akan sama saja dengan mereka ‘…anak muda tampangmu itu masih baby face mana ada perawan yang bakalan naksir kamu….‘ lho terus bwt apa saya sekolah tinggi-tinggi sampai gelar Sarjana Hukum ini menempel di belakang namaku, kalau pun harus jadi germo!! ternyata gelar ini justru merepotkanku sajah lebih baik saya tidak perlu sekolah jauh jauh meninggalkan kampoeng halaman , kalau tau dari dulu saja saya mengerjakan sawah milik pa’e dan bu’e , sekarang sawah dan ladang telah habis dijual untuk membiayai sekolahku, hufhhh nasib nasib….!!!!
Nama saya Marjuki lengkapnya Marjuki Kusdianto’ dengan sedikit penekanan di O’ , membuktikan bahwa saya berdarah jawa,(heee….) disapa akrab Juki atau teman2 didesa memanggil saya kus, Saya berangkat dari keluarga kecil tapi dengan cita2 besar, biaya sekolah dari SD hingga SMU mungkin bisa jadi hampir separohnya dari hasil jerih payah saya sendiri, pagi hingga siang saya sekolah , sorenya sehabis makan dan sholat saya bekerja di Gudang pengepakan sayur sayuran, semuanya saya lakukan karena saya ingin maju, melebihi kedua orang tua saya, saya ingin membahagiakan mereka seperti orang-orang lain, memberikan mereka rumah, membiarkan mereka istirahat dengan nyaman, dan menaikkan mereka haji, amien…. Seusai tamat bangku smu, saya sadar ternyata saya hanyalah keluarga miskin dan tidak pantas melanjutkan sekolah terlalu tinggi, huftt….akhirnya saya berpikir kembali untuk mengurungkan niat saya melanjutkan kuliah sebab jelas tuntutan biaya kuliah sangat mahal, belum lagi 12 orang adik saya masih kecil-kecil, mereka butuh biaya juga….!!! Tapi nasib berkata lain, tanpa sepengetahuan saya orang tua saya nekat menjual hampir separoh sawahnya dan beberapa ekor kerbau, hanya untuk menyekolahkan saya, saat itulah saya benar2 berjanji untuk serius dalam kuliah. (Dengan mata yang telah berawan gelap,tapi penuh mimpi!!!)
Saya dikuliahkan di fakultas hukum ternama di Universitas BBB alias Universitas Bukan Bintang Biasa, saya tumbuh menjadi mahasiswa yang begitu idealis, setiap ada kebijaksanaan yang dirasakan bertentangan dengan suara hati mahasiswa, mungkin saya adalah pelopor yang menentang pihak fakultas ataupun rektorat, ’…saudara-saudara mahasiswa!!!!...’ teriak saya lantang!!! ‘…..Pihak fakultas baru saja mengeluarkan kebijaksanaan sangat merugikan mahasiswa, merugikan kita semua, oleh sebab itu kawan2 semua mari sama2 kita bulatkan tekad satukan hati untuk menentang keputusan dekan sebab keputusan tersebut sama sekali tidak berdasar dan sangat merugikan mahasiswa, Setuju kawan2!!...’ spontan seluruh demonstran menyambut teriakan ‘…Setuju!!!...’ , ‘…. Kami tidak akan membubarkan diri sebelum tuntutan kami dikabulkan, satu komando satuu aksi!!!…’ seingat saya waktu itu matahari semakin terik, yang terus saja membakar emosi yang semakin kian memuncak karena perwakilan pimpinan belum juga keluar untuk memberi penjelasan, karena sepertinya tidak ada itikad baik dari pihak fakultas akhirnya emosi massa yang sudah pada posisi klimaks mendadak pecah… dipicu lagi salah satu mahasiswa mengaku dipukuli oleh satpam!!! Seperti tanpa aba-aba kami semua mulai brutal, dengan masa yang hampir mencapai 500san orang, kami semua menembus gedung, aparat yang menghadang kami serbu, kami pukul, barang2 administrasi kami hancurkan , semua pora-poranda . . . kondisi ruangan tak terkondisikan lagi, semua ba bi bu . . . beruntung ketika itu perwakilan pimpinan fakultas akhirnya keluar dibarengi beberapa orang dosen yang kelihatannya sudah begitu ketakutan, kelihatan dari wajahnya sepertinya mereka merasa terancam, pelan-pelan dengan nada sedikit gemetar “…saudara-saudara mahasiswa sekalian harap tenang, kami berjanji akan meninjau segala keputusan yang telah kami keluarkan, sekarang kami mohon kepada semuanya untuk membubarkan diri” huahaa… ketawaku dalam hati saat melihat jelas keringat dingin sebesar biji jagung para dosen tersebut. hmm, rasanya tak perlu saya sebutkan berapa banyak demonstrasi dan aksi lainnya yang kami lakukan untuk menentang segala peraturan yang dirasakan bertentangan dengan hati nurani rakyat terutama mahasiswa.
(terdengar suara dentang denting besi kembali, marjuki mulai berang!!!)



klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya
Download Naskah Ini

Nasib Jadi Babu (Monolog)

 naskah berikut ini adalah kiriman dari Zohry Junedi

NASIB JADI BABU
(Monolog Script)
karya:  Zohry Junedi

(masuk panggung berjalan santai dengan kacamata berdandan norak, sambil membawa beberapa tas besar, seperti telah berjalan jauh... melambai2kan tangan ala puteri Indonesia)

Huahahahaaa....

(kemudian meletakkan tas, sambil berbicara ia Trus langsung mengeluarkan alat make up, berdandan tambah menor)



Haduh nih make up luntur teyus, mang susah ya jadi orang klo terlanjur cuantik kyak akyu,huahaa...
(pemusik: Gubrakk!! Dari Hongkong cantik neng, wkwkwkw)

(pelan2 kemudian nada bicaranya mendadak cengeng)
Yee sirik aja yeee, aku sudah berjalan jauh, aku tidak punya tempat tinggal, sanak saudara sudah tidak ada lagi, dan meski wajahku terlihat tenang tapi sebenarnya aku kesepian , klo malam hanya dingin jadi persinggahan, dibawah malam aku tidur bersama rembulan sesekali meneteskan butir2 embun yang tak tertahankan, entahlah apa ini takdir Tuhan, hiks...hiks....
(pemusik: ikut meramekan tangisan, kemudian mendadak buyar rame2 mentertawakan MAMPUS wkwkwkw....!!!!)

(kemudian tersadar dan menghapuskan air mata)

Klo begini terus aku mau makan apa ya toh, mau makan batu atau makan tai.... aku harus kerja donk, kerja apa aja aku bisa kok, jadi penyanyi owkeh
(pemusik: mengiringi lagu Issabela)

Mau jadi apa lagi, jadi akuntan, walau begini aku hampir lulus jadi sarjana Ekonomi, 10 tahun lho aku kuliahh, dan akhirnya terselesaikan juga meski dgn sangat terpaksa, huahuaaahaa..... :p



klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya
Download Naskah Ini

Minggu, 08 Mei 2011

Gambar Cinta dari Atjeh

Lakon
Gambar Cinta dari Atjeh
Karya R. Timur Budi Raja



4 PENGUBUR MAYAT
Kami kuburkan ia. Semoga selamat sampai ke alamatMu. Semoga diterima di tanah yang lebih luas, dan tak ada penderitaan di hatimu. Saudara-saudara kami yang lahir, hidup dan mati lantaran penderitaan. Kami kuburkan ia, semoga tersenyum di sana, di tanah lapang yang tak ada penderitaan.

PENGUBUR 1
“Seperti kami, 50 tahun usianya dihidupi penderitaan, darah, kematian, orang-orang yang diburu dan dibantai oleh nasib buruk, ia melihat semuanya, seperti kami, ia pun pernah menjadi bagian dari orang-orang yang diburu itu. Matanya yang jernih tak mampu menahan genangan air mata yang ingin jatuh jadi gerimis.





klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya
Download Naskah Ini

Ayahku Stroke Tapi Nggak Mati

Lakon Drama Remaja
Ayahku Stroke Tapi Nggak Mati
(Suatu Hari di Bulan Januari)
Diinspirasi dari kisah Tawar Menawar dengan Tuhan
(Kelly Donald – TEEN INK)
Karya Joned Suryatmoko

DRAMATIC PERSONAE
  1. AYAH
  2. MAMA
  3. BRAM
  4. EMA




OPENING

RUMAH, DI DAPUR YANG MENYATU DENGAN RUANG MAKAN. PAGI HARI, MASIH SEPI. PEMAIN DIAM DI TEMPATNYA MASING-MASING. MAMA BERDIRI DI DEKAT PENGGORENGAN, AYAH DUDUK DIKURSI MAKAN NYRUPUT KOPI, BRAM BERDIRI DI DEKATNYA SEPERTI MAU MENGUCAPKAN SESUATU. EMA BERDIRI AGAK TERPISAH MENJADI NARATOR. SELAMA EMA BERCERITA TERDENGAR SUARA DETAK JAM.

EMA
Kalau aku memikirkan keluargaku, aku menganggapnya normal. Kedua orang tua bekerja, meski aku memanggil ibuku dengan sebutan mama dan memanggil bapakku dengan ayah. Tapi selebihnya memang benar-benar wajar. Keluarga dengan satu putri, satu putra, warna pagar rumah yang putih, dapur yang berdekatan dengan ruang makan selayaknya rumah keluarga lain. Kehidupan kami stabil dan mantap, sampai suatu hari di bulan Januari….

SUARA DETAK JAM BERGANTI DERING JAM WEKER.
SELURUH AKTIFITAS PAGI MULAI. SEMUA TERTAWA RIANG. SUARA PENGGORENGAN DI WAJAN MAMA LANGSUNG MENYAHUT SRENG…DARI KAMAR BRAM TERDENGAR LAGU POP BERISIK. EMA MUNDUR MENGHAMPIRI BRAM DAN AYAH.

BRAM (Sambil menarik kursi untuk duduk)
Tapi bagaimana mungkin ayah support MU kalau sebelum siaran langsung itu ayah sudah masuk kamar dan tidur.

EMA
Malah bagus itu! Ayah tidak ikut-ikutan berisik seperti kamu kalau nonton bola.

(mengejek Bram)

Gol….Gooollll.

BRAM
Cewek mana suka sama bola. Kamu yang berisik.

EMA
Eee…. Siaran langsung bola itu bikin hidup terbalik. Jam tidur dinihari dipakai melek, nonton bola. Makanya bangun siang.

BRAM
Siaran kemarin juga nggak dini hari kok. Aku bangun pagi.

EMA
Eee… dibangunin sama mama

(Pada Ibu)



klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya
Download Naskah Ini

Foging

Lakon Remaja
FOGING
Karya U. Nurochmat

PELAKU
1. Wahyu Tukang sol sepatu
2. Raban Pesuruh di balai desa
3. Bi Acih Pedagang di warung
4. Atin Pelajar SMP, anak Bi Acih
5. Hasan Mantri kesehatan



ADEGAN 1

PANGGUNG MENGGAMBARKAN SUASANA WARUNG BI ACIH PADA SUATU SIANG. JAM DINDING DI WARUNG ITU CUKUT JELAS TERLIHAT MENUNJUKKAN WAKTU PUKUL 13 LEWAT 7 MENIT. DI DEPAN WARUNG DEKAT TIANG TERONGGOK PIKULAN SOL SEPATU MILIK WAHYU. WAHYU SENDIRI SEDANG SIBUK MENGUNYAH GORENG PISANG.SEMENTARA RABAN SEDANG MENIUPI KOPI YANG DIHIDANGKAN BI ACIH.SEDANGKAN ATIN, YANG MASIH BERSERAGAM SEKOLAH, SEDANG MENCUCI GELAS DAN PIRING KOTOR DI SAMPING WARUNG. BI ACIH SEDANG MENGGORENG PISANG.

WAHYU (Mulutnya masih disesaki kunyahan goreng pisang)
Jadi, selanjutnya bagaimana kalau begitu?

RABAN (Mengaduk-aduk kopinya dengan sendok. Agak malas menjawab)
Ya, nggak tahulah. Tapi denger-denger, Senin besok akan dimusyawarahkan lagi.

BI ACIH (Tanpa menghentikan pekerjaannya, menoleh sebentar)
Wah, penduduknya keburu banyak yang mati kalo begitu. Masalah kecil saja, musyawarahnya harus beberapa kali.

ATIN (Membawa piring dan gelas yang sudah selesai dicuci lalu berhenti di samping ibunya)
Tadi di sekolah Atin sudah ada yang dipulangkan karena sakit. Katanya sih, kena DBD.

RABAN
Ya, gak tahu, itu urusan Pak Lurah, Tin.
(menyeruput kopi)
Saya, kan, cuma pesuruh. Maunya kita memang ingin serba cepat, tapi urusan para pejabat, kan tidak sesederhana itu.
(kepada Wahyu)
Betul, kan?

WAHYU (tersenyum menyindir)
ya, memang. Apalagi ini urusan nyawa, Kang! Kalau aparatnya gesit, tentu gak begini. Cuma ngurus pengasapan nyamuk saja perlu musyawarah berhari-hari.



klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya
Download Naskah Ini

Ibu Bumi

Naskah Lakon Remaja
IBU BUMI
Karya Candra Barong Harjanto



SUASANA PANGGUNG LENGANG, KASUR KAPAS DITENGAH PANGGUNG. SESEORANG (PEREMPUAN BIJAKSANA SETENGAH TUA) MENARUH LILIN/LAMPU MINYAK PADA POSISI DEPAN, POJOK-POJOK PANGGUNG, SAMBIL MENYEBAR BUNGA.

SESEORANG
Aku mulai dari sini, Tanah…………. Air,…………….. Udara.
Aku mulai dari sini, Tanah…………. Air,…………….. Udara.
Aku mulai dari sini, Tanah…………. Air,…………….. Udara.
Aku mulai dari sini, Tanah…………. Air,…………….. Udara.
Aku mulai dari sini, Tanah…………. Air,…………….. Udara.
Aku mulai dari sini, Tanah…………. Air,…………….. Udara.
Aku mulai dari sini, Tanah…………. Air,…………….. Udara.
Aku mulai dari sini, Tanah…………. Air,…………….. Udara.
Aku mulai dari sini, Tanah…………. Air,…………….. Udara.



TIGA ORANG MASUK LALU-LALANG, BERKATA
tanah……air,……… udara……. tanah……air,……… udara……. tanah……air,……… udara……. tanah……air,……… udara……. tanah……air,……… udara……. tanah……air,……… udara…….(semakin lama semakin cepat. Seseorang mendekati kasur, membersihkan kasur, merapikan, kemudian menariknya pelan-pelan. )

SESEORANG
tanah…… kembalilah ke tanah.air…..kembalilah ke air, udara………kembalilah ke udara.{di ulang 3 kali }tanah,air,udara.kembalikan aku kepadanya,sang pencipta.

TIGA ORANG
Bolehkah aku bertanya?

ORANG 1
eeeeee…..bo…..bo…..bolehkah aku bertanya, siapa kamu, ada sesuatu yang indah, sangat menarik darimi.

ORANG 2
Dari manakah kamu?

ORANG 3
Aku melihat orang-orang lalu lalang, tanpa tegur sapa. Seperti berhala-berhala yang minta dipuja-puja, apa itu yang disebut keramahan?

ORANG 1
Aku merindukan keteduhan jiwa.

ORANG 2
Aku mencarinya, berhari-hari, bulan, tahun, dan berabad-abad

ORANG 3
Siapa kamu, aku melihat sesuatu nasihat yang terukir dari surga,nasihat cinta

ORANG 1
Apakah kamu tanah………

ORANG 2
Kamukah air………

ORANG 3
Barang kali kamu tanah, air, udara, semuanya ada padamu

SESEORANG
Aku cinta, aku dari cinta, tempat kamu barasal dan akan kembali

TIGA ORANG
Aku cinta, aku dari cinta, tempat aku berasal dan akan kembali

SESEORANG
Orang-orang mulai lupa, dari mana mereka berasal dan kemana akan kembali. Orang-orang tinggalkan agama, orang-orang lupa Tuhannya.

TIGA ORANG
Aku cinta, aku cinta, betapa indah aku, aku cinta, akulah makna….

SESEORANG
Ya, Bila cinta adalah nafasmu
Aku ingin melarutkan diri di etiap detak jantung
Di saat helaan nafas sedih dan gembiramu
Aku ingin mengenang, bahwa udara mengawali cinta
Entah apa, dimana, bagaimana?
Aku ingin mengikuti jejak yang kau sunting lewat tanah
Menyemai benih kerinduan
Bila aku penguasa cinta
Akan aku berikan kasih dan sayang pada orang
Yang tulus memaknainya dengan keabadian
Agar yang terberai bisa bersatu

ORANG 1
Kamukah perempuan yang ku cari?

ORANG 2
Aku selalu mengenang dan merindukanmu



klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya
Download Naskah Ini

Bunga di Atas Awan-Awan

Bunga di Atas Awan-Awan
Atawa Cinta Dibalut Hitam
Karya Taufan S. Chandranegara

Dramawan : Aktor (Lelaki/Perempuan)



SEBUAH RUANG, JENDELA-JENDELA, SEBUAH MEJA, SEBUAH KURSI, SEBUAH JAMBANGAN BERHIAS BUNGA-BUNGA, HANYA ADA SEKUNTUM BUNGA PLASTIC DI DALAMNYA, SEORANG TOKOH SENDIRI DISITU ENTAH SEJAK KAPAN.

Cinta. Cinta. Cinta. Subjektif. Irasional. Objektif. Rasional. Cinta. Cinta.cinta. kuasa. Naïf. Egomania. Cinta. Cinta. Cinta. Oral. Sacral. Mesum. Pornoaksi. Pornografi. Cinta. Cinta. Cinta. Sepotong zaman yang dipotong seperti roti dibagi-bagi lewat sentra media-multi-promo-aksi. Globalisme. Isu. Cinta. Cinta. Cinta. Naziisme. Fasisme. Feodalisme. Kapitalisme. Anarkisme. Chaos. Cinta. Cinta. Cinta.



Ruang. Waktu. Niscaya. Kosong. Isi. Gundah. Cinta. Cinta. Cinta. Serikat. Partai. Komunitas. Persatuan. Koloni. Cinta. Cinta. Cinta. Cinta surga. Neraka. Mati. Hidup. Cinta. Cinta. Cinta….

Slogan. Yel-yel. Fanatisme. Fundamentalisme. Cinta. Cinta. Cinta. Cinta semua. Semua cinta. Dijual murah di swalayan dengan slogan besar pasar modal. Cinta. Cinta. Cinta. Menjadi paradoksal. Mencintai. Dicintai. Dalam format moralis segemntasi kulturasi, menjadi takdir, hak dan kewajiban. Cinta. Cinta. Cinta….

“ Bunga. Hehehe…. Ada keklisean dalam kalimat katakan cinta dengan bunga. Kenapa tak diganti dengan; katakan cinta dengan tai dalam huruf kapital! Untuk apa aku mencintai? Dengan huruf kecil saja; kamu tak mau memahami. Tak mau mendengar suara nuranimu, itu pun kalau masih ada. Apa sih nurani, cinta? Apa sih cinta? Hidup yang bernurani. Yang aku tahu, cinta adalah tai alias tai dalam huruf kapital adalah cinta. Atau perlu aku membuat semacam federasi atawa serikat cinta. Apa mungkin cinta dilembagakan macam itu? Dibuatkan semacam grup seperti kelompok musik rock atau dangdut. Apa iya cinta kemudian menjadi esensial meng-instal isme dalam kurun waktu kemudian menjadi eksistensialis? Akh? Apa iya!?.”

Bener neh ente jatuh cinta dengan pacar ente. Bener neh ente semua bercinta karena cinta. Bohong! Pasti dengan nafsu kuda pacuan menuju maksimalisasi kemenangan, meski sebetulnya ente memacunya dengan steroid yang diminum sehari tiga kali karena mengandung vitamin B1 atawa B2 dan seterusnya plus plus diramu ginseng dari sebuah negeri. Lalu Jas jis Jos! Iya, kan? Malu? Rahasia? Jas Jis Jos kok rahasia.

Cinta. Cinta. Cinta. Penuh rahasia. Misteri. Klasik. Fenomenal. Birahi tanpa cinta adalah hal biasa. Tapi cinta tanpa birahi adalah omong kosong. Kenapa? Tanyalah pada kata hati. Kalau masih ada kata hati. Kalau masih punya kata hati.

“Sulit ya, Bunga. Mau punya cinta kok sembelit hehehe…. Apa? Maksudmu? Ya. Ya. Aku tak paham. Ya, o ya! Yang itu maksudmu. O… aku tahu sekali, meski agak kurang kenal. Kenapa? Suaramu keras sedikit. O…. ya, ya. Maksudmu seperti lagu-lagu protes yang pernah ada, kemudian mati setelah mengenal sistem, gincu! Kalau yang itu aku tak kenal. Karena yang ditulis belum tentu sesuai dengan perasaan cintanya pada….

“Bunga, jangan potong kalimatku. Aku feodal. Aku gampang tersinggung. Aku sedang berpura-pura jadi proletar supaya agak manusiawi sedikit. Piye? Lho! O, iya…. Hahaha Hm…hm… tidak. Baik. Baik sekali…. Tergantung bagaimana kita mencintainya, kan?”

“Bukan!?. O, bukan itu. Jadi darimana aku emmulai yang disebut cinta tadi, my dear Flower Generation? Dari awal sampai akhir atau dari akhir menuju awal!? Salah? Piye toh. Lho…toh? Tadi anda bilang saya harus merasakan cinta sebelum layu berkembang. Sekarang Anda


klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya
Download Naskah Ini

Arloji

Lakon Remaja
Arloji
Karya P. Hariyanto


PARA PELAKU

  1. Jidul Anak laki-laki berumur 15 tahun
  2. Pak pikun Pembantu rumah tangga berumur sekitar 40 tahun
  3. ibu Nyonya rumah berumur sekitar 42 tahun
  4. Tritis Gadis berusia 18 tahun



KISAH INI TERJADI DI SEBUAH KAMAR DEPAN KELUARGA YANG CUKUP TERPANDANG. TERDAPAT BERBAGAI PERLENGKAPAN YANG LAZIM DI KAMAR TAMU SEMACAM ITU, NAMUN YANG TERPENTING IALAH SEPERANGKAT MEJA DAN KURSI TAMU. PADA KIRA-KIRA PUKUL 09.00 DRAMA INI TERJADI.

DENGAN PENUH KERIANGAN, SI JIDUL MEMBERSIHKAN MEJA DAN KURSI-KURSI. KEPALANYA MELENGGUT-LENGGUT, PANTATNYA BERGIDAL-GIDUL SEIRAMA DENGAN MUSIK DANGDUT YANG TERDENGAR MERIAH. JIDUL TERKEJUT KETIKA MUSIK MENDADAK BERHENTI.


PAK PIKUN (muncul, langsung menuju ke arah Jidul)
Ayo! Mana! Berikan kembali padaku!Ayo! Mana!

JIDUL (ber-ah-uh, sambil memberikan isyarat yang menyatakan ketidakmengertiannya)

PAK PIKUN
Jangan berlagak pilon! Siapa lagi kalau bukan kamu yang mengabilnya? Ayo, Jidul, kamu sembunyikan di mana, heh?

JIDUL (ber-ah-uh, semakin bingung dan takut)

PAK PIKUN
Dasar maling! Belum sampai sebulan di sini kamu sudah kambuh lagi, ya? Dasar nggak tahu diri! Ayo, kembalikan kepadaku! Mana, heh?

JIDUL (meringkuk diam)

PAK PIKUN (semakin keras suaranya)
Jidul! Kamu mau kembalikan apa tidak? Mau insaf apa tidak? Apa mau ku panggilkan orang-orang sekampung untuk mencincangmu, heh? Kamu mau dipukuli seperti dulu lagi? Ayo, mana?

IBU (Muncul tergesa-gesa)
Eh, ada apa Pak Pikun? Ada apa dengan Jidul?

PAK PIKUN
Anak ini memang tidak pantas dikasihani, Bu. Dia mencuri lagi, Bu!

IBU
Mencuri? (tertegun). Kamu mencuri, Jidul?

JIDUL (ber-ah-uh sambil menggoyang-goyangkan kepala dan tangannya)

PAK PIKUN
Mungkir, ya? Padahal jelas, Bu! Tadi saya mandi. Setelah itu, arloji saya tertinggal di kamar mandi. Lalu dia masuk, entah mengapa. Lalu tidak ada lagi arloji saya, Bu.

IBU
O, arloji Pak Pikun hilang, begitu?

PAK PIKUN
Bukan hilang, Bu! Jelas dicurinya! Ayo, ngaku saja! Kamu ngaku saja, Jidul!

JIDUL (ber-ah-uh mencoba menjelaskan ketidaktahuannya)

PAK PIKUN
Masih mungkir? Minta ku pukul?

IBU
sabar, Pak Pikun! Sabar!

PAK PIKUN
Maaf, Bu. Ini biar saya urus sendiri! Kamu baru mau ngaku kalau dipukul, ya? Sini! (Mau memukul si Jidul).

SI JIDUL (Meloncat, lari ke luar dikejar oleh Pak Pikun)




klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya
Download Naskah Ini

MALIN -The End Scene

Lakon Remaja
MALIN
-The End Scene
Karya M.S. Nugroho




CUPLIKAN NASKAH: 

BADAI MENGGERAM, SUARA MALIN TERTAWA LANTANG.

MALIN
Tidak. Aku tidak punya bunda seperti kau!

BUNDA
Malin, dosa apa setan apa. Kau tak kenal bunda sebanyak bumi. Nyawamu
tumbuh dari hembus nafasku. Wajahmu terpahat dari belai kasihku. Darahmu
mengalirkan air susuku. Sudahlah. Jika kau bukan anakku, kembalilah ke
kapalmu. Jika engkau benar anakku, kembalikan air susuku. Kembalikan.
Jika kau tak mampu, jadilah saja kau batu! Batulah engkau, batulah engkau!



MALIN
Bunda, benarkah engkau itu Bunda?

DALANG
Duh, Bunda si Malin Kundang
Telinga terbakar, hati berdarah
Mulut mengutuk anak tersayang
Langit keramat tersentak dan jadilah...

PENYANYI
Halilintar mencambuk lautan, maka kutukan jadilah perwujudan.

BUNDA TERTAWA KESURUPAN

DALANG
Tapi sekejap kemudian sadarlah BUNDA.
MALIN telah lenyap dari pandangan.
Tinggal sebongkah batu kesepian.
Air mata jadi rinai hujan.

PENYANYI
Tiga belas burung camar berputaran
Dengan paruh teriakan bersahutan
Kini udara menjadi mantra kutukan
Terpendam dari senja kesedihan

BUNDA
Malin! Malin! Malin! Di manakah engkau, Anakku? Malin, apakah engkau
mendengarku? Malin, jawablah. Sembunyi di mana, diam di mana, Anakku?
Jawablah. Aku yakin, kau mendengarku. Tidak bisa tidak, kau pasti mendengar aku. Dengarlah. Peluklah Bunda kau sekarang. Katakan kau merindukan aku. Ayo lakukan. Kalau tidak, buat apa aku hidup. Aku menjaga nafasku untuk mencium kening kau. Kalau Bunda tak kau jawab, sia-sialah kuhirup nafasku sendiri. Dan baju sang maut akan lebih layak
kukenakan. Upacara kematian di depan mata anaknya sendiri yang tak tahu diri. Kau lihat, Malin. Tongkat ini masih cukup tajam untuk menusuk jantung renta ini. Kau kuhitung sampai sembilan untuk datang kepadaku. Karena kau telah datang ke pangkuan bunda melalui sembilan bulan eraman rahimku. Bersiaplah, aku mulai menghitung dari angka paling akhir.

Sembilan.... Malin, baiknya, maafkan Bunda. Bunda tak sengaja, Sayang. Ini tak sengaja. Ini seperti teriakan sakit ketika gigi susumu menggigit putingku. Aku sakit kepada diriku sendiri, bukan kepada kau. Delapan... Mana mungkin seorang ibu menyakiti anaknya. Untuk apa perjuangan melahirkan kau kuhapus sendiri dengan mengusir kau. Untuk apa Bunda mempertaruhkan nyawa kalau untuk membenci kau. Untuk apa Bunda membanting tulang untuk kau. Tujuh.... Kalau pada akhirnya harus mengutuk anaknya. Untuk apa? Malin, itu bukan Bunda. Sekarang, inilah Bunda, Malin. Bunda yang rela kakinya berdarah-darah, naik-turun gunung, jutaan hasta untuk menatap wajahmu. Enam.... Inilah Bunda, Malin. Bunda
yang sabar sendirian menunggu ratusan malam di tengah udara jahat dan tamparan hujan untuk menyambut kedatangan kapal kau. Lima....

Inilah Bunda, Malin. Bunda yang rela mencium kaki kau dan bahkan berubah menjadi batu supaya kau tersenyum. Empat.... Bunda bersungguh-sungguh untuk membunuh diri jika kau tak menjawab, Malin. Tiga.... Apakah kau benar-benar telah menjadi batu? Telinga kau menjadi batu dan hati kau juga menjadi batu? Dua.... Sampai hitungan kesekian kau tidak
juga menjawabku, Malin? Apakah Bunda terlalu hina untuk kau? Satu.... Ini sudah masuk hitungan terakhir. Kau di mana? Kau memang batu. Aku mengajari kau menjadi lautan, kau malah menjadi batu. Aku akan.... Ini detik terakhir.... Nol....Nol.... Nol.... Malin, kau sangat tega, ya? Ini kau sudah putuskan. Baiklah, mungkin ini yang terbaik. Bunda memang bersalah.

Bunda memang telah mengutuk kau. (Mengoyak-ngoyak bajunya sendiri) Badan ini memang tak layak sebagai seorang bunda. Jantung ini memang baiknya diam selamanya untuk minta ampun pada kau. Bunda memang pantas mati untuk menebus kesalahan Bunda. Darah ini akan menjadi saksi. Nyawa ini untuk kau, Malin!

BUNDA MENUSUK JANTUNGNYA SENDIRI.

DALANG
Duh, derita mana bisa kalahkan derita bunda
Derita bunda karena kasih kepada putranya
Dipalingkan dan dicampakkan putranya sendiri
Putra yang tak menganggap bundanya lagi



klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya
Download Naskah Ini

Cahaya Rembulan

Lakon Remaja
Cahaya Rembulan
oleh Rusmila

DRAMATIC PERSONAE
  1. - Abdullah (Lelaki)
  2. - Fatimah
  3. - Aisyah
  4. - Hasan
  5. - Bi Inah
  6. - Lelaki Berjubah Putih
  7. - Bartender
  8. - Teman bartender
  9. - Sopir
  10. - Petugas rumah sakit




PROLOG

LELAKI ITU DUDUK SENDIRIAN DI SUDUT PUB DENGAN SEBATANG ROKOK YANG TERSELIP DI JEMARINYA. SEBENTAR-SEBENTAR BOLA MATANYA MENGERJAP SERAYA MENGGELENG-GELENGKAN KEPALA, SEOLAH HENDAK MENGENYAHKAN PIKIRAN YANG MEMENUHI ISI KEPALANYA. INGIN IA LARI DARI SEMUA PERSOALAN, MEMBEBASKAN DIRI DARI SEGALA MACAM BEBAN YANG MENDERA. AKAN TETAPI, LELAKI ITU TAK PERNAH BERHASIL.

BABAK I
DI PUB BAR

ABDULLAH (Sambil setengah mabuk)
Hei … bartender, tambaah lagi birnya!

BARTENDER MENUANGKAN BIR KE GELAS LELAKI ITU

LELAKI (Meneguk bir di gelasnya dengan sempoyongan)
Ka … mu tau, siapa saya he … he?

SAMBIL MENEPUK DADA. BARTENDER HANYA TERSENYUM
LELAKI
Sa … ya, sa … ya seorang lelaki sukses. Kamu, kamu tau, perusahaan saya besaaar sekali. Istri saya artis top. Anak-anak saya cantik dan ganteng. Saya punya uang banyak, berlimpah.

BERDIRI SEMPOYONGAN. LELAKI ITU KEMBALI MEYODORKAN GELASNYA YANG SUDAH KOSONG.

BARTENDER (Memegang bahu lelaki)
Tuan sudah mabuk, sepuluh gelas sudah cukup, Tuan. Sebaiknya Tuan pulang saja.

LELAKI (Menepis tangan bartender)
Pulang …? Mabuk …? Akh, … kau gila. Aku tak mungkin mabuk. Aku ini ….

LELAKI TERJATUH. SI BARTENDER DAN BEBERAPA PEGAWAI PUB ITU SEGERA MENGGOTONG LELAKI ITU KELUAR. MEREKA MENCARI SOPIR LELAKI ITU YANG SETIAP MALAM SETIA MENEMANINYA.




klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya
Download Naskah Ini

ELEGI MUSIM PANAS

ELEGI MUSIM PANAS
Karya : Chandra Kudapawana


DI SEBUAH RUANG TAMU RUMAH MEWAH. FURNITURE SERBA MENGKILAP MENGHIASI SETIAP SUDUT RUANG ITU. MEJA, LEMARI, KURSI, SEMUANYA TAMPAK MAHAL DAN BERKELAS. TAK KECUALI LEMARI KECIL TEMPAT BERDERETNYA MINUMAN-MINUMAN BERALKOHOL KELAS ATAS. SIANG HARI MUSIM KEMARAU. NIKOLAS TENGAH MENUANGKAN ANGGUR KE DALAM SLOKI. SEMENTARA TAK JAUH DARI SANA, NITA DUDUK TERMENUNG. TAK BERGAIRAH.

NIKOLAS (MENEGUK ANGGUR DARI SLOKI)
Mantap! Ini baru namanya anggur. Beda sekali dengan produk-produk local. Buatan luar negeri memang lebih bagus. (MENUANGKAN LAGI ANGGUR DALAM BOTOL).

NITA (MELIRIK. MENARIK NAPAS)



NIKOLAS
Dari mana kau dapatkan anggur sebagus ini?

NITA
Sudahlah, Nikolas. Jangan terlalu banyak minum tidak baik untuk kesehatanmu.

NIKOLAS(SEMPOYONGAN MENGHAMPIRI NITA)
Alah! Kau ini macam orang tua saja. Lalu buat apa kau bawa anggur-anggur itu kalau
bukan untuk dinikmati. Sekedar pajangan saja, begitu?

NITA
kalau iya, mau apa?

NIKOLAS (TERTAWA NGAKAK)
Nita, Nita. Kau ini ada-ada saja, anggur selezat itu hanya sekedar pajangan? Menurutku, anggur itu ibarat seorang wanita cantik. Tidak akan puas kalau hanya dilihat saja, ada trik-trik tertentu untuk menikmatinya. Pertama buka dulu seluruh pakaiannya agar kita bisa melihat halus kulitnya, kedua biarkan menari-nari erotis, ketiga sentuh dia dengan lembut dan yang keempat kau juga sering merasakannya, bukan? (BERGERAK SEPERTI MAU MEMELUK TUBUH NITA)

NITA
Nikolas! (MENGHINDAR) harus berapa kali aku katakan jangan terlalu banyak minum. Kau selalu saja ngomong ngawur kalau sudah mabuk.

NIKOLAS
Lho! Aku tidak mabuk, sayang. Kalau kau tidak percaya bisa tanyakan pada kyai atau ulama tentang apa yang aku katakan tadi.

NITA




klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya
Download Naskah Ini

Nafas (Samuel Beckett)

Lakon pendek Samuel Beckett
NAFAS (Breath)

Layar
1. Di atas panggung bercahaya redup berserak beraneka macam sampah/rongsokan. Dibiarkan sekitar 5 detik.
2. Lamat-lamat tangis pendek dan tiba-tiba terinsspirasi dan secara pelan-pelan cahaya meningkat bersama-sama mencapai maksimum dalam waktu sekitar 10 menit. Sunyi dan dibiarkan sekitar lima detik.
3. Waktu berakhir dan pelan-pelan cahaya berkurang mencapai minimum secara bersamaan (cahaya sebagaimana di 1) dalam sekitar sepuluh detik dan tiba-tiba tangis seperti sebelumnya. Sunyi dan dibiarkan sekitar lima detik.
Layar





klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya
Download Naskah Ini

Lidah Tak Bertulang

Lakon Remaja
LIDAH TAK BERTULANG
Karya Drs. U. Nurochmat


PELAKU
1. IRMA Pelajar SMP
2. ESTI Pelajar SMP
3. JANET Pelajar SMP
4. RENI Pelajar SMP (siswa baru)

Drama berlangsung dengan latar di sebuah warung yang mangkal di pinggir jalan di depan sekolah. Namun warung tersebut masih tutup. Pagi itu cukup cerah ketika Lena, Esti, Janet, dan seorang siswi baru sedang duduk-duduk sambil berbincang-bincang. Irma datang tergopoh-gopoh karena kesiangan.



ADEGAN I

IRMA (heran melihat teman-temannya malah berkumpul di warung Pak Edi)
Hei, kok, masih pada mejeng di sini?
(memandang ke arah kiri panggung)
lho, sekolah kita sepi?
(Esti tidak jadi menjawab karena Irma langsung memotong)
Sebentar-sebentar …
(meletakkan telunjuk menyilang di bibirnya seraya berpikir)
Ini pasti ulah guru-guru kita.
(menatap satu persatu teman-temannya dengan hati-hati)
Mereka sedang rapat, kan?

ESTI
Memangnya kemarin kamu tidak membaca pengumuman di mading? Ketua kelas kita saja mengumumkan di depan kelas.

IRMA
Gimana mau baca? Aku kan nggak masuk sekolah.

JANET
Makanya kalau sekolah yang rajin, sehingga tidak ketinggalan informasi.

IRMA (Menyadari ada anak baru, Irma meliriknya)
Ini siapa, ya?

ESTI
Oya, aku sampai lupa. Kenalkan, ini Reni.
(pada siswi baru)
Ren, kenalkan ini teman kita Irmawati.
(Irma dan Reni bersalaman)

RENI
Reni Ambarsari.

IRMA
Irmawati. Kamu siswa baru di sini?
(Reni mengangguk dengan ramah)
Pindahan dari mana?

RENI
Aku pindah dari Bandung. Dari SMP Negeri 2.

ESTI
Kalian berbincang-bincang dulu, ya! Aku kangen sama toilet dulu.

JANET
Huh, dasar beser! (mengiringi kepergian Esti)




klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya
Download Naskah Ini