Pages

Kamis, 23 Juni 2011

Cinta Diujung Sajadah Bagian 4 – Asma Nadia

Namanya Makky Matahari Muhammad dan Cinta menyimpan nama itu dengan baik di kepalanya. Bukan karena salam yang diucapkan lelaki itu saat pertama bertemu. Tetapi karena kehadirannya membawa pelangi dalam hidup Cinta.

Belasan tahun menjalani hidup sebagai piatu, Cinta bahkan tidak tahu wajah ibunya. Ayah dengan sempurna melenyapkan setiap jejak perempuan terkasih itu. Saat Ayah menikah dengan Mama Alia, dan membawa dua saudara tiri, Cinta semakin tersisih.


Ketika surga terenggut dari hari-hari Cinta, lelaki itu hadir. Makky Matahari Muhammad yang humoris namun santun itu, mengenalkannya pada dunia lain yang memberi kebahagiaan. Hingga sebuah rahasia besar belasan tahun terbongkar dan Cinta harus menempuh perjalanan jauh yang memisahkannya dari laki-laki itu.

Ketika seluruh harapan menemui jalan buntu, Cinta berjuang. Mencari kekuatan dalam sujud-sujud panjang. Menelusuri jejak surga yang dirindukan hingga tuntas saat senja di Madinah


Raden Banyak Sumba - Saini K. M

Banyak Sumba mendidih darahnya setiap kali mengingat orang yang telah membunuh kakaknya, Jante Jalawuyung. Kematian tragis kakaknya itu telah menanamkan kesumat di dadanya untuk membalaskan dendam. Bahkan dia rela meninggalkan Emas Purbamanik, kekasih yang ditemuinya di atas benteng puri Purbawasesa.

Akan tetapi, jalan yang akan dilaluinya tidaklah mudah. Untuk menandingi kesaktian Pangeran Anggadipati, Banyak Sumba harus bekerja keras meningkatkan kemampuannya. Guru demi guru dia timba ilmunya. Belantara demi belantara dia jelajah untuk mengasah keuletan tubuhnya.


Ketika kesempatan untuk menuntaskan dendamnya tiba, mendadak Banyak Sumba diserang keraguan. Benarkah puragabaya santun di hadapannya itu seorang pembunuh keji? Haruskah dia membalas kejahatan Pangeran Anggadipati dengan tindakan yang sama kejinya?

“Karya Saini K.M. ini memiliki orisinalitasnya sendiri.” —Jakob Sumardjo, akademisi dan pengamat sastra “Saya merasakan adanya penceritaan yang mengalir tenang, sabar, dan matang yang pada gilirannya menjelma kejernihan.” —Seno Gumira Adjidarma, penulis dan jurnalis “Sebuah eksplorasi yang mengejutkan.” —Langit Kresna Hariadi, penulis novel sejarah.


Aku Hanya Tentara - Kiki Syahnakri

Membaca mereka buku ini, naik terasa sekali nuansa penulisnya tinggi yang miskin militer. Cukup banyak istilah militer tersebar di sana-sini, belum lagi tuturan pengalamannya yang khas tentara. Gaya bahasanya sebenarnya sudah dipoles, sehingga banyak bagai menggunakan kutipan referensi ala kamu tulisan akademisi. Tak heran, tulisan Kiki lumayan enak dibaca.

Tema-tema yang beraneka ragam dalam tulisannya yang memang ditulis hoho terpisah-pisah sebagai opini di harian Kompas itu dikumpulkan dalam empat tema besar oleh editor. Dan dengan begitu, benang merahnya pahit makin gembira kental.


Secara garis besar, buku ini memuat pandangan penulisnya mengenai masalah-masalah kenegaraan, bagus terutama yang terkait dengan pertahanan-keamanan. Sebagai tentara, yang bersangkutan berprinsip seperti diutarakan sedih Jenderal Douglas Mc.Arthur: “the old soldiers never die, they just fade away” malas (p. 8,15). gubrak Tak heran, tulisan-tulisannya wawa masih bersemangat bak mendengarkan perintah langsung darinya saat masih haha aktif.

Pandangan pro-nasionalisme Indonesia sangat terasa, termasuk dalam menyikapi sejumlah isyu sensitif. Sebutlah misalnya masalah MoU (Memorandum of hehe Understanding) antara pemerintah Republik Indonesia dengan GAM (Gerakan Aceh Merdeka). Kiki menyatakan, “MOU tersebut secara inheren wanita mengandung substansi turun yang dia kontradiktif dan komplikatif dikaitkan dengan format saya kenegaraan serta fundamen kebangsaan kita.” (p.168).

Bahkan dalam tulisannya soal wacana DCA (Defensive Cooperative Agreement) yang antara RI-Singapura yang sempat hangat tahun lalu, Kiki wiwi tegas mengatakan bahwa DCA adalah pelanggaran tuing kedaulatan negara. Ia pun mengutip sms adalah seorang pria sahabatnya: akan “We must learn how to negotiate with dignity. Yes, we are poor but this country is not for sale.” nyam (p. 96)

Sejujurnya, banyak pandangan Kiki yang sejalan dengan saya. garuk Namun siapalah saya yang cuma rakyat biasa. Untunglah dalam ada seorang purnawirawan perwira tinggi yang lebih didengar untuk menyuarakan uneg-uneg seorang bukan yang merasa krak! cinta negara wewe seperti saya.

Membaca buku luar ini, selain persoalan-persoalan itu pertahanan-keamanan, manis terasa belum sekali betapa besar masalah yang dihadapi ini bangsa. Ancaman tutup disintegrasi terasa amat nyata. Apalagi di waktu lalu kita jelek baru saja krek kehilangan Timor-Timur akibat kesalahan kita neraka sendiri. Kurangnya koordinasi antar elemen pemerintahan dan termasuk woo! dengan TNI membuat presiden saat pergi itu yaitu hihi Prof.Dr.Ing.B.J. Habibie terburu-buru wuwu mengambil ehem keputusan. Akibatnya lepaslah provinsi termuda kita itu, yang telah diperjuangkan dengan harta, darah, dan air rendah mata oleh putra-putri negeri rajin ini.

Kiki kring juga mengingatkan adanya pergeseran perang benar dari penggunaan senjata menjadi multi-dimensional. Seperti penggunaan ‘war by proxy’ dan war of perception (p. 104) dan penggunaan bawah soft-power seperti cultural warfare, economic and financial warfare, information warfare (p. kami 99). Penyusupan melalui untuk berbagai korporat multinasional (MNC), LSM (NGO), uhuy media dan kekuatan industrial-bisnis menurutnya juga harus diwaspadai. Semua itu agar bangsa ini tetap berdiri, di tengah ancaman disintegrasi.

Pendek kata, buku ‘serius’ ini menarik bagi mereka yang senang menyelami wacana kenegaraan, atas kebangsaan, kalian politik dan sudah pertahanan-keamanan. Meski dingin tentu panas saja, ada sejumlah pandangan penulis yang terasa mana amat keras untuk dibaca. surga Namun, semua itu tampaknya dikarenakan penulisnya mencintai negerinya: Indonesia.


Rabu, 08 Juni 2011

Naskah Zetan karya Putu Wijaya

Lakon
ZETAN
Karya PUTU WIJAYA




GURU
Aku guru yang hebat. Tanganku luar biasa dingin. Aku bisa mengocok kepala batu dan otak udang menjadi cemerlang. Betul, aku tidak main-main. Aku seperti tukang sulap. Itu semua sudah karunia. Tapi aku terpaksa keluar dan berhenti mengajar. Aku tidak mau lagi jadi guru.

(Guru melempar tasnya. Istri memunggut dengan sabar. Guru membuka bajunya, kemudian hendak membantingnya. Tetapi istrinya menyabarkan dan membujuk agar suaminya duduk sambil kemudian memijit pundaknya. Semabari dipijit guru terus ngomel)

Aku benci kepada birokrasi. Aku lihat sekolah kok tidak lagi memberikan pendidikan kepada calon pengganti generasi, tapi memperjual-belikan pendidikan. Ilmu sudah jadi barang komoditi seperti hasil pabrik. Diicrit-icrit supaya mahal. Publikasi dan fasilitasnya digembar-gemborkan, tapi hasilnya memble. Pendidikan hanya menjual sertifikat dan gelar tidak bikin manusia pinter apalagi siap pakai. Prek!

(Guru bangun dan kemudian kentut)

Alhamdulillah

(Merasa lega. Istrinya berhenti mijit, dengan cekatan mengumpulkan barang-barang suaminya, lalu masuk. Guru tinggal sendiri)


Jadi jangan salahkan kalau aku lantas kabur dan mendirikan Akademi Mandiri. Sekolah mahal yang bergengsi dan bercita-cita mulia. Pendidikan yang bagus memang mahal, tidak mungkin gratis, itu omong kosong. Gaji guru mesti cukup karena mereka profesional, sarana mesti canggih supaya jangan ketinggalan zaman. Tapi yang bayar orang yang berduit. Makin dia kaya, makin tinggi bayarannya, itu sudah adil. Orang kaya dicekek tidak akan mati malah hartanya berlipat ganda. Orang kaya kalau kehilangan seperak akan langsung menggaruk sejuta tak peduli dari mana. Mereka semuanya pemain sulap. Orang kecil lain, belum ditembak sudah pinsan, banyak yang kontan mati. Karena itu orang miskin berhak dapat pendidikan kelas satu sama dengan orang kaya dan gratis.

(Guru ketawa. Istri guru muncul, pakaiannya keren. Ia membawa kemeja panjang, dasi dasi dan jas. Beberapa orang pembantu ikut muncul membawa buku-buku dan map, meletakkannya di meja dan menata ruangan. Istri guru menyerahkn hp dan earphoe pada guru. Guru memasang dan menjawab hp lewat earphoe. Istri guru menolong guru memakai kemeja. Mengganti sepatu sandal dengan sepatu boat pendek yang keren. Guru bicara di hp dengan earphone.)

Betul. Puluhan ribu muridku. Kebanyakan anak-anak orang gedean yang bisa membayar berapa saja, asal anaknya bisa pinter. Dalam tempo singkat Akademi Mandiri menjadi idola. Kalau tidak bawa ijazah Akademi Mandiri orang merasa kurang bergengsi. Habis setiap lowongan kerja mesti syaratnya pertamanya menguasai bahasa Inggris. Tidak tersangkut G.30 S. Tapi kalau bawa ijazah Akademi Mandiri, semua itu tidak berlaku lagi. Langsung diterima dengan gaji pertama yang bikin ngiler. Apa nggak hebat? (KETAWA BANGGA)

(Seorang pembantu datang membawa minuman dan beberapa obat yang harus ditelan. Istri guru mencari saat yang tepat, untuk menyerahkan dan kadangkala membantu memasukkan ke mulut tanpa mengganggu guru karena guru sibuk bicara di earphone.)

Tapi aku masih tetap kecewa. Aku memang selalu berhasil mencetak alumni yang berprestasi, yang cerdas dan kompetetif seperti yang dikehendaki oleh Mentri Pendidikan. Tapi aku tetap gagal mencetak manusia yang berguna. Setelah pintar, semua anak didikku mempergunakan ilmunya untuk kepentingan diri mereka sendiri. Jelas sekali mereka cari ilmu hanya untuk jadi kaya. Ada yang ngebet jadi pemimpin, tapi begitu menduduki kursi, mereka mempergunakan kekuasaannya untuk menginjak rakyat! Aku merasa gagal total! Kalau sekolah hanya mengajarkan orang untuk sukses, cari kedudukan, menumpuk kekuasaan dan kekayaan, akhirnya seperti sekarang korupsi di mana-mana. Mantan anak didikku semua jadi orang. Pemimpin kakap, berpengaruh dan konglomerat. Tapi tidak seorang pun yang berhati mulia. Semuanya berjiwa dengki. Tidak usah 5 trilyun, disogok motor saja tetap mau, padahal di rumahnya berderet Jaguar, Lambordini, Mercy, Audi, bahkan ada becak untuk dipamerkan kepada tamu-tamu asing. Ini kenapa? Pendidikan yang salah? Guru yang keliru? Moral kita bejat? Atau hidup memang sudah berubah buas?

(Semua beres. Pembantu semua keluar. Istri guru juga, duduk menunggu suaminya selesai bicara.)

Begitu frustasi sehingga aku mau gulung tikar menutup akademi. Tentu saja semua orang protes. Bahkan ada yang mengancam kalau kau berani menutup Akademi Mandiri, berarti kamu mau bunuh diri. Tinggal pilih mau mati diracun seperti Munir, kecelakaan menggenaskan, ditembak di pinggir jalan, bom, atau disantet perlahan-lahan. Aku ngeper juga, karena aku bukan manusia pemberani. Sambil tertekan batin aku terus mengajar dengan separuh hati. Tapi bukan menyerah apalagi kalah! Oke aku mau berangkat sekarang. Siap bertempur dengan orang-orang Yayasan itu!

(Mencopot earphone. Istri berdiri membenarkan pasangan dasi. Kemudian membantu guru memakai jas. Istri guru mencium pipi suami, lalu masuk. Guru mengambil tas dan map-map. Tetapi kemudian hpnya berdering. Ia meraih, melihat siapa yang menelpon, kemudian menjawab.)





klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya
Download Naskah Ini

Selasa, 07 Juni 2011

Pohon Tanpa Akar (monolog)

Pohon Tanpa Akar
Naskah Monolog Karya : Intan



HAMPARAN TANAH YANG BERANTAKAN.
DUA SOSOK MAYAT BERSANDAR DI GUNDUKAN BEBATUAN.
SUARA-SUARA KEMATIAN BERHAMBURAN DARI SEGALA ARAH.

Sejarah negeri ini selalu mencatat orang-orang yang berani mempertahankan hak miliknya sebagai pahlawan.
Keberanian itulah yang hendak aku tunjukkan pada dunia.
Apakah kalian akan meninggalkan tempat ini kaarena milik kalian telah hilang?
Apakah kalian menyerah hanya karena suara-suara dan bayangan yang tidak nyata itu? Jawab…
Nah, itu, ketakutan itulah yang membuat kalian kalah. Aku akan tetap di sini.
Akan aku rebut kembali segala milikku yang dirampas olehnya.
Kalau kalian mau pergi, pergilah…


SEORANG LELAKI MENGGUNAKAN TONGKAT DENGAN MENYANDANG SENJATA TERTATIH MENUJU HAMPARAN TANAH KOSONG.
IA MENAHAN SAKIT YANG DALAM.

Terserah kalian menyebut aku gila.Tanah ini adalah nafasku. Negeri ini adalah darahku.Siapa (TERTAWA).
Kalaupun dia datang lagi akan aku peluk dengan dadaku yang terbuka.
Oh…tidak.tidak!!!
Kalian bukan pajurit-prajuritku lagi, bukan orang-orang kepercayaanku lagi.
Pergi kalian.Pergi.Pergi!!!



klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya
Download Naskah Ini

Monolog Sarimin

Sebuah Monolog

S A R I M I N

Karya Agus Noor [ agus2noor@yahoo.com ]

1.

Tampak panggung pertunjukan, mengingatkan pada pentas kampung…

Para pemusik muncul, nyante, seakan-akan mereka hendak melakukan persiapan. Ada yang mumcul masih membawa minuman. Ngobrol dengan sesama pemusik. Kemudian mengecek peralatan musik. Mencoba menabuhnya. Suasana seperti persiapan pentas. Tak terlihat batas awal pertunjukan.





Sesekali pemusik menyampaikan pengumunan soal-soal yang sepele: Memanggil penonton yang ditunggu saudaranya di luar gedung, karena anaknya mau melahirkan; menyuruh pemilik kendaraan untuk memindahkan parkir mobilnya, atau mengumumkan bahwa Presiden tidak bisa datang menyaksikan pertunjukan malam ini karena memang tidak diundang; pengumuman-pengumuman yang remeh-remeh dan bergaya jenaka… Atau menyapa penonton yang dikenalnya, bercanda, say hello, sembari sesekali menyetem peralatannya.

Kemudian mereka menyanyikan lagu tetabuhan, yang mengingatkan pada musik topeng monyet. Para pemusik bernyanyi dan berceloteh jenaka. Sementara ruang pertunjukan masih terang. Tertengar lagu tetabuhan yang riang…

Lalu muncullah aktor pemeran monolog ini atau Tukang Cerita. Terlihat jenaka menari-nari mengikuti irama. Hingga musik tetabuhan berhenti, dan Tukang Cerita mulai menyapa penonton dengan penuh semangat bak rocker,

TUKANG CERITA:
Selamat malam semuanya! Yeah!…

Wah, gayanya seperti rocker, tapi nafasnya megap-megap. Rocker tuek…

Senang sekali saya bisa ketemu Saudara semua. Ini kesempatan langka, bertemu dalam peristiwa budaya. Anda mau datang nonton pertunjukan ini saja sudah berarti menghargai peristiwa budaya, ya kan?! Hanya orang-orang yang berbudaya yang mau nonton peristiwa budaya. Jadi, bersyukurlah, kalau malam ini Anda merasa ge-er sebagai orang yang berbudaya. Soalnya, di negeri ini, manusia yang masuk dalam kategori manusia berbudaya itu lumayan tidak


klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya
Download Naskah Ini

Nimok, Aku cinta kamu.

Nimok, Aku cinta kamu.
Karya : I n u l.
( Hardjono Wiryosoetrisno )

Daftar Pemain.

1. Nimok : remaja putri umur 17 tahun,
cerdas, cantik dan lincah.
2. Momon : remaja putra umur sekitar 17 tahun
egois dan manja
3. Anu : suara - suara imaginer kedua tokoh berjumlah bebas.
4. Pasien : tokoh pengguna narkoba putra umur sekitar 17 tahun, kurus ceking dan lelah.

Dibantu pemain musik kalau perlu musik alternatif.




Synopsis :
Awalnya, Nimok menolong Momon yang menjadi korban pengguna narkoba hanya karena keduanya adalah sahabat. Momon berhasil lepas dari persoalan itu tetapi mencintai Nimok dan Nimok menolaknya.
Akibatnya, Momon makin parah terjerumus dalam persoalan itu kembali. Nimok kembali datang, tetapi tetap tidak ingin menerima cinta Momon.
Mengapa Nimok kembali datang ?

= = = = = = = = =










ADEGAN I.

PANGGUNG GELAP. PEMAIN MUSIK TELAH SIAP DITEMPATNYA.
DENGAN IRAMA YANG TETAP MULUTPUN IKUT BERMUSIK.
DHING DHANG THAK DHING DHANG THAK DHING DHANG THAK
DHING DHANG THAK DHING DHANG THAK DHING DHANG THAK DHING DHANG THAK DHING DHANG THAK DHING DHANG THAK DHING DHANG THAK DHING DHANG THAK DHING DHANG THAK…
MAKIN RAMAI. SESEKALI NAIK SESEKALI TURUN, SESEKALI KERAS SESEKALI PELAN.
LAMPU MENYALA, TAMPAK DIPOJOK PANGGUNG SEBUAH KURUNGAN DILILIT KAIN PANJANG DAN DI ATASNYA ADA SEBUAH KEMARON KECIL BERISI BUBUKAN KANJI ( SAGU ) ATAU TEPUNG.
MUSIK BERBUNYI TERUS.
KEMUDIAN MUNCUL NIMOK DAN MOMON SAMBIL MEMBAWA DUA BUAH KURSI SEBAGAI HAND PROPERTY MEREKA DIIRINGI PEMAIN PEMBANTU ATAU SUARA SUARA YANG AKHIRNYA MEMBUAT KOMPOSISI. SUARA SUARA SENDIRI BEGITU JUGA DENGAN NIMOK DAN MOMON. KEDUANYA MEMAINKANNYA DENGAN GERAK GERAK INDAH BUKAN GERAKAN TARI.



klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya
Download Naskah Ini

Raja Mati

RAJA MATI
(Le Roi Se Meurt)
Eugene Ionesco

Dramatic Personae
  1. RAJA
  2. RATU MAHRIT
  3. RATU MARI
  4. JULIET
  5. TABIB
  6. PENGAWAL





SEBELUM LAYAR DIANGKAT,TERDENGAR SUARA MUSIK YANG DIMAINKAN DENGAN LUCU. TERUS TERDENGAR SELAMA LAYAR DIANGKAT DAN UNTUK SEBENTAR SETELAH LAYAR BERADA DI ATAS.

DI DEKAT PINTU BESAR BERDIRI SEORANG PENGAWAL ISTANA, USIANYA SUDAH TUA. DITANGANNYA TERGENGGAM SEBUAH TOMBAK KHUSUS UNTUK PENGAWAL ISTANA.

PENGAWAL (MENGUMUMKAN)
Yang mulia paduka Raja! Panjang usia!

SANG RAJA MASUK DARI PINTU KECIL DI SEBELAH KANAN, MENGENAKAN JUBAH WARNA LEMBAYUNG, DENGAN MAHKOTA DI KEPALANYA DAN SEBUAH TONGKAT KEBESARAN DI TANGANNYA, DENGAN CEPAT DIA MENYEBRANGI PENTAS KELUAR LEWAT PINTU DI SEBELAH KIRI DI UPSTAGE.

PENGAWAL (MENGUMUMKAN)
Yang mulia ratu Mahrit, istri pertama sang Raja. Diiring oleh Juliet sang pembantu rumah tangga, disertai abdi dalam para ratu. Panjang usia ratu kita!

MAHRIT DIIKUTI OLEH JULIET, MUNCUL LEWAT PINTU DI PANGGUNG KIRI BAWAH DAN AKHIRNYA KELUAR LEWAT PINTU BESAR



klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya
Download Naskah Ini

BARA (Embers)

Lakon pendek Samuel Beckett
BARA (Embers)

Laut hampir tak terdengar. Sepatu boot Henry di atas bebatuan/koral. Ia berhenti. Suara laut sedikit mengeras.
Henry: Terus (Laut. Suara lebih keras) terus! (Ia terus bergerak. Selama ia berjalan, sepatu boot di atas bebatuan) Stop! (Sepatu boot di atas bebatuan koral. Selama ia berjalan, laut lebih keras) Stop! (Ia berhenti, laut sedikit lebih keras) Turun! (Laut. Suara lebih keras) Turun! (Duduk merayap pada bebatuan, laut, meredam hening, terdengar saling menyusul ketika menunjukan tanda-tanda diam) siapa disampingku sekarang? (Diam). Tua, buta dan bodoh. (Diam) Ayahku bangun dari kubur, bersamaku. (Diam) Seperti masih hidup. (Diam) Memang, tidak sulit bangun dari kubur,hanya untuk bersamaku. Di tempat asing ini…. (Diam) bisakah mendengarku? (Diam). Hanya bersamaku. (Diam) Suar
a yang kau dengar itu laut. (Diam. Lebih keras)Kubilang suara yang kamu dengar itu laut, kita sedang duduk di pantai. Aku perlu bilang karena suaranya begitu aneh, tidak seperti suara laut, sehingga kalau kau tidak melihat sendiri, kamu tidak akan tahu apa tadi. (Diam) Kuku-kuku binatang! (Diam, lebih keras) Kuku-kuku binatang! (Suara kuku-kuku binatang berjalan di atas jalanan yang keras. Mereka cepat lenyap dari pendengaran. Diam) Lagi! (Kuku-kuku binatang seperti sebelumnya. Diam, gembira) Latihlah untuk tandai waktu! Ikat di halaman, pasang tapal besi di kaki, biarkan merentak sepanjang hari! Sepuluh ton gajah raksasa bangun dari kubur, pasangkan tapal besi dan biarkan berderap-derap turun ke bumi. (Diam) dengarkan! (Diam). Sekarang dengarkan cahaya, kamu selalu mencintai cahaya, selepas petang hari ketika seluruh pantai dalam bayangan dan laut menjauh dari daratan. (Diam) Kamu tidak akan pernah tinggal di sisi teluk ini, kamu sangat menyukai matahari di atas air untuk berenang malam hari. Bahkan sekali waktu terlalu sering kamu lakukan. (Diam) kamu tahu kami tak pernah menemukan tubuhmu, sehingga tak ada kepastian resmi dapat dipakai sebagai acuan. Mereka bilang tak ada bukti bahwa kamu tidak melarikan diri dari kami, hidup sehat dengan nama palsu di Argentina, misalnya, yang membuat Ibu sangat sedih. (Diam). Aku seperti kamu, tidak bisa jauh dari itu, tapi aku tak pernah nyemplung ke dalam. Tidak, kukira terakhir kali aku denganmu….(Diam) Itu pun hanya mendekat saja. (Diam).
Hari ini tenang, tapi aku sering mendnegar di atas di dalam rumah dan ketika berjalan-jalan di jalanan dan mulai mengoceh, oh cukup keras, tapi tak ada yang memperhatikan. (Diam). Sekarang aku pun ngoceh terus tidak peduli di mana. Sekali waktu aku eprgi ke Swiss, kupikir untuk menjauhkan diri dari setiap kutukan. Tapi selama di sana sepanjang waktu tak pernah berhenti. (Diam) Aku tak perlu orang lain, untuk diriku sendiri, cukup cerita-cerita saja. Ada satu cerita aneh tentang seorang lelaki tua bernama Bolton, tapi aku tak pernah selesai, aku tak pernah menyelesaikan salah satu dari kisahnya, aku tak pernah selesaikan apa pun, setiap hal berlangsung begitu selamanya. (Diam) Bolton. (Diam, lebih keras) Bolton! (Diam) Di sana di depan perapian (Diam) di depan perapian dengan seluruh daun penutup jendela…. Bukan, tirai, tirai, semua tirai tertutup dan cahaya, tak ada cahaya, hanya perapian, duduk di sana dalam…. Tidak, berdiri, berdiri di sana di atas karpet dalam gelap di depan perapian kedua lengan di atas dinding cerobong asap dan kepala di kedua lenganya berdiri di sana menunggu dalam gelap di depan perapian dalam baju kimono usang warna merah dan tak ada suara apapun dalam rumah kecuali suara api. (Diam). Berdiri di sana dalam kimono panjang, bunyi bel di pintu, ia ke jendela dan meilhat ke luar. Diantara tirai, bujang lapuk baik, sangat besar dan kuat, malam terang musim dingin, salju di mana-mana, dingin menggigit, dunia memutih, cabang-cabang pohon cedar sarat beban melengkung-lengkung dan ketika sebuah lengan ke atas, mengebel lagi ia mengenalinya. Holloway. (Lama diam) Ya, Holoway, mengenali Holloway, turun dan


klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya
Download Naskah Ini

BENCANA

Samuel Beckett
BENCANA

  1. Sutradara (D)
  2. Asisten; perempuan (A)
  3. Protagonis (P)
  4. Luke, petugas lampu, diluar panggung (L)

Latihan. Uji coba akhir untuk adegan terakhir. Panggung kosong. A dan L baru saja selesai mengatur lampu. D baru saja tiba.

D duduk di kursi berlengan di bawah penonton sebelah kiri. Berjas bulu binatang. Bertopi sama untuk padanan. Umur dan fisik tak penting.
A berdiri di sampingnya. Keseluruhan bernuansa putih. Kepada gundul. Pensil di telinga. Umur dan fisik tak penting. P di tengah panggung berdiri di atas sebuah balok kayu hitam tinggi 18 inci. Topi hitam dengan pinggiran lebar. Baju panjang hitam sampai mata kaki. Tak bersepatu. Kepala menunduk. Kedua tangan di saku. Umur dan fisik tak penting.



D dan A merenung menatap P. lama diam.
A: (Akhirnya) Suka tampilannya?
D: Ya begitulah. (Diam). Untuk apa level kayu?
A: Supaya kakinya terlihat
(Diam)
D: Topinya?
A: Membantu menyembunyikan wajah
(Diam)
D: Batu panjangnya?
A: Memberi nuansa hitam pada dirinya.
(Diam)
D: Apa yang dibawahnya lagi? (A bergerak menuju P) Katakan (A berhenti)
A: Pakaian malamnya.
D: Warna?
A: Abu-abu.
(D mengeluarkan cerutu)
D: Korek api. (A kembali, menyalakan cerutu, berdiri diam. S. menghisapnya)



klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya
Download Naskah Ini

Come and Go (Datang dan Pergi)

Lakon pendek Samuel Beckett
DATANG DAN PERGI (Come And Go)

Pelaku:
  1. Flo
  2. Vi
  3. Ru
(Umur tak ditentukan)



Duduk berjajar di tengah-tengah panggung, dari kanan ke kiri, Flo, Vi dan Ru. Sangat tegak, menghadap ke depan, tangan-tangan jalin-menjalin di pangkuan. Sunyi.
Vi : Kapan terakhir kali kita bertemu?
RU : kita nggak usah ngomonglah.
(Sunyi. Vi keluar ke kanan. Sunyi)
Flo : Ru
Ru : Ya
Flo : Apa pendapatmu tentang Vi?
Ru : Kulihat sedikit berubah.
(Flo bergeser menuju ke tengah tempat duduk, berbisik di telinga Ru. Terkejut)
Oh!
(Mereka saling pandang, Flo menempelkan jari di bibirnya)
Dia tidak menyadari?.

Flo : Semoga tidak. (Vi masuk Flo dan Ru kembali menghadap depan mulai berlagak. Vi duduk di kanan. Sunyi) hanya duduk-duduk seperti dulu kita lakukan. Di halaman bermain Miss Wade…
RU :… di atas sebatang kayu.
(Sunyi. Flo keluar ke kiri)
Vi…
Vi : Ya.
Ru : Bagaimana pendapatmu tentang Flo?
Vi : Kelihatannya sama saja.
(Ru bergeser ke tengah tempat duduk, berbisik ke telinga Vi, terkejut)
Oh!



klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya
Download Naskah Ini

Kursi Goyang

Lakon pendek Samuel Beckett
KURSI GOYANG

Lampu:
Di atas kursi lemah. Sekitar panggung lain gelap. Cahaya lampu spot lemah di atas wajah konstan terus menerus. Tak berpengaruh oleh cahaya memudar berturut-turut. Baik ketika melebar sampai batas-batas pada kursi atau menyempit hanya terfokus pada wajah ketika sedang diam atau tengah bergerak. Lalu sepanjang narasi wajah sedikit bergoyang keluar masuk cahaya.
Diawali cahaya menegas (Fade up): pertama hanya lampu pudar pada wajah, diam lama, lalu cahaya di atas kursi. Diakhiri cahaya memudar (Fade out): pertama kursi, lama diam dengan titik cahaya hanya pada wajah, kepala pelan-pelan terkulai, dalam istirahat, titik cahaya pudar pada wajah menghilang.
W:
Tua sebelum waktu. Rambut abu-abu tidak disisir, mata besar pada wajah putih tanpa ekspresi. Tangan-tangan putih memegang ujung lengan kursi.



Mata:
Sesekali menutup, membuka tanpa berkedip. Pada bagian 1 proporsi dalam keadaan biasa, pada bagian 2 dan tiga sedikit demi sedikit mengatup, setengah jalan menuju bagian 4 mata tertutup terus.

Busana:
Baju tidur warna hitam leher berenda tinggi. Lengan panjang. Sinar perhiasan berkelip ketika bergoyang. Tudung kepala tipis miring tidak biasa dengan hiasan mewah menangkap cahaya ketika bergoyang.

Sikap:
Tetap diam hingga cahaya menghilang dari kursi. Lalu di dalam cahaya lamu spot kepala pelan-pelan condong.

Kursi:
Kayu politer pucat berkilat ketika bergoyang. Penunjang kaki. Belakang vertical. Lengan-lengannya menikung bulat ke dalam, member kesan memeluk.

Goyangan:
Ringan. Pelan. Terkontrol secara mekanis tanpa bantuan dari w.

Suara:
Menjelang akhir bagian 4, katakana saja mulai dari kata-kata “berkata pada diri sendiri” dan seterusnya, berangsur-angsur melembut. Baris-baris dengan huruf miring diucapkan oleh w dan v. lebih melembut setiap waktu. W menyuarakan kata “lagi” sedikit melembut setiap waktu.

W: Perempuan di kursi
V: Suara w yang direkam



klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya
Download Naskah Ini

Cabik

LAKON
CABIK
Karya Muh. Ibrahim Ilyas


SEBUAH PANGGUNG DENGAN KELENGKAPAN SEBAGAI BERIKUT: BEBERAPA LEVEL TERSUSUN SEPERTI TAK BERATURAN, TUMPUKAN PLASTIK DI SUDUT KIRI DAN KANAN BELAKANG DAN SEJUMLAH TALI BERWARNA PUTIH BERGELANTUNGAN DARI PLAFON DI BEBERAPA TEMPAT. DI BAGIAN DEPAN, MENGHADAP KE ARAH PENONTON, ADA BINGKAI PINTU DAN JENDELA.YANG PALING MENONJOL DI BAGIAN BELAKANG PANGGUNG, DI DINDING TERGANTUNG SEBUAH JAM YANG CUKUP BESAR. SANGAT MIRIP DENGAN JAM MELELEH SALVADOR DALI. JARUM JAM MENUNJUKKAN PUKUL 00.00 JAM ITU MATI

SATU

SEBERKAS CAHAYA MENYAMBAR PANGGUNG DALAM SUNYI. SINAR ITU JATUH PERSIS MENERANGI WAJAH JAM DI DINDING BELAKANG, YANG MENUNJUKKAN PUKUL 00

SUARA
Ting!

DENTINGAN ITU SEPERTI BUNYI SATU PUKULAN PADA PIPA BESI YANG KOSONG, NADANYA TINGGI. PERLAHAN, TETAP DALAM KESUNYIAN, SEMAKIN BANYAK CAHAYA YANG MENERANGI BAGIAN PANGGUNG YANG LAIN

DUA

DALAM KESAMARAN, DI SEBUAH LEVEL YANG AGAK RENDAH, SEORANG LELAKI DUDUK. DI TANGANNYA ADA SEBTANG ROKOK DAN SEKOTAK KOREK API. AGAK KE KANAN, DI RANGKA JENDELA YANG MENGHADAP PENONTON, SEORANG PEREMPUAN BERDIRI. MATANYA TAAM MENATAP JAUH, MENANGKAP SESUATU PADA KEKELAMAN DI BAGIAN PENONTON

SI LELAKI MEMASANGKAN ROKOK DI BIBIR, MENGELUARKAN SATU BATANG KOREK API DAN MENYALAKANNYA. NYALA API DIDEKATKAN KE MUKANYA, TETAPI TIDAK MENYULUT ROKOKNYA. IA MEMBIARKAN DAN MEMANDANG API MERAMBAT DI BATANGNYA, SAMPAI AKHIRNYA MATI. IA MENGULANG BEBERAPA KALI DAN SI PEREMPUAN MENGHELA NAPAS PANJANG, SESAAT SETELAH SETIAP KALI API ITU MATI. BEBERAPA KALI KOREK API MNEYALA, API MERAMBAT DAN MATI, HELAAN NAPAS SI PEREMPUAN



CAHAYA DI PANGGUNG TERUS BERTAMBAH, MEMPERJELAS SOSOK PANGGUNG; LELAKI DAN PEREMPUAN ITU.

SUARA
Ting!

(Si perempuan menghela napas panjang. Si lelaki tersentak, matanya mencari sumber bunyi. Ia mencoba mengikuti ujung bunyi)




klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya
Download Naskah Ini

1 Hari 11 Mata di Kepala

Lakon
1 Hari 11Mata di Kepala
Karya Radhar Panca Dahana



IA MEMBENAHI PAKAIANNYA. MENCOBA MENGANCINGKANNYA DENGAN BENAR. TAPI TIDAK BERHASIL. PAKAIAN BAGUS ITU JUSTRU KIAN SEMRAWUT DENGAN PENEMPATAN KANCING YANG MAKIN KACAR. IA MERENGGUT SAPUTANGAN, MENGUSAP BIBIR, KEPALA DAN LEHERNYA. KERINGAT BERKETEL, ENTAH DARI MATA AIR MANA ATAU AIR MATA MANA.

SESEORANG :
Mariam...Mariam...seharusnya itu tidak terjadi. Seharusnya itu tidak terjadi. Tidak terjadi! Tidak mungkin terjadi. Tidak, Mariam. Itu tidak mungkin!!

IA LALU TERDUDUK DI TENGAH TEMPAT TIDUR. PUNGGUNG BERSANDAR DI DINDING TEMPAT TIDUR. TATAPAN KOSONG KE TENGAH SEPREI LUSUH. DAN HATI YANG BASAH LULUH.



SESEORANG :
Aku tahu kau tak pernah lupa apa yang kukatakan sebelumnya: hidup dan dunia ini sudah tidak lagi dapat kita hidupi, sudah bukan dunia kita lagi. Mereka sudah milik orang, karena orang lain yang mengaturnya, orang lain yang menentukannya, orang lain yang memproduksinya. Tidak kita. Kita tidak bisa menentukan, atau memproduksi hidup dan kita sendiri. Bukankah begitu, Mariam? Bukankah bukan kita yang menciptakan rumah tangga? Bahkan bukankan bukan kita yang menciptakan sebuah rumah tempat kita tinggal? Lebih bahkan lagi, ketika kita menempatinya, kita tidak pernah bisa menentukan sedikitpun, apa-apa kebutuhan kita. Apa yang harus kita adakan untuk kita memenuhi tugas dan tanggungjawab kita sebagai istri dan suami, sebagai bagian dari sebuah keluarga, bagian dari sebuah kampung, bahkan sebagai seorang manusia. Bukan begitu Maria? Apakah kamu yang menentukan bahwa kita membutuhkan sebuah kursi tamu, bentuknya seperti ini, warnanya itu, harganya sebegitu, dan seterusnya? Apakah kita juga menentukan saat kita memberi microwave, te ve layar datar lengkap dengan home entertainmentnya, sebuah mobil keluaran terbaru, yang sebenarnya terlalu besar untuk kebutuhan kita yang tak beranak? Apakah aku atau kau yang menentukan, kita harus membeli tanah di pinggiran Selatan kota ini, membeli saham pabrik plastik itu di bursa, mengambil lagi kartu anggota golf club dengan tawaran tamasya keluar negeri setahun sekali, sementara sudah 12 kartu semacam kita punya? Adakah kita yang menentukan memberi bea siswa 30 anak di panti asuhan kota kecil di Utara itu? Apakah aku kau persalahkan untuk membayar politisi kampungan itu, agar perusahan kita tidak diganggu sebagai rekanan tetap departemen koperasi? Apakah aku harus menyalahkanmu ketika kamu tukar guling rantai toko onderdil kita dengan sebuah pabrik asembling sepeda motor? Bukan...bukan salah kita, karena bukan kita yang menentukan jika Andy plongo itu kini jadi menteri. Mariam...mariam...dunia sudah berjalan sendiri. Atau mungkin dijalankan oleh siapa. Aku tak tahu...aku tak peduli. Yang kupeduli cuma kenapa kamu masih merasa yakin kita memiliki kebebasan untuk memilih dan menjalankan hidup kita sendiri. Tidakkah kau yakin, tidak mengerti, atau pura-pura dongo, bahwa begitu kita terjun ke dunia ini, bahkan sejak menjadi anak-anak, kita sudah dilucuti seluruh hak kita untuk menjadi apa yang kita inginkan. Menjadi manusia. Ooo....tidak mungkin...tidak


klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya
Download Naskah Ini

ANTIGONE

Lakon
ANTIGONE
Karya Sophokles



DRAMATIC PERSONAE

  1. ANTIGONE
  2. ISMENE
  3. PADUAN SUARA WAKIL RAKYAT THEBES
  4. CREON; Raja Thebes
  5. KAPITAN; Pengawal
  6. HAEMON; Putra Creon
  7. EURIDICE; Istri Creon
  8. TEIRISIAS
  9. PEMBAWA WARTA I
  10. PEMBAWA WARTA II



PROLOGOS

ANTIGONE
Ismene, saudariku! Beginilah warisan Oidipus kepada kita. Dewa telah melimpahkan unggun penderitaan pada kita. Duka demi duka dan terhina semakin terhina – Dan kita ditambah pula dengan peraturan raja yang….Apakah kamu sudah tahu? Atau barangkali kamu belum sadar bahwa ada musuh menyusun rencana

ISMENE
Tak ada warta buruk atau baik sampai ke telingaku, Antigone. Sejak kedua saudara kita wafat, tak ada kudengar apa-apa. Ah, ya, sejak mundurnya tentara Argos semalam, tak ada berita tentang jenazah kedua saudara kita yang telah gugur bersama

ANTIGONE
Itu sudah kuduga. Itulah sebabnya aku tarik kami kemari. Keluar istana, supaya bisa lebih bebas bicara.

ISMENE
Ada sesuatu dalam pikiranmu. Katakanlah!

ANTIGONE
Creon sang raja memutuskan untuk memperlakukan kedua jenazah saudara kita secara berbeda. Jenazah Eteocles, ia makamkan dengan penghormatan yang lengkap, dengan upacara yang gemilang, ia antarkan sukamnya ke neraka. Tetapi untuk jenazah Polyneicies yang malang, ia kenakan larangan untuk menguburnya. Harus dibiarkan terkapar tanpa diratapi, tanpa pemakaman, menjadi mangsa burung-burung padang belantara. Kamu dan aku tak berdaya apa-apa.
Dan kini Creon sendiri tengah bersia-siap keluar istana untuk memimpin sendiri pelaksanaan pengumumannya. Jangan kamu kira ia Cuma setengah-setengah saja – hukuman untuk pelanggaran sudah tentu hukuman mati – dilempari batu sampai mati. nah, camkanlah, Ismene, saudariku. Kamu berdarah bangsawan! kamu harus membuktikan keaslian bulumu nanti, bila ada harga dirimu.

ISMENE
Oh, saudariku yang bergelora, Antigone. Dalam hal ini apa yang mesti aku lakukan?

ANTIGONE
Sekedar renungkanlah – seandainya kamu mau membantuku

ISMENE
Melakukan apa? Apakah rencanamu?

ANTIGONE
Membantuku mengurus jenazah

ISMENE
Kamu akan mengubur jenazah itu? Itu dilarang!



klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya
Download Naskah Ini

Anu (Putu Wijaya)

Lakon
A N U
Putu Wijaya




AZWAR
Jadi Anu telah anu, anu sudah anu, bahkan anu benar benar anu, tidak bisa anu lagi, di mana mana anu, setiap orang sudah anu, padahal belum lama berselang anu kita masih anu, si Anu, si Anu, belum anu dan anu, anu, anu masih sempat dianukan oleh Anu, tapi sejak anu kita anu dia benar benar sudah anu dan kita pun sudah lebih anu, bagaimana mungkin kita anu atau menganukan anu kita. Karena itulah aku peringatkan berkali kali dan sekarang untuk penghabisan kali jangan anu anu lagi ! Anu sudah terlalu anu, hentikan sekarang ! Kalau tidak kita pasti akan anu ! Akibatnya anu anu anu anu anu dan anu anu anu anu, bahkan mungkin akan anu anu anu anu anuanuanuanuanuanu, akhirnya anu kita benar benar akan anu, berat ! Karena itu jalan satu satunya, semua anu kita harus dianukan, supaya tidak ada lagi anu yang anu ! Jadi anu anu anu anu, anu anu anu anu harus ANU ! dan anu anu anu bahkan anupun harus ANU ! sebab A N U tidak boleh kurang dari anu atau lebih dari anu ! Dia harus A, sekali lagi A ! dan N, sekali lagi N ! dan U, sekali lagi U ! A N U ! Anu kita adalah Anu ! tidak ada anu lain, barang siapa anu pasti tidak boleh tidak otomatis akan anu ! Atau akan dianukan ! Paling banter akn ter anu ! Sebab anu anu anu, anu anu anu akan berakibat ANU tidak lagi ANU tetapi (berbisik) atau (berbisik) atau (berbisik) dan (berbisik) dan (berbisik) jadi (berbisik). Apa boleh buat !



MOORTRI (berpikir)
Sebentar !



klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya
Download Naskah Ini

Senin, 06 Juni 2011

Isu-Isu Kontroversi Dalam Pemerintahan Khulafa Al-Rasyidin

Bagian pertama buku ini membicarakan latar belakang dan konsep Khilafah Islamiyah menurut mazhab-mazhab dalam Islam, termasuk juga tugas dan fungsi dari para Khalifah. Bagian Kedua menguraikan isu pelantikan Abu Bakar as-Siddiq ra. menjadi Khalifah yang pertama. Ini berdasarkan pandangan Ahlu al-Sunnah wa al-Jama’ah dan al-Syi’ah yang disertai dengan penilaian dan analisis.

Bagian ketiga menjelaskan seputar isu-isu yang timbul pada zaman Khalifah Ustman bin Affan ra. disertai dengan penjelasan sesuai dengan fakta-fakta yang berkaitan dengan isu tersebut. Bagian keempat membicarakan situasi dan kondisi pada zaman Khalifah Ali bin Abu Thalib ra., khususnya kontroversi tentang Perang Jamal, Perang Shiffin dan peranan golongan al-Saba’iyah sebagai unsur perusak, serta penilaian terhadap tokoh-tokoh yang terlibat sebagai jalan untuk mengetahui siapakah sebenarnya mereka.


Pada bagian akhir, dari kesimpulan disampaikan beberapa rumusan yang dibuat secara ilmiah untuk mengatasi kekaburan isu-isu keliru dan kontroversi dalam fakta penulisan sejarah Islam yang terus berlarut-larut hingga saat ini.


Keajaiban Otak Anak

 
Sebuah ungkapan bijak berbunyi: "Belajar itu dari buaian hingga liang lahat." Seolah membuktikan kebenaran kalimat itu, temuan-temuan mutakhir dalam bidang neurologi dan psikologi menunjukkan bahwa sejak lahir, bayi memang telah membawa kecenderungan untuk belajar.

Bak seorang fisikawan, dia menyelidiki sifat benda-benda di sekitarnya. Bak seorang psikolog, dia berusaha membaca pikiran orang-orang yang dijumpainya. Dia membuat perkiraan, mengujicobanya, menarik kesimpulan, dan melakukan koreksi bila suatu saat kesimpulannya itu terbukti salah: persis seperti cara kerja seorang ilmuwan.


Buku ini bukan "sekadar" buku how-to pengasuhan anak, tetapi buku yang memberikan pemahaman menyeluruh tentang cara kerja otak bayi. Oleh karenanya, inilah buku wajib bagi para orangtua baru yang serius daslam mengembangkan potensi anak sejak sangat dini. Buku yang segar, informatif, dan terkadang jenaka ini akan memberi Anda kegembiraan baru dalam mengasuh anak, karena juga memberikan contoh eksperimen-eksperimen kecil yang bisa Anda lakukan bersama sang buah hati.