Pages

Selasa, 17 Agustus 2004

Rasanya Baru Kemarin...

Puisi: KH.Mustafa Bisri



Rasanya

Baru kemarin



Bung Karno dan Bung Hatta

Atas nama kita menyiarkan dengan seksama

Kemerdekaan kita di hadapan dunia.



Rasanya

Gaung pekik merdeka kita

Masih memantul-mantul tidak hanya

Dari para jurkam PDIP saja.



Rasanya

Baru kemarin.



Padahal sudah lima puluh sembilan tahun lamanya.

Pelaku-pelaku sejarah yang nista dan mulia

Sudah banyak yang tiada. Penerus-penerusnya

Sudah banyak yang berkuasa atau berusaha

Tokoh-tokoh pujaan maupun cercaan bangsa

Sudah banyak yang turun tahta

Taruna-taruna sudah banyak yang jadi

Petinggi negeri

Mahasiswa-mahasiswa yang dulu suka berdemonstrasi

Sudah banyak yang jadi menteri dan didemonstrasi.



Rasanya

Baru kemarin



Padahal sudah lebih setengah abad lamanya.

Menteri-menteri yang dulu suka korupsi

Sudah banyak yang meneriakkan reformasi



Rasanya baru kemarin



Rakyat yang selama ini terdaulat

sudah semakin pintar mendaulat

Pemerintah yang tak kunjung merakyat

pun terus dihujat



Rasanya baru kemarin



Padahal sudah lima puluh sembilan tahun lamanya.

Pembangunan jiwa masih tak kunjung tersentuh

Padahal pembangunan badan yang kemarin dibangga-banggakan

sudah mulai runtuh



Kemajuan semu sudah semakin menyeret dan mengurai

pelukan kasih banyak ibu-bapa

dari anak-anak kandung mereka

Krisis sebagaimana kemakmuran duniawi sudah menutup mata

banyak saudara terhadap saudaranya



Daging yang selama ini terus dimanjakan kini sudah mulai kalap mengerikan

Ruh dan jiwa

sudah semakin tak ada harganya



Masyarakat yang kemarin diam-diam menyaksikan

para penguasa berlaku sewenang-wenang

kini sudah pandai menirukan



Tanda-tanda gambar sudah semakin banyak jumlahnya

Semakin bertambah besar pengaruhnya

Mengalahkan bendera merah putih dan lambang garuda

Kepentingan sendiri dan golongan

sudah semakin melecehkan kebersamaan



Rasanya

Baru kemarin



Padahal sudah lebih setengah abad kita merdeka

Pahlawan-pahlawan idola bangsa

Seperti Pangeran Diponegoro

Imam Bonjol, dan Sisingamangaraja

Sudah dikalahkan oleh Sin Chan, Baja Hitam,

dan Kura-kura Ninja



Banyak orang pandai sudah semakin linglung

Banyak orang bodoh sudah semakin bingung

Banyak orang kaya sudah semakin kekurangan

Banyak orang miskin sudah semakin kecurangan



Rasanya

Baru kemarin



Tokoh-tokoh angkatan empatlima sudah banyak yang koma

Tokoh-tokoh angkatan enamenam sudah banyak yang terbenam

Tokoh-tokoh angkatan selanjutnya sudah banyak yang tak jelas maunya



Rasanya

Baru kemarin



(Hari ini ingin rasanya

Aku bertanya kepada mereka semua

Sudahkah kalian Benar-benar merdeka?)



Rasanya

Baru kemarin



Negeri zamrud katulistiwaku yang manis

Sudah terbakar nyaris habis

Dilalap krisis dan anarkis

Mereka yang kemarin menikmati pembangunan

Sudah banyak yang bersembunyi meninggalkan beban

Mereka yang kemarin mencuri kekayaan negeri

Sudah meninggalkan utang dan lari mencari selamat sendiri



Mereka yang kemarin sudah terbiasa mendapat kemudahan

Banyak yang tak rela sendiri kesulitan

Mereka yang kemarin mengecam pelecehan hukum

Kini sudah banyak yang pintar melecehkan hukum



Rasanya baru kemarin

Padahal sudah lebih setengah abad kita merdeka.



Mahasiswa-mahasiswa pejaga nurani

Sudah dikaburkan oleh massa demo yang tak murni

Para oportunis pun mulai bertampilan

Berebut menjadi pahlawan

Pensiunan-pensiunan politisi

Sudah bangkit kembali

Partai-partai politik sudah bermunculan

Dalam reinkarnasi



Rasanya baru kemarin



Wakil-wakil rakyat yang kemarin hanya tidur

Kini sudah pandai mengatur dan semakin makmur

Insan-insan pers yang kemarin seperti burung onta

Kini sudah pandai menembakkan kata-kata



Rasanya

Baru kemarin

Padahal sudah lima puluh sembilan tahun kita

Merdeka.



Para jenderal dan pejabat sudah saling mengadili

Para reformis dan masyarakat sudah nyaris tak terkendali

Mereka yang kemarin dijarah

Sudah mulai pandai meniru menjarah

Mereka yang perlu direformasi

Sudah mulai fasih meneriakkan reformasi

Mereka yang kemarin dipaksa-paksa

Sudah mulai berani mencoba memaksa



Mereka yang selama ini tiarap ketakutan

Sudah banyak yang muncul ke permukaan

Mereka yang kemarin dipojokkan

Sudah mulai belajar memojokkan

Mereka yang kemarin terbelenggu



Sudah mulai lepas kendali melampiaskan nafsu

Mereka yang kemarin giat mengingatkan yang lupa

Sudah mulai banyak yang lupa



Rasanya baru kemarin



Ingin rasanya aku bertanya kepada mereka semua

Tentang makna merdeka



Rasanya baru kemarin



Pakar-pakar dan petualang-petualang negeri

Sudah banyak yang sibuk mengatur nasib bangsa

Seolah-olah Indonesia milik mereka sendiri

Hanya dengan meludahkan kata-kata



Rasanya baru kemarin



Dakwah mengajak kebaikan

Sudah digantikan jihad menumpas kiri-kanan

Dialog dan diskusi

Sudah digantikan peluru dan amunisi



Rasanya baru kemarin



Masyarakat Indonesia yang berketuhanan

Sudah banyak yang kesetanan

Bendera merahputih yang selama ini dibanggakan

Sudah mulai dicabik-cabik oleh dendam dan kedengkian



Rasanya baru kemarin



Legislatif yang lama sekali non aktif

Dan yudikatif yang pasif

Mulai pandai menyaingi eksekutif

Dalam mencari insentif



Rasanya baru kemarin



Para seniman sudah banyak yang senang berpolitik

Para agamawan sudah banyak yang pandai main intrik

Para wartawan sudah banyak yang pintar bikin trik-trik



Rasanya

Baru kemarin



Tokoh-tokoh orde lama sudah banyak yang mulai menjelma

Tokoh-tokoh orde baru sudah banyak yang mulai menyaru



Rasanya

Baru kemarin



Orang-orang NU yang sekian lama dipinggirkan

Sudah mulai kebingungan menerima orderan

NU dan Muhammadiyah yang selama ini menjauhi politik praktis

Sudah kerepotan mengendalikan warganya yang bersikap pragmatis



Rasanya

Baru kemarin



Pak Harto yang kemarin kita tuhankan

Sudah menjadi pesakitan yang sakit-sakitan

Bayang-bayangnya sudah berani pergi sendiri

Atau lenyap seperti disembunyikan bumi

Tapi ajaran liciknya sudah mulai dipraktekkan

oleh tokoh-tokoh yang merasa tertekan

Anak dan antek kesayangan Bapak sudah berani tampil lagi

Mendekati rakyat lugu mencoba menarik simpati

Memanfaatkan popularitas dan kesulitan hidup hari ini



Rasanya baru kemarin



Habibie sudah meninggalkan

Negeri menenangkan diri

Gus Dur sudah meninggalkan

Atau ditinggalkan partainya seorang diri



Rasanya baru kemarin

Padahal sudah limapuluh sembilan tahun lamanya

Megawati yang menghabiskan sisa kekuasaan Abdurrahman

Mengajak Hasyim Muzadi merebut lagi kursi kepresidenan

Membangkitkan nafsu banyak warga NU terhadap kedudukan



Apalagi Wiranto yang mengalahkan Akbar

menggandeng Salahuddin keturunan Rais Akbar

Ikut bersaing merebut kekuasaan melalui Golkar

Dan didukung PKB yang dulu ngotot ingin Golkar bubar



SBY yang mundur dari kabinet Mega juga ikut berlaga

Dengan Jusuf Kalla menyaingi mantan bos mereka

Bahkan dalam putaran pertama paling banyak mengumpulkan suara



Amin Rais yang sudah lama memendam keinginan

Memimpin negeri ini mendapatkan Siswono sebagai rekanan

Sayang perolehan suara mereka tak cukup signifikan



Hamzah Haz yang tak dicawapreskan PDI maupun Golkar

Maju sendiri sebagai capres dengan menggandeng Agum Gumelar

Maju mereka berdua pun dianggap PPP dan lainnya sekedar kelakar



Rasanya baru kemarin



Rakyat yang sekian lama selalu hanya dijadikan

Obyek dan dipilihkan

Kini sudah dimerdekakan Tuhan

Dapat sendiri menentukan pilihan

Meski banyak pemimpin bermental penjajah yang keberatan

Dan ingin terus memperbodohnya dengan berbagai alasan

Rakyat yang kebingungan mencari panutan

Malah mendapatkan kedewasaan dan kekuatan

(Hari ini ingin rasanya

Aku bertanya kepada mereka semua

Bagaiman rasanya

Merdeka?)

Rasanya baru kemarin

Orangtuaku sudah lama pergi bertapa

Anak-anakku sudah pergi berkelana

Kakakku dan kawan-kawanku sudah jenuh menjadi politikus

Aku sendiri tetap menjadi tikus



(Hari ini

setelah limapuluh sembilan tahun kita merdeka

ingin rasanya aku mengajak kembali

mereka semua yang kucinta

untuk mensyukuri lebih dalam lagi

rahmat kemerdekaan ini

dengan mereformasi dan meretas belenggu tirani

diri sendiri

bagi merahmati sesama)

Rasanya baru kemarin

Ternyata sudah limapuluh sembilan tahun kita

Merdeka



(Ingin rasanya

aku sekali lagi menguak angkasa

dengan pekik yang lebih perkasa:

Merdeka!)



Rembang, 17 Agustus 2004

0 komentar:

Posting Komentar