Tetapi ternyata Wulandari keliru. Menangis itu perlu. Karenanya ketika Eko mampu menyibak konflik yang ada di batinya, tangisnya pun akhirnya tumpah di atas dada laki-laki itu. dan dalam perjalanan waktu, keakraban mereka berkembang menjadi cinta yang tumbuh dengan suburnya. Persamaan kisah, minat dan cara pandang mematrikan hati mereka berdua.
Namun sayang, Tawangmangu bukanlah Jakarta. Kisah cinta antara Wulandari anak pemilik perkebunan yang kaya raya dan Eko, anak salah seorang mandor perkebunan itu sulit diterima oleh keluarga kedua belah pihak maupun oleh komunitas setempat Terlebih karena sistem nilai feodalisme begitu kuatnya dalam hierarki dunia perkebunan dan darah priyayi yg mengalir ditubuh wulandari terlalu kuat. unduh
0 komentar:
Posting Komentar