Pages

Kamis, 19 Agustus 2010

Adam Marifat - Danarto

Akulah cahaya yang meruntun-runtun dengan kecepatan 300.000 kilometer perjam, yang membuka pagi hari hingga ia disebut pagi hari, yang menantikan matahari di atas kepala hingga ia disebut siang hari, kulempar ia ke barat dan kausebut sore hari,bola yang membara menyelam ke dalam laut, gelombang itu nampak disepuh perak berpijar-pijar…..

Itu adalah kutipan salah satu judul kumpulan cerpen Danarto yang dijadikannya nama buku ini, Adam Ma`rifat. Budayawan dari Kota Gede ini terkenal dengan tulisan sastra sufinya yang nyentrik, mengakar dan tentu saja mengangkat realitas, tak heran jika sastrawan Harry Aveling mengatakan dalam komentar buku ini “Jika Pramoedya mata kanan kita, maka Danarto adalah mata kiri kita”.Wahai Jibril yang suka nubruk-nubruk..Anda kemarin memecahkan genting kelas kami. Sekarang anda terjaring. Cobalah Lari..Cobalah lari..

Dalam cerpen lainnya yang berjudul Mereka Toh Tidak Mungkin Menjaring Malaikat, Danarto memasukan sisi humornya tanpa meninggalkan pesan kepada kita bahwa Malaikat adalah makhluk Allah yang paling suci tetapi derajatnya hanya bisa dikalahkan oleh manusia yang bertaqwa.Buku ini memang tipis, tetapi sajian 4 cerpen lainnya cukup menggugah, Megatruh, ngung nung ngung ngung cak cak cak, Lahirnya Sebuah Kota Suci, Bedoyo Robot Membelot.Tokoh yang diangkat pun kebanyakan dalam kehidupan nyata. Yang unik ada dalam cerpen Megatruh, mengisahkan kehidupan seekor kadal, sebatang pisang dan zat asam dengan ekosistemnya masing-masing dan selalu saling membutuhkan.

Setelah membaca buku ini saya sepakat bahwa hidup itu menyedihkan, tapi sangat indah untuk dinikmati.


0 komentar:

Posting Komentar