Muhammad Husyairi
(Jambi)
Pacarku Hans
: dalam kenangan Hamid Djabar
pacarku sudah sore di puri dua
dekat simpang rimbo terminal baru
jalan pulang yang kelelahan, hasrat kita
telah jadi berita kepergian, dari koran pagi
aku berangkat dengan airmata
sesore ini, jalan pulang seperti lelaki asia
berjalan dalam keremangan lampu taman
dan pohon-pohon kering, langkah kita yang tertunda
pacarku amarah dan kesedihan perempuan melayu
cara cinta yang menakutkan dalam sebuah perjalanan
pulang dan pergi seperti diam, di pemberhentian
kita kenal peristiwa barisan kaki pucat
pada malam naas itu ; satu sajakmu melambai, tubuhmu
bergetar seperti lelah, hans di sana. anak sulung yang
kecewa di matamu.
hans berarti hidup di negeri penjajah, pacarku
sejarah taman ini, sebuah terminal baru dengan keberangkatannya
Jambi, 2005
Muhammad Natsir
(Nasir A.NF)
(Aceh)
Pasir-pasir Barzanzi
Sketsa-sketsa dunia visual barzanzi
Sumpah angin dan ombak
Terikat firman alam Tuhan
Karang terjepit onggok dosa
Murka menganga langit merah menyala
Sebagai episontrik yang terus berlanjut
Camar putih memanggil nama Tuhan.
Neraka dan surga itu
Adalah sambungan episode
Dalam naskah baik buruk dunia
Atas sumpah angin dan ombak
Terus mengikis pasir-pasir dosa
Berkilau, semakin memutih
Deru menyatu dalam sedu sedan
Hikayat pasir-pasir barzanzi
Tidak lagi terdengar di pesisir Alif
Menggumpal menjadi dongeng batu !
Yang menerjang pintu barzah
Pigura meluntur usang
Antara bongkah-bongkah tajam
Jerat membingkai
Dengan memose tanah berpasir itu
Kini …
Terdengar bisik-bisik sumbang
Membawakan
Hikayat pasir-pasir barzanzi
Yang berujung kalimat ampuh
Setelah Mungkar dan Nangkir
Mengusik tidur panjang
Para tanah yang berdosa
Banda Aceh, 2005
Muhammad Nur Hasib
(Jakarta Utara)
Musafir Kelana
Daun daun kemesraan berhamburan
dipersada sunyi
kuncup kuncup mekar mewangi
dipelataran hati yang redup
Musafir kelana
nyaris terhempas dialas
permadani surgawy
tetesan iman bentengi diri
dialam mayapada kekhilafan
Musafir kelana
mengembara gantungkan cita
melepas kuncup kuncup nan mekar
dilandasan penantian tiada pasti
Musafir kelana
mengawan dilangit biru
menyusup ketebalan dirgantara kelabu
dengan sinar rembulan semu
menyambut kumbang kumbang
pengisap madu bersayap tradisi kaku
Musafir kelana
merantai janji menyulam ikrar bersama
bintang-gemintang dilangit malam
bertabur cahaya kedamaian abadi
Jakarta, November 2003
Muhammad Saribi AFN
(Jakarta Timur)
Seperti Masjid Indragiri
Aku ingin punya kekuatan iman seperti
kekuatan Masjid Indragiri
Menahan goncangan gempa 9 skala richter
hantaman deras arus tsunami
Hitam pekat sarat potongan beton
patahan batang kayu akar besi jembatan
Rumah-rumah dan pondok-pondok runtuh
terhempas kapal bertonase puluhan ribu ton
ke darat berkilometer jauh
Lintang pukang orang-orang menghindar
ratap tangis isak sendu terpendam gemuruh
suara gelombang arus membentur
gedung-gedung berdinding batu
Tubuh-tubuh luruh tidak berdaya
hanyut dalam gulungan arus
Masjid Indragiri berkerangka kayu
didirikan Sultan Iskandar Muda
4 abad silam tegak berdiri
tak tersentuh amuk tsunami
Arus hitam pekat pelahan melintasi
kawasan masjid seputar serambi
kehilangan kekuatan amarah
Gelombang arus tsunami seakan
memberi salam pada kubah Indragiri
Dan beratus-ratus pengungsi selamat
Di teras Majid Baiturahman
Aku ingin punya kekuatan iman seperti
kekokohan Masjid Indragiri
menepis ancaman
syirik
kemunafikan
serakah
hawa napsu
takabur
ketidakadilan
Kehancuran akhlak
sedang semarak
merambah remaja dan anak-anak
meracun akal budi
Aku ingin punya kekuatan iman jadi
pelindung orang-orang lemah
dan orang-orang terzalimi
Carilah aku di antara
Orang-orang lemah kalian …*)
*) hadis Nabi saw.
5 Pebruari 2005
The Chronicles of Narnia : Keponakan Penyihir - Nurul Huda Kariem MR
10 tahun yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar